11 ¤ The Ugly Truth

1K 162 129
                                    

Belum nyampe sih, tapi update karena Anmei seneng bacain komentar-komentar kaliaan♡(> ਊ <)♡ love y'all so muucchh♡(˃͈ દ ˂͈ ༶ )

Btw, kemarin uwu banget liat lope ungu banyak(╥﹏╥)♡♡ boleh minta lagi, buat Namie?🙆🐨💜

¤¤¤

Suara bising dari peraduan antara jemari dengan papan tuts atau tetikus, juga orang-orang yang berbincang dan mengumpat. Semerbak bau rokok serta kepulan asapnya, kopi atau bahkan alkohol, wangi kuah ramyeon pedas, serta berbagai makanan lainnya, semua itu bercampur, bersatu padu dalam sebuah ruangan yang berisi puluhan komputer dan puluhan penggunanya.

Seorang pemuda berusia delapan belas tahun itu merenggangkan tubuhnya yang kaku dan lehernya yang pegal setelah sekian jam berkutat dengan monitor di hadapannya. Ia kembali menyesap minumannya hingga tandas, setelah itu bangkit berdiri dan keluar dari sana.

Kulitnya bercumbu dengan angin dingin pada awal musim semi tepat ketika ia memijakkan kakinya di trotoar jalan. Sebelum kembali melangkah, pemuda itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket setelah menggosokkannya demi menciptakan setitik kehangatan.

Kini tujuannya adalah kafe komik, ia berniat untuk menghabiskan malam di sana setelah beberapa hari sebelumnya tertidur dalam posisi duduk di kafe internet. Namun, tak apa, setelah menghabiskan waktu selama berjam-jam di sana sedari sepulang sekolah, ia telah menghasilkan uang yang cukup banyak di rekeningnya.

Sudah tak terhitung berapa banyak akun yang ia retas ataupun pulihkan sesuai dengan permintaan pelanggannya. Tak peduli apa yang dia pulihkan itu juga yang telah ia retas atau beri virus sebelumnya, yang penting uang tetap mengalir ke tabungannya.

Ada sebuah perasaan tidak mengenakan yang bergelayut di dalam dadanya selama perjalanan tersebut. Namun, ia tidak tahu apa yang membuatnya merasa resah. Berkali mencoba mengabaikan, berkali pula perasaannya itu malah semakin memburuk.

Baru menjejakkan kaki di lantai kafe komik yang tidak terlalu ramai tersebut, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan cepat ia memeriksa siapa yang meneleponnya, firasatnya mengatakan bahwa itu adalah Noona-nya.

Untuk kali ini, karena perasaannya yang tak keruan, ia bertekad akan mengangkatnya setelah beberapa hari berusaha keras mengabaikan sang kakak. Namun, sayangnya penelepon itu temannya, atau lebih tepatnya, rekan kerjanya. Pemuda Jeon itu tahu jika panggilan ini datang, berarti akan ada pekerjaan baru lagi.

Setelah berbincang beberapa saat dan sambungan telepon telah terputus, Jungkook duduk termenung dengan beberapa camilan di hadapannya yang belum ia sentuh sama sekali. Hatinya bimbang, di satu sisi ia ingin sekali menghubungi sang Kakak. Namun, di sisi lain ia masih keras kepala untuk mempertahankan berdiam diri.

Pada akhirnya ia kalah dengan ego dan tinggi hatinya. Pemuda itu memakai tudung hoodie hingga menutupi wajah tampannya, lalu berusaha untuk tidur setelah berbaring di sofa yang ada.

Pagi-pagi sekali ia terbangun, dan dengan refleks tubuhnya membawanya melangkah ke rumah. Akhirnya Jeon Jungkook pulang ke rumah. Saking kekhawatiran menggerogoti jiwanya, membuat ia tak bisa tertidur nyenyak.

Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat kondisi rumah yang berantakan dengan botol-botol alkohol berserakan di lantai. Di ruang tengah itu terdapat ayahnya serta beberapa pria paruh baya yang terkapar di sofa ataupun di lantai.

Sebenarnya itu bukan pemandangan yang aneh, hanya saja Jungkook sempat berhenti sejenak untuk memastikan bahwa penglihatannya tidaklah salah. Pada wajah-wajah mereka terdapat luka lebam seperti bekas tinjuan. Apakah mereka semua saling berkelahi satu sama lain saat mabuk?

Vicaria [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang