01 ¤ Parameter of Happiness

2.9K 286 283
                                    

Welcome to my new universe!❤️✨

¤¤¤

Termenung di tengah lautan manusia yang saling berdesakan memenuhi trotoar jalan; sama-sama menunggu lampu lalu lintas berubah hijau, lantas menyebrang jalan selagi para pengguna kendaraan bermotor berhenti sejenak. Mungkin satu-satunya orang yang masih asyik berdiam diri di antara para pejalan kaki yang tengah bergegas menyebrang jalan di tengah jantung kota Seoul hanyalah Jeon Mikasa seorang.

Di dalam benaknya, gadis Jeon itu tengah merenungi kehidupan yang telah dijalaninya selama dua puluh empat tahun ini sembari membandingkannya dengan kehidupan milik orang lain. Manik almond-nya tak henti-hentinya mematai setiap raut wajah para manusia di sekitar yang kebetulan bersinggungan dengannya pada hari ini kendati tak saling mengenal.

Berbagai macam ekspresi di tangkap retina matanya, namun dari sekian banyaknya, yang menjadi fokus utamanya ialah gurat bahagia yang terlukis. Di mana kini ia tengah berusaha membuka laci-laci ingatan jangka panjang maupun pendek yang ada di dalam serebrumnya. Mencari-cari kapan kah terakhir kalinya ia merasakan kebahagiaan, apakah itu setahun lalu, dua-tiga-lima atau bahkan-sepuluh tahun lalu?

Namun sebelum menilik semakin jauh ke dalam rongga kenangan demi menemukan tahun pastinya, lebih baik kini kita perhatikan dulu; seperti apa memangnya tolok ukur kebahagiaan seorang Jeon Mikasa?

Sebab pasti bagi setiap orang, kebahagiaan itu berbeda-beda bentuk dan kadarnya. Ada yang dengan suatu hal sederhana saja sudah merasa senang bukan kepalang. Namun ada juga yang telah sampai memiliki segalanya hingga membuat banyak orang iri pun, pribadi itu belum bisa dengan gamblang mengatakan bahwa dirinya merasa bahagia.

Maka kini pertanyaannya ialah, apakah arti kebahagiaan bagi dirimu sendiri? Sudahkah kamu merasa bahagia dengan hidupmu?

Kalau bagi Jeon Mikasa sendiri, sebenarnya kebahagiaan untuknya begitu sederhana dan bisa di dapat dengan mudah jika ia mampu meresapnya dengan baik. Misalnya saja hanya dengan melihat dua gigi kelinci besar yang menyembul dari balik labium merah muda kenyal milik sang adik, kala si Jeon bungsu itu tersenyum pun sudah lebih dari cukup untuk menciptakan rasa gembira di dalam hatinya.

Namun kini hatinya hanya tengah dirundung resah, sampai-sampai ia menanyakan pada hatinya; apakah ia telah berbahagia?, kapankah terakhir kalinya ia merasa bahagia?, bila kebahagiaan yang terakhir kali sudah lama sekali, maka akankah ia kembali mengecap manisnya kehidupan suatu saat nanti?

Oh, mungkin kini pertanyaannya kembali berganti. Apakah Jeon Mikasa pantas berbahagia? Sebab, entah mengapa seolah rasanya penderitaan tak henti-hentinya datang ke dalam hidupnya. Belum cukup tersiksa kah dirinya selama ini sampai-sampai cobaan kembali datang dan mempermainkan kewarasannya?

Siang tadi, setelah selama tujuh jam sebelumnya ia menjadi seorang barista di kafe, Mikasa lantas pergi ke tempat kerja keduanya, yaitu sebuah pusat perbelanjaan yang cukup ternama; bekerja sebagai pramuniaga toko pakaian bermerek.

Seperti biasa, sebelum waktu bekerjanya dimulai, gadis itu telah datang semata-mata agar ia memiliki cukup waktu untuk mengganti pakaiannya dengan seragam, pun juga agar ia bisa mengisi absen tepat waktu-beginilah Jeon Mikasa yang begitu disiplin dan tak pernah mau terlambat bekerja.

Namun sayangnya apa yang ia harapkan tak bisa terlaksana sebagaimana mestinya, saat seorang rekan memberitahunya untuk segera menemui atasan mereka. Pikiran-pikiran buruk menginvasi benaknya, sebab setahunya yang dipanggil oleh atasannya yang terkenal galak itu hanyalah karyawan yang bermasalah. Dan setelah keluar dari ruangan itu, karyawan tersebut resmi dipecat begitu saja tanpa penjelasan.

Vicaria [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang