Warna Yang Bagaimana? (1)

5 0 0
                                    

"Sudah selesai semua, Mana. Cepat bangun! kakiku kesemutan nanti," pinta Cala seusai membersihkan telinga Padmana, akan tetapi Padmana tak kunjung menarik dirinya dari pangkuan Cala.

Sudah menjadi kebiasaan Padmana mengalem pada Cala agar dibersihkan telinganya. Tak hanya itu, Padmana pun suka mengalem untuk dipotongkan kukunya, dikeringkan rambutnya seusai keramas dan masih banyak hal lainnya lagi yang diminta tolongkan Padmana pada Cala.

***

Padmana sayang sekali dengan Cala, mereka bertemu di perpustakaan kota. Saat itu Cala berada dibangku ujung sedang menahan tangisnya agar tak bersuara, hal tersebut tak sengaja diketahui oleh Padmana yang sedang mencari bangku kosong dan Padmana dengan santainya duduk di hadapan Cala. Setelah beberapa menit berhadapan, Ia hanya diam dan menonton Cala yang berkali-kali mengusap air matanya.

"Sudah?"

"Apanya?"

"Menangisnya,"

"Aku tidak menangis."

"Sayangnya, aku tidak buta, Cala."

"Ba-bagaimana kau.. tahu namaku? Bahkan aku tidak mengenalmu."

"Bodoh, jelas tertera pada seragammu."

Ya, Cala masih mengenakan seragam sekolahnya yang berwarna biru putih. Cala masih ditingkat akhir menengah pertama.

"Mengapa menangis?" tanya Mana.

"Bukan urusanmu, tuan kepo."

"Ikutlah denganku, kubelikan ice cream agar kau membaik."

Tanpa rasa takut Cala mengikut Padmana menuju kedai ice cream seberang perpustakaan. Setelah membayar pesanannya, Padmana menghampiri Cala yang lebih dulu duduk ditempat.

"Aku tak tahu namamu,"

"Kau bisa memanggilku Padmana."

"Terlalu panjang. Kupanggil Mana."

"Senyamanmu, Cala."

"Terimakasih banyak untuk ice creamnya."

"Kembali kasih."

"Kau membolos sekolah, Mana?"

"Kau juga membolos sekolah, Cala,"

"Sialan kau, tuan menyebalkan."

"Jadi, aku ini tuan kepo atau tuan menyebalkan?"

"Sudahlah berbicara denganmu makin merusak moodku."

***

Kemarin lusa adalah pengumuman penerimaan mahasiswa baru untuk Cala. Namun Cala tidak beruntung, Ia tidak bisa satu kampus dengan Padmana. Cala murung dan bersedih, Ia berniat untuk mendaftar lagi di tahun depan. Cala hanya ingin kuliah jika satu kampus dengan Mana.

Cala merupakan perempuan yang keras kepala. Fungsi Mana menginap dirumah Cala selama tiga hari ini adalah untuk membujuk dan menghibur Cala. Emosi Cala mulai membaik dengan berbagai bujukan dari Mana,

"Tidak apa Cala, tidak semua harus sesuai maumu."
"Cala, diterima kampus mana pun, kalau bukan dari dirimu yang giat, ya bakal sama saja hasilnya."
"Tidak usah bersedih Cala. Meski tidak satu kampus, aku tetap bersamamu."
"Bukankah kita masih bisa makan siang bersama? Aku yang ke kampusmu atau sebaliknya?"
"Jarak antara kampusmu dengan kampusku tidak jauh, Cala, hanya satu kilo meter. aku masih bisa mengantar-jemputmu."
"Lagi pula, Cala, aku kuliah hanya tinggal satu tahun. Lantas kalau kamu mendaftar lagi di tahun depan, aku sudah lulus. Sama saja kita tidak satu kampus."

Kini, sudah tiga tahun mereka bersahabat, keluarga mereka pun saling mengenal. Padmana sering mengunjungi Cala, bahkan menginap dirumahnya. Ia akan tidur dengan adik cowok Cala.

Padmana terpaut tiga tahun lebih tua dari Cala, sebab itulah Padmana lebih memilih bersahabat dengan Cala karena baginya Cala masih kecil untuk diajak menjalin hubungan lebih. Namun itu dulu, setelah pengumuman kuliah Cala, Padmana ingin mengubah status persahabatannya dengan Cala menjadi sepasang kekasih.

"Padmana, cepat bangun! kakiku mulai kesemutan," Cala pun menggoncangkan badan Mana.

"Hah? kau berbicara denganku?" akhirnya Padmana pun mendudukan diri disampig Cala.

"Mana, kau ini benar-benar tuli atau sengaja?"

"Tapi, La, aku samar-samar mendengarkanmu."

"Mana, aku tahu kau suka membanyol. Tapi ini tidak lucu."

"Aku sedang tidak melucu, La. Suaramu benar-benar sama ditelingaku." Ucap Padmana mengeraskan suaranya.

"Padmana, kau membuatku takut. Tunggu sebentar, aku akan bersiap diri lalu kita ke dokter THT. Aku yang menyetir," Ucap Cala ketakutan dan merasa bersalah karena Ia baru saja membersihkan telinga Mana. Seusai bersiap diri, merekapun menuju klinik THT terdekat.

***

"Tidak perlu panik, telinga Padmana hanya terluka kecil dan sebentar lagi akan pulih, Nona Cala." Terang Pak Dokter seusai mengecek telinga Padmana.

"Baiklah, terimakasih banyak Pak Dokter. Kami pamit diri kalau begitu."

"Terimakasih kembali Nona Cala. Hati-hati di jalan." Balas Pak Dokter sambil tersenyum manis. Cala dan Padmana pun meninggalkan ruangan dan klinik.

"Lihatlah, Pak Dokter itu menyukaimu, Cala."

"Tidak peduli, aku hanya menyayangimu, Padmana."

"Baiklah. Cepat naik, kita akan menuju pasar malam." Ujar Mana yang siap mengendarai motornya dan diikuti Cala yang membonceng. merekapun melengos tak terlihat lagi.


Mei 11, 2021

Bagaimana Akhirnya? (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang