Long time no see

2 2 10
                                    

Alvin dan Viola terlambat. Dan disini lah mereka berakhir. Rooftop sekolah. Itu atas ide Alvin membawa Viola membolos karna bel masuk mendahului mereka. Karna mereka belum sempat istirahat Alvin berinisiatif membeli roti dan air untuk mereka berdua. Awalnya di tolak oleh Viola namun Alvin si tukang paksa tidak bisa di cegah. Akhirnya Viola pasrah.

Alvin bersenandung kecil berjalan di koridor yang sepi. Tentu saja karna sekarang jam belajar. Oh, dia tidak sendirian, ada siswa lain berjalan berlawanan arah dengannya. Alvin memicingkan matanya. Perlahan raut wajahnya mengeras saat dia yakin bahwa dia mengenal sosok di depan sana. Siswa lain itu berhenti beberapa meter dari Alvin. Sepertinya dia juga mengenal sosok orang yang berjalan ke arahnya. Dia tersenyum miring, menunggu Alvin mendekat.

Alvin berhenti tepat di depan Galang. Sosok itu adalah Galang Putra Pangestu. Dia ketua geng Galaxy, musuh bebuyutan Alvin Crhistian. Mereka diam sesaat.

"Hi, teman,"Galang tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Long time no see but, i'm not your friend,"menatap tajam Galang yang tetap mempertahankan senyumnya.

Galang terkekeh. "Gue gak nyangka bisa ketemu temen lama di sini,"menyentuh bahu Alvin dan langsung ditepis kasar.

"Gue gak sudi,"berdecih di akhir kalimat. Lalu melangkah tak ingin lama-lama berada di dekat musuhnya. Namun langkah itu terhenti saat Galang menahan pergelangan tangannya. Sontak dia kaget dan mendorong Galang hingga terjatuh.

"Lo gila hah! Gue ga sudi lo pegang ya bangsat!"maki Alvin.

"Kayak perawan aja lo, di pegang ngamok,"tertawa di akhir kalimat.

"Bangsat,"desisnya. Melempar tatapan membunuh.

Galang tertawa untuk beberapa saat. Puas mengganggu musuhnya yang entah kenapa bisa pindah ke wilayah kekuasaannya. "Balapan kuy," Galang berucap santai.

"Lo gak bosen gue kalahin? Gue aja bosen menang mulu,"Alvin meremehkan. Walaupun benar dia selalu menang dalam hal apapun melawan Galang.

"Bosen. Makanya kali ini gue bakalan menang. Lusa, jam sembilan malam tempat biasa,"tidak menunggu jawaban dari Alvin dia langsung pergi begitu saja.

__________

Dia menggenggam erat pagar pembatas setinggi dadanya. Melongok ke bawahnya. Ini pertama kali dia melihat bangunan sekolah dari atas. Viola menutup mata. Menikmati sentuhan angin pada kulitnya.

"Lo anak haram!"

"Kamu anak bangsat pembawa sial!"

"SEHARUSNYA KAMU GAK PERNAH LAHIR!"

"Sebaiknya kamu mati Viola"

Viola sontak membuka matanya. Kenapa kata-kata menyakitkan itu yang harus dia ingat? Mungkin karna hanya kata-kata seperti itu yang dia dengar sejak dulu.

Viola menggulung lengan hoodie yang dia pakai. Mengusap pelan barcode di tangannya kirinya. Terdapat banyak bekas luka sayatan dan beberapa luka baru yang dia buat kemarin malam.

"Kok gue gak mati?"satu pertanyaan yang entah ditujukan pada siapa.

Perlahan cairan bening mengalir melewati pipinya. Tatapan Viola kosong. Tiba-tiba dia merasa sedih dan putus asa.

"Mungkin gue bisa mati kalau loncat sekarang,"sadar atau tidak kalimat itu lolos tanpa beban dari mulutnya.

Dia naik ke pagar pembatas. Keputusan sudah bulat. Lebih baik mati daripada merasa sakit. Tinggal loncat saja maka semua akan berakhir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RA-HA-SIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang