Wah sulit ini kak sulit. Sekitaran 20an? Hemm 26? Kok bisa udah nikah sih kak? Hahahaha maaf pertanyaan macam apa ini. Udah berapa lama nikahnya kak? Seneng dong yaampun mau suami jugaaaaaaaaaa
"Gue penasaran...," ucapnya.
Ada jeda cukup lama diantara kalimat kami, sebelum aku memutuskan untuk menanggapi.
"Penasaran tentang apa?" tanyaku tanpa menatapnya, namun justru memusatkan mata pada layar televisi yang sedang menayangkan salah satu film box office tahun ini.
"Eum...berapa banyak jumlah cewek yang udah rebahan di dada lo ini?" ujarnya akhirnya.
Aku tertawa meringis, "Entahlah, Diana."
Gadis itu tertegun, lalu dia menyingkirkan tanganku yang sedang mengelus lembut rambut hitamnya. Kemudian menegakkan badan dan berujar, "Tuh...kan. Sampai nama gue aja lo salah."
"Oh ya?" kataku mengangkat alis. "Masa sih?"
"For your information, nama gue Sania," tukasnya cepat.
"Nah...," jawabku, ikut meluruskan badan setelah hampir setengah jam berbaring di sofa, tentu dengan gadis bernama Sania ini di atasnya. Untung saja otakku mampu berpikir cepat, "Bukan karena gue lupa. Itu karena gue nggak pengen kebayang minyak goreng pas nyipok lo," jawabku. Jawaban ngeles? Jelas. "Soalnya tau sendiri nama lo kayak merek benda itu, kan?"
Dia memukul bahuku berulang kali, "Ish...lo jahat bet dah."
"Yang penting kan tujuan akhirnya," jawabku akhirnya. Mulai merasa lelah.
Kenapa perempuan selalu mempermasahkan sesuatu yang sebenarnya nggak perlu? Oh...come on, Shakespeare aja bilang: apa arti sebuah nama, kan? So...wahai makhluk paling ribet semuka bumi ini, berhentilah memperkarakan sesuatu semacam ini. Dunia masih butuh otak kalian buat melakukan hal lain. Menyenangkan lelaki misalnya.
Sebenarnya, kami sebagai kaum lelaki pun tak akan sembarangan dalam memperlakukan wanita. Jika wanita itu tidak bersedia untuk diperlakukan seperti ini, kami juga tidak pernah memaksa. Namun, jika mereka mau? Para lelaki bisa apa?
Seperti halnya seorang gadis yang marah akibat pahanya dilirik oleh mata kami yang secara naluriah memang akan bergerak ke arah situ. Kemudian mendamprat dan mengatai kami sebagai oknum yang tidak sopan. Tapi, sebelum men-judge terlalu jauh, bisakah kutanya balik: siapa suruh pake hot pants?
Sania mendengus, tapi kemudian berbalik menatapku lagi. Aku tahu, terlihat jelas dari sudut mataku.
Sedetik...tiga detik...lima detik, baru kemudian aku ikut menatap wajahnya. Kemudian satu senyum ikut kusunggingkan kepadanya. Wahai lelaki, ini namanya taktik. Jangan pernah langsung menoleh saat kalian tahu kalau ada cewek yang sedang memandangimu, berikan mereka beberapa detik untuk mengagumi paras indah kita. Dan kemudian, petiklah bunga dari kesabaran menunggu itu. Terdengar agak pujangga? Tapi iya, kata-kata dan tingkah pujangga justru lebih efektif dalam membuai gadis-gadis. Kemudian mengisap yang termanis di diri mereka.
Seperti sekarang, Diana...Tania...Sania atau ah...entah siapa namanya sudah meletakkan tangannya yang halus di rahangku. Menelusuri perlahan bulu-bulu halus bekas cukuran tadi pagi. Kalau menyangka dengan tindakan seperti ini bakal membangkitkan sesuatu yang tertidur dalam diriku, maka dia salah. Levelku sudah jauh di atas itu, tentu saja. Tapi, preambule seperti ini juga nggak akan kutolak. Kemudian, dia mencondongkan badannya padaku. Mata kami bertatapan, bibirnya mendekat ke wajahku. Yeah...tak perlu lah kujelaskan detailnya, kalian pasti sudah cukup besar untuk mengerti.
Aku adalah lelaki...Yang tak pernah lelah...Mencari wanita...
Aku adalah lelaki...Yang selalu gundah...Menunggu wanitaku...
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mining Expert
RomanceKalila Abyrianti, gadis mungil yang harus bekerja di dunia pertambangan untuk menghidupi dirinya dan adik semata wayangnya. Terus berjuang menantang dunia, menyimpan kesakitan dan ketakutan hanya untuk dirinya sendiri. Aldebaran Bachtiar, lelaki yan...