02|DearDara

16 9 3
                                        

Peringatan!!!!!
Typo bertebaran dimana-mana
⚠⚠⚠⚠⚠
°
°
°
°
°
°
°
°
****

Dara kini tengah menunggu jemputan didepan gerbang sekolah. Ketiga temannya sudah pulang terlebih dahulu tadi. Jadilah ia sendirian disini. Dara merogoh sakunya, mengambil handphone-nya, mengotak-atik sesuatu.

"Hallo pakde. Udah sampe mana Dara udah nungguin nih didepan gerbang. Udah mulai sepi juga. Dara takut" tanya Dara.

"Maaf neng. Banyak mobilnya bocor. Neng tunggu bentar ya saya ganti dulu bannya" jawab orang disebrang telpon.

"Yaudah jangan lama-lama. Dara takut nih" ucapnya lalu mematikan sambungan telepon.

Dara semakin takut karena sekolah mulai sepi. Kejadian buruk yang pernah dia alami lewat di pikiran nya. Membuatnya semakin takut. "Duh ini pakde kok lama banget sih" Dara semakin takut melihat langit yang mulai gelap karena akan hujan.

Dara berusaha menelpon pakde tapi nomornya tidak aktif. Ya Allah lindungi Dara. Dari takut, batinnya terus memanjatkan doa. Tak lama sebuah mobil berhenti didepan Dara. Sang pemilik turun dari mobilnya, "Lo ngapain masih disini? Udah mau hujan" tanya Gavin. "Mobil jemputan gue belum dateng" jawabnya. Rintik rintik hujan mulai turun, "Yaudah masuk. Gue anterin" ucapan Gavin. "Ngga usahlah paling bentar lagi jemputan gue dateng" tolak Dara. "Udah cepetan masuk keburu hujannya gede" ucap Gavin. Dara berpikir sejenak, sebenarnya benar juga ucapan Gavin. Kalo hujannya gede terus ada petir gimana, pikirnya. "Yaudah, ayo" ucapnya lalu masuk kedalam mobil Gavin.

Mobil Gavin berhenti di gerbang rumah Dara. "Thanks ya. Mau mampir?" tanya Dara. "Lain kali aja" jawab Gavin. Dara mengangguk lalu keluar dari mobil. "Boleh gue minta nomor whatsapp lo?" tanya Gavin. Dara memperlihatkan nomornya, "Nanti malem gue telpon" ucapan Gavin lalu melajukan mobilnya.

"Assalamualaikum. Dara pulang" teriaknya. Nenek Dara yang datang dari dapur menghampirinya. "Eh cucu nenek udah pulang. Gimana hari ini? Oh iya kamu pulang sama siapa? Tadi pakde bilang loh sama nenek ngga bisa jemput karena bannya bocor dan ternyata pakde ngga bawa peralatan" tanya neneknya. "Pantesan Dara tunggu sampe sekolah sepi ngga dateng. Ditelpon juga nomornya ngga aktif. Untung tadi masih ada temen Dara yang disekolah terus dianterin deh" jawab Dara sambil mendaratkan bokongnya disofa ruang tamu. "Siapa temen cucu nenek yang baik itu? Kamu ngga ngajak dia masuk?" tanya nenek. "Kakak kelas nek. Katanya lain kali aja mampirnya" ungkapnya. "Yaudah, sampein makasih nenek buat dia karena udah anterin cucu nenek ini. Sekarang kamu ganti baju, nenek lagi buat brawnis kesukaan kamu" ucap nenek lalu kembali kedapur.

Dengan malas, Dara berjalan kekamarnya. Melempar tas kesofa lalu menjatuhkan diri ke kasur king size miliknya. "Huft capek juga ya"gumamnya.

Bunyi handphone miliknya membuatnya bangun dari posisi tidurnya. "Siapa sih yang nelpon. Ganggu gue lagi rebahan aja. Ngga tahu apa nih badan capek semua" . Diambillah handphone ditasnya. Nomor tak diketahui. Siapa ya?, pikirnya.

"Hallo. Sorry siapa ya? Kalo ngga penting tolong jangan telpon saya. Saya lagi sibuk"

"Hahaha ini gue Gavin"

Dara menepuk jidat nya, kenapa gue ngga inget kalo tadi Gavin bilang bakal telpon gue. Kalo gini kan malu, ucapnya dalam batin.

"Hah?! Ga-gavin? So-sorry gue kirain orang ngga kenal tadi" ucapnya gugup.

"Haha ngga usah gugup gitu kali. Biasa aja. Lo lucu banget sih tadi, ngomel ngga jelas" Gavin masih tertawa.

Apanya yang lucu coba, malu iya. batinnya bingung.

"Jadi ada kepentingan apa lo nelpon gue?" tanya Dara mengalihkan pembicaraan.

"Ngga sih, ngga papa. Cuma pengen nelpon lo aja, sekalian mastiin ini bener nomor lo atau ngga. Siapa tahu kan lo ngasih nomor yang salah ke gue" jawabnya.

"Oh gitu. Sorry ya gue tutup soalnya gue dipanggil nenek gue" ucapnya.

"Eh bentar jagan dimatiin dulu. Gue mau nanya" ungkap Gavin

"Nanya apa?" tanya Dara.

"Tadi setelah gue nganter lo kekelas ada yang ngomong sesuatu ngga tentang gue?" tanya Gavin.

"Ada sih" jawab Dara jujur.

"Siapa? Ngomongin gue apaan?" Tanya Gavin penasaran.

"Kayla, Ele, sama Vania. Mereka bilang lo playboy kelas kakap" ungkap Dara.
Sadar dengan ucapannya, Dara menepuk bibirnya yang keceplosan.
"Eh sorry bukan gitu maksudnya. Aduh gimana ya..." Dara bingung takut Gavin tersinggung.
"Ra gue pesen satu hal sama lo. Apa yang lo atau mereka denger tentang gue belum tentu bener. Lo percaya kalo gue sesuai dengan apa yang mereka omongin?" tanya Gavin.

"Kalo boleh jujur sih gue ngga percaya sama mereka. Gue juga ngomong gitu ke mereka" jawabnya.

"Good. Gue tutup ya" ucap Gavin lalu menutup sambungan telepon.

Dari menghela napas, "Gue tadi salah ngomong ngga ya" gumamnya.

"Dara" teriak nenek Dara. "Iya nek. Bentar lagi Dara turun" teriaknya. Dara turun kelantai bawah. Melihat neneknya yang tengah sibuk menata brawnis buatannya. "Wih.... Enak nih kayanya" ujar Dara sambil mengambil brownis. "Eh tangannya nakal. Punya kamu tuh di kulkas. Main ambil aja" omelin neneknya. "Hehehe mana Dara tahu. Lagian buat siapa sih nek?" tanya Dara. "Buat tetangga baru kita" jawab nenek. "Rumah kosong yang disebelah jadi dihuni nek?" tanya Dara sambil ngunyah. "Jadi. Tadi nenek udah liat orang bawa barang barangnya" Dara ber-oh ria.

***

"Nah perfect" ucap Dara sambil bercermin. Dara telah rapi dengan seragam sekolahnya.

Dia bergegas ke meja makan untuk sarapan. "Pagi nenek"sapanya mencium pipi neneknya. "Pagi sayang. Duduk, nenek udah siapin nasi goreng buat kamu" ucap nenek. "Uuuu... Makasih nenekku" Dara mengambil duduk disalah satu kursi dan memulai sarapan. "Nek aku berangkat ya"pamitnya. "Eh bentar. Ini buat temen kamu yang kemarin nganterin itu. Bilang makasih dari nenek gitu" ucap nenek memberikan bekal kepada Dara. "Apaan sih nek. Nenek tuh berlebihan" Dara mengambil bekal tersebut. "Nenek ngga berlebihan. Udah sana berangkat keburu siang. Nanti kamu telat lagi" ucap nenek. "Yaudah. Dara berangkat" ucapnya menyalimi sang nenek.

Dara mengitari lorong kelas XII mencari Gavin. Sampailah dia di kelas Gavin. "Eh sorry kak. Gavin udah berangkat belum ya?" tanyanya pada salah satu siswa kelas tersebut
"Udah. Bentar gue panggilan" Dara mengangguk. "Gavin. Dicariin adik kelas tuh" teriak siswa tadi. Gavin bangkit dari kursinya, "Siapa?" tanyanya. "Ngga tau gue namanya. Tuh anaknya"jawab siswa tadi sambil menunjuk Dara. Gavin mengangguk, "Lo ngapain kesini, Ra?" tanya Gavin. Dara menoleh,"Oh ini, gue mau kasih ini buat lo dari nenek gue. Katanya makasih kemarin udah nganterin gue pulang". Gavin menerima kotak bekal tersebut,"Makasih ya". Dara mengangguk,"Yaudah gitu aja" ucapnya lalu pergi.

Gavin kembali ke bangkunya dan meletakkan bekal tadi di meja. "Ngomong-ngomong siapa cewek tadi? Mangsa lo ya?" tanya Aldo, teman Gavin. "Ati-ati lo. Kalo lo berani mainin dia, digampar lo sama Vania" ucap Rivan. "Lah emang siapanya Vania tuh cewek?" tanya Aldo. "Temennya. Kemarin gue ketemu dia di tempat balap. Gila bro! Dia natap gue sinis banget kaya mau bunuh gue tau nggak. Terus dia bilang gini, ' bilangin sama temen lo itu. Berani dia mainin Dara gue bunuh dia pake tangan gue sendiri '. Ngeri coy" ucap Rivan bergidik ngeri. "Terus lo jawab apa?" tanya Aldo. "Gue cuma jawab iya aja. Takut gue" jawab Rivan.

"Eh Vin. Lo ngga jadiin dia mangsa lo kan?" tanya Rivan. "Ngga tau gue. Gue cuma ngrasa aneh aja kalo dideket dia" jawabnya. "Jangan bilang lo suka sama si Dara itu. Gila bro! Seorang Gavin suka sama cewek" ejek Aldo. "Bacot lo" ucap Gavin menatap tajam Aldo. "Sorry bang jago. Ampun bang jago" ucap Aldo sambil joget tiktok. Rivan menoyor kepala Aldo, "Tiktokan mulu lo".




Makasih udah mampir
Jangan lupa vote and comment!!!

Jangan lupa follow ig:

@ka_teeaa

05-05-2021


@kateea_

Dear Dara (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang