7

234 39 0
                                    

Kedua tangan yang bertautan, mengusap pelan jemari yang lebih kecil dari nya, mata yang menatap lekat pada kelopak mata yang kini Masi tertutup, lekung senyum yang sebelumnya masih bisa ia lihat sekarang sudah tertutup sepenuhnya oleh masker oksigen, kini bukan hanya satu selang yang ada di tubuh pucat nan kurusnya, sebuah perban putih juga nampak melingkar di kepala sang pemilik surai sehalus salju itu.

"Apa kau tidak lelah terlelap terus? hari ini untuk pertama kali nya kau tidak tersenyum saat aku datang suga. apa mimpi mu lebih menyenangkan? aku menunggu mu dari pagi. dan lihat, bukan kah kau menyukai awan-awan itu? mereka akan menghilang dengan cepat kalau kau tak segera bangun." Daichi sedikit melihat ke arah jendela yang masih terbuka

"Kau tau semua orang datang pagi tadi, kageyama begitu menghawatirkan mu. hinata kembali meneteskan air mata nya begitu pula dengan yamaguchi. tanaka dan nishinoya tidak mau masuk namun tetap memandang mu dari jendela. melihat mu secara langsung memang menyakitkan. Asahi dia menatap mu cukup lama lalu segera pergi, seperti nya kau membuat Asahi menangis lagi suga." Senyum tipis terlihat di wajah daichi. ia kembali mengusap lembut jemari yang ada di genggaman nya

"Dan tsukisima dia yang menghabiskan waktu paling lama di sini. pulang paling akhir juga, walaupun anak itu tidak banyak bicara tapi entah kenapa hari ini aku melihat kesedihan yang paling kuat di wajah nya. setelah kau bangun kau bisa memukul kepala nya sampai kacamata yang ia pakai retak--"

"Dan jangan lupakan wajah kapten kita yang sudah tidak punya semangat hidup." Suara bariton memenuhi ruangan

"Ukai-San?!" Daichi menatap sang pelatih yang sudah berdiri dengan ponsel di tangan nya, kapan dia masuk itu lah yang sekarang sedang ia pikir kan, bahkan suara pintu saja tidak ada.

"Aku mau mengambil ponsel ku yang tertinggal, oh iya jangan sampai lupa makan sugawara akan memukulmu kalau kau sampe melupakan nya." daichi hanya mengangguk sambil tersenyum tipis, hampir saja dia meluapkan makan siang nya "sekarang sudah jadi makan malam Mungkin?"

Namun daichi tidak mempedulikan itu. hari ini, ia hampir kehilangan nafsu makan nya semua terjadi setelah ia mengetahui percakapan semalam

Flashback on

Setelah sampai di depan rumah sakit ia berpisah dengan yaku, daichi akan segera pulang ke rumah nya. begitu pula dengan yaku, pemuda tokyo itu sudah menyewa penginapan kecil untuk satu malam, dengan begitu pagi nya ia bisa kembali ke rumah sakit.

Sesaat setelah berpisah dengan yaku daichi baru ingat kalo dia meninggalkan jaket nya di kursi tunggu yang ada di ruang operasi. akhirnya dengan terpaksa ia harus kembali masuk ke rumah sakit

Pukul sebelas malam. benar-benar sepi hanya langkah kaki daichi yang terdengar di sana

Tidak perlu waktu lama, daichi sudah sampai di tempat di mana ia meninggalkan jaket hitam nya. Mengambil dan segera kembali

Daichi kembali berjalan di lorong rumah sakit, berjalan cukup pelan untuk mengurangi suara kuat dari hentakan kaki nya

"Apa maksudnya di hentikan!?" Suara tak asing masuk ke pendengaran daichi. ia menghentikan langkahnya menangkap suara dari ruangan dokter yang pintunya tidak sepenuhnya tertutup

Jantung nya berdegup begitu cepat. suara itu berasal dari ayah Sugawara. daichi mendekat, mendapatkan kedua orang yang tidak asing untuk nya

"Tumor itu sudah mencapai batang otak. untuk mengeluarkan nya, ada kemungkinan akan terjadi pendarahan hebat." Terlihat dokter yang masih mengenakan pakaian untuk operasi "Kami putuskan itu sangat berbahaya. jadi kami hentikan operasi nya."

Jantung daichi semakin berdegup kencang, tangan kekar nya meremas kuat tali tas yang ada di pundak nya. Semua kemungkinan terburuk yang selalu ia pikirkan sekarang benar-benar terjadi.

"Lalu tumor nya?" Kali ini ibu sugawara yang bicara

"Tidak dapat kami keluar kan." Terucap sudah kalimat sang dokter yang paling tidak ingin daichi dengar sekarang.

"Apa yang kau katakan Sensei?! Apa kau sadar yang barusan kau katakan?!" Suara keras terdengar penuh penekanan kembali masuk ke telinga daichi "Kau sendiri yang bilang kalo tidak segera di keluarkan akan membahayakan hidup nya!!"

"Otou-san tenang lah."

"Maaf kan kami, dengan keadaan seperti ini dia hanya punya waktu beberapa bulan lagi." Bagai di tikam ribuan pisau. rasa sesak menjalar ke seluruh tubuh nya, manik hitam daichi memandang lurus ke depan berharap semua yang ia dengar barusan hanyalah mimpi.

Namun semesta begitu kejam. pagi hari nya untuk pertama kali daichi melihat sugawara yang mengalami kejang. ibu suga dan beberapa perawat mencoba menahan, sedangkan daichi ia hanya bisa mematung di depan pintu sampai salah satu perawat berhasil menyuntikkan obat penenang.

"Apa itu? Suga-san?" Tersadar akan suara pelan seseorang, daichi melihat kebelakang. memperlihatkan yaku yang menampilkan ekspresi yang tidak jauh berbeda dari nya

Flashback end

Mengingat itu membuat mata nya kembali memanas. bayangan di mana sugawara akan tersenyum dan kembali menjalankan kehidupan normal nya setelah operasi. hilang bagai di telan bumi.

"Ekhem" daichi kembali tersentak, menoleh ke belakang dan mendapatkan yaku berdiri di sana

"Apa mengendap-endap seperti maling sedang populer? semua orang masuk tanpa mengetuk pintu" protes daichi

"Aku sudah memberi salam tadi, kau terlalu banyak melamun daichi-san" menjelang sore yaku kembali ke penginapan nya mengambil beberapa baju yang dia tinggalkan di sana, malam ini ia akan menginap di rumah sakit membantu daichi yang menjaga suga.

"Kau datang lebih cepat dari perkiraan lagi" Daichi bangun dari kursi, berjalan ke jendela dan menutup nya

Udara dingin mulai masuk.

"Aku pikir kau akan kerepotan sendirian" yaku menaru kantung plastik berisi cemilan dan minuman dingin "Aku membawa banyak makanan."

Malam ini mereka akan menjaga sugawara mengantikan ibu dan ayah nya yang sekarang tengah pergi ke tokyo untuk mengurus rujukan rumah sakit selanjutnya.

Pagi tadi orang tua Sugawara mengatakan akan melanjutkan perawatan Suga di Tokyo. Rumah sakit yang sempat memberi tawaran kepada mereka agar di rawat inap di sana, tapi karena alasan Suga yang bersangkutan dengan sekolah nya dengan terpaksa orang tua nya menolak itu. Namun kali ini tidak ada pilihan lain. di sana suga akan kembali melakukan operasi yang sama dengan fasilitas rumah sakit yang lebih memadai.

Satu-satunya harapan terakhir mereka. walau hanya 1% keberhasilan mereka akan tetap berjuang membuat sang malaikat manis kembali dengan tawa hangat nya.

"Sebenarnya kau punya berapa banyak uang yaku-san?" Tanya daichi, entah lah ia fikir dari kemaren yaku selalu membawa satu kantung besar berisi makanan, pagi tadi pun sama. dan lagi bukanya dia menyewa penginapan? Apa uang itu tidak habis belum lagi kereta dari Miyagi ke Tokyo nanti

"Hoy! tidak sopan. seharusnya kau bersyukur aku dengan baik hati memberi makanan" Kembali tatapan yang mengatakan aku ingin menendang bokong mu. terlihat di sorot mata yaku "Makan saja. wajah mu sudah seperti mayat hidup Sawamura-san." Yaku melotot

"Ah iya sebenarnya aku kesini begitu cepat karena pelatih-san mengatakan kau sedang galau dengan tatapan ingin mengakhiri hidup."

"Mengakhiri hidup? aku tidak se bodoh itu. Ukai-San terlalu berlebihan" daichi kembali menatap Suga, mungkin kalo Suga pergi ia baru akan mengakhiri hidupnya. sekitar 70% kemungkinan

"Sialan kau benar-benar berfikir mengakhiri hidup?!"

"Tidak." Sangkal daichi

"Wajah mu begitu jelas!"

Daichi bicara dengan orang yang salah. Libero nekoma ini cukup peka akan sesuatu hal, membaca mimik wajah seseorang tidak terlalu sulit untuk nya.


























To be continued.

Believe me i'm fine [Daisuga] End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang