Dibalik penutup matanya dia berkedip. Mencoba mencerna apa yang dilihatnya. Merasa kurang yakin, dia melepas kain yang menutupi matanya lalu mengucek matanya beberapa kali.
"Apa sekarang kutukan berevolusi menjadi ninja?" Seakan kebingungan didepan menghinanya, sosok yang menggandakan diri itu mulai berpencar. Pejalan kaki lain nampak tidak mengetahui jika ada beberapa bahkan lebih dari sepuluh orang dengan rupa serupa berjalan di sekitar mereka.
"Oh... kau ingin bermain?" Sosok pria dengan tinggi di atas rata-rata, dan rambut putih bagai uban, memasang senyuman aneh yang membuat dia tampak seperti penjahat.
Dia berjalan, perlahan kakinya sedikit dipercepat, meraih salah satu dari mereka. Tapi saat jarinya menyentuh pundak sosok itu-
"Kyaaa! hentai!"
"Kenapa kau berteriak?"
Pejalan kaki lain mengalihkan atensinya, dan saat dia berbalik lagi, sosok itu dan duplikan lainnya telah hilang. Menghela nafas lantaran mangsanya pergi bagai angin lalu tanpa meninggalkan jejak sama sekali.
Di sisi lain
Netra nya menatap sosok yang mengejarnya itu, kini pergi menjauh. Mungkin orang itu sudah menyerah dan berniat kembali pulang. Ia menghela nafas, lega sudah hatinya melihat orang itu sudah tak ada di sekitar lagi. Sekarang, waktunya untuk kembali dan menyusun rencana.
****
Aroma pagi menyapa; semua mahluk hidup termaksud dirinya mulai melakukan aktivitas. Ia memandang gugup dengan banyaknya pejalan kaki, lantaran ia takut tersandung dan membuat orang lain kerepotan. Alasan aneh? Benar, aneh. Bahkan dia menepuk jidat lantaran mengetahui alasan tidak jelas itu.
"B-bagaimana kalau kaki orang lain tidak sengaja ku injak?"
Dia menepuk jidat untuk kedua kalinya. Baiklah, jelaskan bagaimana dirinya bisa membuat kontrak dengan orang ini?
"Mereka tidak akan mati hanya karena kamu menginjak kaki mereka. Dan lagi, cepat jalan sebelum bel sekolah berbunyi!"
Ia berjalan cepat, menyebrangi zebra cross; berjalan dengan penuh kekhawatiran karena dikelilingi rasa takut yang berlebihan. Untunglah ia mengambil jalan pintas, sehingga hanya memakan waktu lima menit untuk mencapai sekolah. Kini kakinya berhenti tepat di gerbang sekolah, dan tentu saja dengan nafas yang masih memburu juga keringat membasahi wajah.
"Akhirnya, sam-"
"Ohayou!"
Deg!
Ia membeku sesaat. Berbalik perlahan karena penasaran. Dalam hati ia berharap jika suara itu bukanlah sosok yang lusa kemarin terkena sepatu dari si dia.
"..."
Perkiraan tepat namun berdampak bahaya bagi jantung. Wajah manis, rambut merah jambu dengan bagian bawah hitam, manik coklat muda, ditambah senyuman manis yang sangat menyilaukan mata.
Pssstttt! Bum!
Wajahnya memerah tak kala mengetahui sosok lelaki yang disukainya berada dekat sekali dengannya, plus lelaki ini juga memberi salam pagi dengan ciri khasnya, yakni senyum lima jari.
"A-aaa...."
Dia sudah menebak ini. Karena sudah tahu begini dia memilih diam dan menyaksikan saja. Toh biarlah, lagipula dirinya tidak rugi jika tidak membantu kliennya ini.
"Hitungan dimulai! One, two, three-"
Bruk!
Dan sesuai dugaan, kliennya pingsan selepas disapa gebetannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope: Save The People! ( Its game the series )
FanfictionSaat seseorang dilanda kehampaan, putus asa, dan hendak memakai jalan pintas, yaitu meminta bantuan kepada mahluk dibenci Tuhan. Saat itulah salah satu dari kami muncul. Walau terkadang, mau tidak mau harus mengubah takdir seseorang; atau terkadang...