0

18 0 1
                                    

Cahaya lampu dari sebuah ruangan serba putih masih menyala terang. Ketika bulan di atas sana menggantung di langit malam, dan jutaan mata terpejam melepas lelah.

Disana, seorang gadis dan pria berjas putih masih berbincang hangat. Tak menghiraukan bulan yang sejak tadi berseru, menyuruh mereka beristirahat.

"Aku masih gak nyangka sih kamu Hera yang aku temuin pas kecil."

"Ga bosen apa kak bilang ituuu terus," Hera memutar bola matanya, pura-pura jengah.

"Engga sih, seru soalnya kalo ngebahas ituuu terus," jawab Aidan tertawa sembari meniru gaya bicara gadis di hadapannya.

"Buset kak, nyebelin banget. Betewe, perasaan ya, Kak Aidan yang dulu tuh pemalu banget. Kita ngumpul di rumah seharian waktu itu, tapi lo gapernah ngomong deh. Belajar darimana jadi kayak gini"

"Ya gitulah, perjalanan hidup banyak ngerubah hidup manusia juga. Pas kuliah sih stress. Kalo kerjaannya ga nontonin akuarium ya misuh-misuh sama temen jadi gini deh. "

"Ngakak lah. Tapi asli deh yang paling ku inget tu yang kakak pipis dicelana karena malu ngom-ahaHAHAH,"

"OI DIEM GA!" Aidan membulatkan kedua matanya. Bagaimana bisa Hera membicarakan hal seperti itu. Memalukan memang, kenangan masa kecil Aidan saat dirinya kelas 6 SD ketika ia dibawa ke rumah Hera kecil.

"AHAHHAHA IYA IYA UDAH NIH MAAP," Hera memukul-mukul meja di depannya sembari memijat pelipis. "Lawak banget woy, ini rumah sakit apa komedi putar!"

"Komedi putar apa lucunya aneh bet," Aidan menggaruk-garuk kepalanya.

"Eh bukan komedi putar, apa si itu komedi di tv?"

"Apa coba?"

"Ituloh, bukan yang tatap mata ojan ya kalo itu sketsa. Yang di indosiar-OH stand up comedy HAHAHA, " keduanya tertawa. Sadar akan betapa tak pentingnya topik yang mereka bicarakan.

Sebenarnya Aidan tak habis pikir. Gadis di hadapannya ini telah duduk bersamanya selama kurang lebih dua jam, selama itu pula ia telah banyak dikejutkan oleh tingkah laku absurd Hera.

Ia pernah beberapa kali bertemu dengan Hera saat mereka masih kecil. Ayah mereka merupakan dua orang sahabat.

"Kak, " Hera berkata saat tawa mereka mereda.

"Ya?"

"Gue pulang dulu ya," Hera berkata sembari melirik jam tangannya. "Ga kerasa udah mau dua jam. "

"Iya, udah malem juga," Jawab Aidan lalu mencatat sesuatu diatas sebuah kertas.

"Nulis apaan kak?" Hera memajukkan kepalanya.

"Obat lah, buat kamu," Jawan Aidan.

"Ga usah banyak-banyak deh kak obatnya, gue udah sembuh juga kayaknya," celetuk Heran polos.

"Ebuset, tau dari mana udah sembuh? Tadi aja linglung kan pas kesini?"

Hera menggaruk-garuk kepala mendengar jawaban Aidan, "Eh kak tapi serius deh. Duarius lah. Semenjak satu tahun kebelakang, semenjak gue fokus UTBK sih pokoknya fokus sama kehidupan dan goals gue, rasanya kekhawatiran gue mulai berkurang," Hera meneggakan punggungnya. "Dengerin kak, ini semacam deap talk ala ala gitu hiyaa," Aidan tertawa kecil.

"Kalo kata papa kakak ya, gue udah bisa melihat dunia dengan persepsi yang lebih baik tjiah. Udah tuh gue lupa sama si EX yang bikin hidup gue asdfghkl. Gue udah jadi lebih nice loh kak, best version of Hera Alya hiyaa," Hera tertawa di akhir kalimatnya. Aidan pun sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[on] HERADITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang