BAB 1. Malam

122 9 0
                                    

LANGIT biru tua berhiaskan gemerlap bintang yang menyatu sedemikian rupa dengan hitam membentang di atas kota Sydney, Australia. Ikut terefleksi di permukaan laut dengan gelombang tenang yang mengelilingi hampir tiap sisi dari Opera House. Dan jangan lupakan jembatan Sydney Harbour yang bercahaya di tengah pekatnya gelap, juga berbagai macam kendaraan dan kapal-kapal yang melintas di atas dan bawahnya. Suatu pemandangan yang tak mungkin dilewatkan oleh orang-orang. Hiruk-pikuk di pinggir laut berlatarkan bangunan-bangunan megah juga membangun suasana menenangkan. Beberapa orang membawa keluarga, teman dan pasangan masing-masing. Saling bercengkrama ria tanpa memedulikan suara angin dan ombak yang berisik.

Farhan berada di sana, sendirian. Tepatnya di salah satu tepi laut kota Sydney. Dari tempatnya, ia dapat melihat gedung opera dan jembatan yang menjadi ikon Australia sekaligus. Laki-laki berambut ikal itu tengah asyik memanjakan mata dengan panorama indah yang disuguhkan. Sambil melipat tangan di atas pagar pembatas, ia membiarkan angin laut yang lembut membelai wajahnya. Lantas memejamkan sepasang iris cokelatnya agar lebih menjiwai, selang beberapa detik, kembali membuka mata.

Untuk sejenak, Farhan ingin melupakan semua beban dan masalah yang saat ini sedang dia hadapi dalam benak. Untuk sebentar saja, ia ingin mengistirahatkan pikiran dan menghibur dirinya sendiri.

Di tempat ini. Kota kelahiran yang diam-diam dia rindukan.

Setelah berminggu-minggu lamanya tur keliling Indonesia bersama UN1TY, akhirnya dia dapat punya waktu sendiri. Tidak. Indonesia dan UN1TY memiliki tempat spesial di hatinya. Bukannya dia tidak ingin menghabiskan waktu bersama mereka. Hanya saja Farhan ingin menyelesaikan semua urusan yang harus dia hadapi seorang diri. Rindu pasti. Tidak mungkin dia tidak merindukan UN1TY yang sudah dianggapnya sebagai keluarga.

Kedua sudut bibir tipisnya tertarik membentuk senyum simpul. Betapa dia menikmati perasaan familier ketika berdiri di tempat ini, ketika melihat pemandangan ini, dan ketika merasa seperti ini.

Namun, kenapa dia juga merasakan sepi?

Apakah karena jauh dari keluarga dan Indonesia? Atau karena jauh dari anggota-anggota UN1TY? Apapun penyebabnya, Farhan yakin bahwa ini adalah jenis sepi yang berbeda. Bukan disebabkan oleh jarak yang memisahkan dia dari orang-orang tersayang berkilo-kilo meter jauhnya.

Lantas, jenis rasa sepi apa ini?

Laki-laki itu menunduk kemudian mengusap tengkuk. Bingung harus berbuat apa untuk menghalau emosi yang membuatnya tak nyaman.

"Kapan kamu mau menikah, Farhan?"

Farhan menerawang ke angkasa. Pertanyaan yang kerap diajukan oleh beberapa anggota keluarga padanya mengusik pikiran. Dia tahu sebentar lagi usianya akan menginjak kepala tiga. Tetapi sejujurnya, Farhan tidak ingin memikirkan itu sekarang. Ia berusaha menepis segala gundah yang memenuhi kepala dan hatinya, namun yang terjadi malah berpotongan. Pertanyaan-pertanyaan itu justru melekat dan berputar di dalam kepala.

"Memangnya, mau kapan lagi kalau bukan sekarang?"

Sang ibu tersayang juga menginginkan hal yang sama. Entah sudah berapa kali Farhan menghindar, tapi dia tahu dia tidak bisa lari selamanya. Karena memang, mau tak mau, suka tak suka, Farhan harus melepas masa lajangnya suatu hari nanti.

Terlalu sibuk dengan isi kepala membuat Farhan tak sadar jika sedari tadi ada yang memperhatikan dirinya. Di sela-sela kebingungannya, pemilik sepasang iris kopi yang tengah mengamatinya itu menghampiri lalu mencoba menarik perhatian Farhan dengan memanggil laki-laki tersebut.

"Bang Han?"

Farhan langsung menoleh ketika suara itu sampai di telinga. Raut wajahnya menampakkan keterkejutan lantaran ia tak pernah menduga bakal ada yang mengenalinya di sini. Terlebih lagi, memanggilnya dengan sebutan itu. Butuh waktu beberapa detik bagi Farhan untuk menyadari bahwa yang memanggilnya adalah seorang perempuan.

☄︎. *. ⋆

A/N:

wkwkw, bang Han galau ditanya kapan nikah mulu

20 Mei 2021

Night in Australia | Farhan UN1TY Where stories live. Discover now