1

8.9K 288 6
                                    


Warning : Alur cerita ini maju mundur, yang ga suka jalan cerita model kaya gitu skip aja ya! thx guys!!!🖤


✨✨✨✨✨✨✨

Perkenalkan namaku Titania Olivia Darmawan. Orang-orang memanggilku dengan nama Olivia. Umurku beberapa bulan lagi akan menginjak 21 tahun.

Aku adalah seorang orang tua tunggal dari putraku yang bernama Athallah Rafael Pramudya.

Oh iya saat ini aku disibukan dengan mengurus perusahaan milik ayahku. Bisa dibilang aku adalah wanita yang baru saja menjajaki dunia perkantoran.

Keluargaku termasuk berkecukupan dari segi materi dan kasih sayang. Aku diberi beberapa fasilitas untuk menghidupi putraku kelak nantinya. Aku adalah anak tunggal dikeluarga ini. Maka dari itu akulah yang meneruskan memegang kendali atas perusahaan milik ayah.

Sebetulnya ayah masih sanggup untuk menghandel, hanya saja ia mulai membimbingku lebih cepat dari yang seharusnya karena posisi ini tidaklah mudah.

Apa lagi aku juga memiliki seorang putra dan juga seorang single parent yang membesarkan anaknya seorang diri. Akan lebih banyak waktu bersama untuk bermain buah hatiku yang tingkahnya sedang lucu-lucunya.

Kisah percintaanku tidaklah mulus, aku gagal dalam berumah tangga. Baru saja 6 bulan yang lalu diceraikan oleh suamiku.

Setelah bercerai aku kembali menempati rumah pribadiku dan sesekali menginap di rumah orang tuaku.

Mantan suamiku menceraikan diriku ketika buah hati kami berumur 3 bulan. Awalnya aku berpikir, mungkin saja ketika melihat anaknya sedang menangis ataupun tertawa ia akan bisa luluh dan memilih mencabut gugatan cerai itu.

Dugaanku salah, ternyata wanita simpanannya itu menurutnya lebih dari apapun dan siapapun.

Aku tidak bisa menolak, aku tidak ingin anakku melihat pertengkaran orang tuanya setiap hari ketika nanti ia sudah besar.

Dan juga aku tidak ingin mengemis-ngemis hanya untuk seorang pria seperti dirinya. Aku memilih melepaskannya dari pada tersiksa sepanjang hari.

Hidup satu bangunan selama dua tahun membuatku kenyang menerima pahitnya hidup bersama mantan suamiku.

Walau bagaimanapun rencana pernikahan ini dilandasi dengan dasar cinta awalnya, namun sirna setelah mantan suamiku esok hari ya akan mengucapkan ijab kobul.

Wanita itu datang menganggu rumah tangga kami, bahkan di hari pertama kami menyandang gelar status suami istri aku sudah harus tidur pisah ranjang dan bergabung dengan bi Encu, bi Ani, bi Engkam.

Aku gagal mempertahankan semuanya, ia yang memang tidak berniat membangun pondasi hubungan bersamaku dan tidak ingin dipertahankan memilih membangun hubungan dengan wanita lain.

Dulunya aku memang mencintai dirinya, bahkan disaat dia berselingkuh didepan matakupun aku siap untuk memaafkannya jika ia memang bersedia untuk tidak mengulanginya.

Namun rasa sayang itu hilang begitu melihat anakku ditelantarkan, tidak diberi nafkah. Walaupun keluargaku berkecukupan, aku juga akan selalu merasa ada yang kurang karena anakku tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah.

Untung saja orang tua dan kakaknya begitu peduli dengan cucu dan keponakan mereka. Bunda dan ayah mertuaku sangat sangatlah baik sekali terhadap diriku dan putraku. Begitu pula dengan kak Sindy, ia juga menjadi kakak ipar terbaik bagiku.

Mereka selalu meminta untuk bertemu dengan diriku dan putraku tanpa sepengetahuan mantan suamiku. Biasanya kami janjian bertemu di rumah kak Sindy.

Siang ini ayah Rafa datang ke kantorku karena ingin membawa putranya menginap di rumahnya.

Ini adalah pertama kalinya putraku menginap disana tidak ditemani oleh diriku. Biasanya ia langsung pulang karena tidak betah sepertinya.

Ia melihat tas berisi perlengkapan Rafa yang sudah ku siapkan untuk menginap di rumah ayahnya. "Pakaian sama susunya udah,'kan?"
Aku mengangguk dan mendekatinya, melihat anakku terlihat damai sekali dalam gendongannya.

Sekilas ia terlihat mirip dengan ayahnya, yang mirip denganku hanyalah bibir dan alisnya saja. Tampan sekali anakku. "Susunya asi kamu atau susu bubuk?" lanjutnya.

"Dua-duanya ada, jangan lupa asi nya nanti diletakan ditempat penghangat." Aku membuka tas dan menunjukan padanya tempat penghangat itu seperti apa.

Ia melihatku dengan tajam, apapun yang aku lakukan, tetapi aku tidak peduli dan membiarkannya saja. Sudah 3 bulan belakangan ini ia selalu mengirimkan pesan kepadaku berkata bahwa ingin bertemu denganku dan bicara empat mata.

Namun selalu ku tolak, aku beralasan sibuk dengan banyak pekerjaan kantor yang menumpuk dan harus segera diselesaikan, maafkan aku ya Tuhan aku harus berbohong demi kesehatan mentalku. "Kamu engga sekalian ikut aja? Kalau dia rewel nanti malem gimana?"

"Dikasih susu nanti juga tidur kok." Rafael bukan tipikal anak yang merepotkan menurutku, jika yang merawat itu memang benar-benar memakai hati.

Ku lirik sekilas ia terlihat seperti ayah yang penyayang, "oh oke deh. Aku pulang dulu." Aku mengangguk dan melihat dirinya melangkah keluar dari ruang kerjaku ini. "Nanti aku kabarin lewat Whats App." ucapnya sebelum menutup pintu kerjaku.

Jujur saja, aku jengah melihat dirinya bersikap seperti ini. Sangat bertolak belakang tidak seperti dahulu, aku juga mendengar kabar dari kakak iparku bahwa dia sudah memutuskam hubungannya dengan wanita simpanannya itu.

Bagaimana kak Sindy bisa tahu, katanya ia sering kedatangan tamu yang mengaku sebagai calon istri adiknya. Setelah diintrogasi, wanita itu menceritakan bagaimana jauhnya hubungan dia dengan mantan suamiku itu.

Kak Sindy sudah tahu jika aku sudah tidak ada rasa dengan adiknya itu, namun ia tetap saja mencoba membujukku untuk kembali rujuk dengan adiknya. Tidak mungkin, hanya dua kata itu saja yang mampu ku ucapkan.

Ex Husband (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang