prolog

6 2 0
                                    


........

Langit begitu cerah sore ini, secercah senyuman yang dari tadi terukir indah di wajah seorang gadis yang masih setia menunggu sang pujaan hatinya datang.

Tak ada raut gelisah sedikit pun pada gadis berambut sebahu itu, walaupun sudah hampir sejam dia duduk di bangku taman menunggu orang yang berjanji akan mengajak nya kencan sore ini.

Gadis itu menyipitkan matanya saat melihat seorang laki-laki yang berjalan kearahnya, seketika senyumannya semakin mengembang.

Ah, akhirnya yang dia tunggu-tunggu datang juga.

"Hi cantik," sapa laki-laki itu saat sudah berada tepat di depannya.

"Maaf banget ya zara, aku terlambat datangnya," lanjutnya dengan raut wajah bersalah.

"Iya gapapa kok kak, kita jadi pergi kan?" Gadis yang kerap dipanggil Zara itu menjawab, sambil bangkit dari duduknya.

"Jadi dong, kan kakak udah janji sama kamu."

Tangan kanan laki-laki itu mengusak rambut gadisnya dengan lembut, "kakak punya sesuatu loh buat kamu."

"Oh iya? Apa itu kak?"

"Tadaa !!" Dikeluarkannya dua tangkai bunga matahari dari belakang lelaki tersebut lalu di sodorkan kearah Zara.

Zara terdiam sesaat sebelum kemudian tersenyum lagi, walaupun tak selebar tadi. "Kak Alvin . ."

Melihat raut wajah gadisnya berubah, lelaki bernama Alvin itu kebingungan seketika.

"Kenapa Ra? Bukannya dulu kamu pernah bilang ke kakak kalau kamu suka bunga matahari? Kakak masih inget loh."

Dengan ragu Zara mengambil bungan itu dari tangan Alvin, "kak . . tapi aku . ."

"Gimana ra? Kamu suka kan?"

"Kak Alvin. . . Aku gak pernah ngomong kalau aku suka bunga matahari kak," ucap Zyra pelan, kepalanya sudah menunduk menatap kedua sepatu putihnya.

Alvin semakin kebingungan dengan jawaban pacarnya, "kakak masih inget loh Ra? Masa sii kakak salah?"

Masih dengan posisi menunduk, "aku gak suka bunga matahari kak, aku juga alergi sama serbuk bunga," Zara menjeda ucapannya kemudian beralih menatap kedua mata Alvin. "Kakak gak lupa kan?"

"Ra, maafin kakak."Alvin maju satu langkah, hendak mendekap tubuh mungil itu.

Sungguh, dia benar-benar lupa akan hal itu.

"Iya kak, gapapa kok."

Melihat gadisnya mundur satu langkah darinya membuat hati lelaki itu terluka. Ya Tuhan, dia kembali menyakiti Bintang nya lagi.

"Kak Amel lagi ya?" tanya Zara yang langsung di jawab dengan anggukan kecil dari Alvin.

Zara tersenyum kecut.

Sampai kapan lagi dia seperti ini?

"Maafin kakak Ra," ucap Alvin lirih, dia merasa bersalah terhadap gadis di depannya ini.

"Yaudah kak, it's okay. Aku tau susah buat ngelupainnya, karena emang waktu yang kalian habiskan bersama itu gak sedikit. Tapi kak . ." Zara menatap kedua mata Alvin dengan penuh harap, "tolong di kurangin ya, soalnya itu nyakitin aku."

........

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bintang dan Semesta nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang