Kepulan asap menyeruak keluar dari bibir mungil dan merona milik Soobin. Laki-laki bermata sipit itu memejamkan mata dengan kaki yang diangkat keatas meja kerjanya. Tidak nampak kelelahan atau sedang banyak pikiran, Soobin selalu santai menghadapi apapun. Hobinya adalah bermain. Apapun itu, baginya hanyalah permainan.
Suara ketukan pintu membuatnya membuka mata. Sepasang manik mata bening seolah tak pernah berbuat dosa mengerjap ringan. Tak ada sautan apapun dari sang pemilik ruangan, membuat pintunya terbuka tak peduli sudah diizinkan atau tidak.
"Pekerjaanmu sudah beres?"
"Peduli apa lo?"
Laki-laki berperawakan tinggi dengan kacamata kecil itu tersenyum mendengar jawaban Soobin. Dia berjalan mendekat, Soobin hanya melirik sebentar kemudian lanjut memejamkan mata.
"Papa punya hadiah buat kamu."
"Ga perlu, gue bisa beli apapun ssendir." Soobin menurunkan kakinya dan mematikan rokoknya.
"Hadiah Papa ini nggak bisa dibeli dimanapun."
Alis Soobin bertaut. Dia penasaran dan sempat terpesona, tergiur akan kata 'tidak bisa dibeli dimanapun'.
"Bawa masuk!" Pinta Lee Minhyuk atau yang lebih akrab dipanggil Minhyuk Boss, Papa Soobin.
Seorang laki-laki yang juga bermata sipit dengan beberapa garis luka diwajahnya masuk. Bisa dipastikan laki-laki botak itu adalah orang Jepang. Dibelakangnya terdapat seorang wanita yang badannya penuh ikatan dengan kepala yang ditutup kain hitam.
Nampak jelas Soobin makin tertarik, dia kini berdiri tegap sambil merapikan setelan jas, bersiap menyambut tamu barunya. Senyum runcing dan mata yang menajam menusuk sekujur tubuh wanita ramping dengan tinggi semampai tersebut.
"Selamat datang, Akira," sapa Soobin dengan deep voice. "Udah berapa lama kita nggak ketemu?"
Soobin mendekatinya perlahan, meminta Papa dan bawahannya pergi. Kini Soobin hanya berdua dengan gadis bernama Akira itu. Tatapan tajam mereka beradu sengit, saling menyimpan dendam mereka.
"Jujur gue masih sayang banget sama lo, tapi disisi lain juga benci. Jadi menurut lo gue harus gimana?" Tangan Soobin mencengkeram dagu Akira.
"Gue udah nggak punya urusan sama lo, bangsat."
"No baby, urusan kita masih banyak."
"Lepasin!"
"Ah... Gue punya ide. Gimana kalo lo jadi budak gue. Budak bermain," ujar Soobin dengan menekan kalimat 'budak bermain', tatapannya kini makin menajam.
Akira hanya diam, napasnya menggebu seperti serigala yang siap menerkam mangsanya. "Kenapa lo ngelakuin ini ke gue?"
"Apa yang lo lakuin ke Mama gue jauh lebih tragis. Karena gue cinta sama lo, gue bakal bantu ngurangin dosa lo."
Akira diam, tapi mata dan napasnya masih berapi-api. Dia begitu membenci keluarga Soobin. Andaikan waktu bisa diputar dan Akira kembali ke waktu itu, dia akan tetap melakukan hal yang sama tanpa penyesalan.
"Bin, keknya lo perlu kebawah deh, ada polisi," ujar Beomgyu, salah satu anggota organisasi, teman Soobin.
"Shit!"
Mata Soobin memerah, tangannya menampar pipi kanan Akira hingga badannya terpanting. "Lo bener-bener jalang licik!" Bentak Soobin.
"Lo sendiri yang milih berurusan sama gue."
"Habis ini gue nggak akan ngasih lo ampun!"
Soobin menyeret tubuh Akira, memasukkan tubuh jenjang gadis berdarah Jepang itu kedalam koper besar secara paksa hingga ia merintih kesakitan. Koper berisi manusia itu kemudian diletakkan didalam lemari besar yang didalamnya berisi dokumen-dokumen penting perusahaan milik Papa Soobin.
Soobin bergegas menuju lantai bawah. Langkah lebarnya bahkan bergerak 2x lebih cepat. Bagi orang biasa, itu terlihat seperti berlari.
"Kayaknya ini ulah mantan lo itu deh," Taehyun tiba-tiba ikut berjalan cepat disamping Soobin. Dia juga anggota organisasi yang diketuai Papa Soobin.
Soobin diam, tangannnya mengepal hingga memutih. Setetes keringat mengalir didahi putih miliknya.
Bugh
"Aduh liat-liat dong kalo jalan."
Seorang wanita mungil, berambut panjang dengan mata bulatnya terduduk dihadapan Soobin dan Taehyun. Pakaiannya menunjukkan bahwa gadis yang nampak jelas gadis Jawa ini adalah salah satu staff perusahaan Lee Corporation, perusahaan milik Ayah Soobin juga.
Tanpa berpikir panjang, Soobin dan Taehyun hanya melewati gadis itu. Waktu beberapa detik mereka terpotong dengan sangat sia-sia karena gadis tersebut.
"Kami akan jamin tidak ada apapun yang mencurigakan, perusahaan kami juga tidak ditunggangi oleh organisasi manapun." Minhyuk Boss sudah berbincang seru dengan para polisi di Lobby.
"Agar prosesnya lebih cepat, kita selesaikan saja secara informal, bagaimana pak?" Lanjutnya dengan maksud tertentu.
Para polisi tersebut nampak saling pandang, saling bertukar pikiran hanya lewat tatapan mata.
"Nanti untuk masing-masing anggota polisi yang bertugas disini, saya berikan komisi lebih."
"Baik pak, begitu saja. Lagipula Lee Corporation sudah lama berdiri di Indonesia dan tidak menimbulkan masalah apapun. Cuma was-was saja, akhir-akhir ini banyak laporan mafia yang meresahkan masyarakat, terutama dari daerah Asia Timur."
"Wah hahaha... Saya ini jauh-jauh dari Korea membawa anak dan keluarga saya hanya bertujuan untuk mengembangkan perusahaan saya saja, tidak ada niat lain," celoteh Minhyuk Boss.
Para Polisi mengangguk sambil tertawa, mengira celotehan dari makhluk licik tersebut adalah benar adanya. Setelah menyelesaikan suap-menyuap, polisi pergi, meninggalkan Lobby dalam keadaan penuh ketegangan.
"Lain kali kita harus berhati-hati," ujar Minhyuk Boss sambil menepuk pundak Soobin yang disusul anggukan seluruh anggota yang bekerja disana.
Soobin kembali ke ruangannya. Badannya bergetar menahan amarah pada Akira. Sambil mengucap sumpah serapah, Soobin membanting pintu lemari dan melempar koper yang berisi Akira.
"Akkhh, ada orang didalem sini!" pekik suara kecil khas wanita
Soobin buru-buru membuka koper berukuran jumbo itu. Suara gadis itu, bukan suara Akira yang tenang dan lembut. Gaya bicaranya pun berbeda.
"Terima kasih ya. Eh... Anda bapak yang tadi nabrak saya kan?"
"Dimana Akira?!"
"Non Akira pulang. Katanya dia lagi main petak umpet, kalo saya mau gantiin dia saya bakal dapet kerjaan di kantor sini, Pak."
"Lo bukan staff disini?"
"Bukan, saya anak ART dirumahnya Non Akira."
"Kenapa lo pake baju kantor? Dan darimana lo dapet kartu tanda karyawan itu?"
"Ooh ini dikasih sama temen-temennya Non Akira yang pakai seragam polisi tadi," ujar gadis tersebut. "Keren ya orang kaya, main aja pakai seragam beneran," lanjutnya sambil memijat bahu yang terbentur karena koper yang dilempar Soobin tadi.
"Cepetan ke ruangan gue!" Suara Soobin berapi-api ketika menyuruh Taehyun, Beomgyu, dan Kai keruangannya.
Tak butuh waktu lama, ketiga pria sebaya Soobin datang. Mereka menatap penuh tanya kepada gadis yang duduk disofa ruang kerja Soobin, seolah meminta penjelasan.
"Akira udah nipu kita. Dia kabur digantiin cewe kampung itu. Dan polisi-polisi tadi ternyata gadungan, mereka temen-temen Akira," jelas Soobin dengan napas terengah-engah.
"Gosh.. She's really bitch," pinta Kai dengan logat khas bulenya.
"Beomgyu, lo bawa cewe ini kerumah gue. Jangan lupa rantai tubuhnya. Taehyun, Kai, lo ikut gue nyari Akira."
"Oke!" Jawab Beomgyu, Taehyun, dan Kai bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMADRYAD | Choi Soobin✔️
FanfictionJangan keras kepala. Kalau ku bilang jangan pergi, ya jangan pergi!