Hal pertama yang aku saksikan adalah Maggie yang kembali berdansa. Kali ini bra yang dia pakai sudah terangkat naik hingga lehernya, mungkin oleh salah satu teman prianya dan dia tak ambil pusing untuk membenarkan letaknya kembali ataupun melepaskannya. Payudaranya terlihat mempesona, sedikit lebih besar dari Susan, namun putingnya lebih kecil lagi. Dia tengah berdansa dengan seorang pria yang hanya memakai boxer saja dan kelihatannya pria itu sedang berusaha melepaskan turun perlahan jeans yang dipakai Maggie.
Dengan perasaan ngeri, aku palingkan wajah mencari dimana Susan berada. Dia sedang berdiri dihadapan beberapa pria yang duduk di kursi. Richard duduk di kursi kesukaanku dan bahkan dari jauh seberang sini aku bisa melihat bagian depan boxernya begitu menonjol.
Susan sedang bicara, tapi hampir semua pria itu memandangi payudara telanjangnya, yang selalu terguncang setiap dia bergerak. Richard terlihat balas berbicara, lalu tertawa dan Susanpun mulai tertawa juga. Hampir semua pria di depannya mulai bicara dengan semangat. Musik yang terdengar terlalu keras untuk bisa mendengarkan apa yang tengah mereka perbincangkan, tapi kelihatannya mereka sedang menggoda Susan. Susan menggelengkan kepala, membuat rambutnya tersibak. Dia tampak begitu sexy, berdiri di sana dengan rambut menututpi wajahnya, payudaranya berdiri tinggi dan kencang di dadanya.
Setelah beberapa kali bicara, Richard yang tadinya berdiri tiba-tiba duduk di kursinya dan Susan duduk di pangkuan Richard. Dia duduk diujung lutut Richard, tapi kemudian mengatur posisinya dan beringsut naik ke pangkuan Richard. Dia tertawa dan kembali bicara dengan pria lainnya, hingga tiba-tiba dia berhenti, terlihat menahan nafas. Para pria lainnya bersorak riuh rendah hingga bisa kudengar dari tempatku berada, tapi bukannya tertawa, isteriku mulai tersenyum saja.
Meskipun rok yang dia pakai menghalangi pandanganku, aku sangat yakin kalau Richard sedang menyetubuhi isteriku. Dia menyetubuhinya dengan batang penis besarnya tepat didepan mataku dan juga di hadapan para pria yang bersorak riuh itu. Saat aku masih terkesima menatap mereka, Richard mulai merabai payudara Susan, meremasnya dan memilin kedua putingnya bergantian. Mata isteriku terpejam dan kulihat dia mendesah dan tiba-tiba saja terlihat berusaha untuk bangkit dari pangkuan Richard. Dengan main-main dia tepiskan tangan Richard dari payudaranya dan perlahan dia berdiri.
Para pria di sekelilingnya mulai menggerutu protes, tapi Richard hanya mengangkat kepalan tangannya menandakan keberhasilannya. Susan tertawa tergelak melihat polah tingkah teman-teman prianya itu dan menoleh ke arahku. Dia melihatku sedang memperhatikan dan mulai bergerak menuju ke arahku, roknya yang terkibas seiring ayunan langkahnya, memberikan sebuah tontonan keindahan pantatnya pada semua orang yang dia lalui.
"Apa yang terjadi di sana tadi?" tanyaku cepat, berusaha terdengar marah tapi kelihatannya hanya nada bingung yang keluar.
"Apa? Oh, yang disana tadi? Oh, sayang, bukan apa-apa. Richard dan beberapa temanku yang lain bertaruh denganku jika aku duduk dipangkuan Richard, apa dia bisa memasukkan penisnya ke dalam vaginaku tanpa menggunakan tangannya, apa tidak. Jadi aku lalu duduk dipangkuannya dan dia mencobanya."
"Apa – apa dia berhasil?" sahutku penasaran.
"Well, ya, sedikit. Aku tidak pakai celana dalam, jadi dia berusaha mendorongkan ujung penisnya melewati boxernya dan dia arahkan tepat ke belahan vaginaku. Dia mulai meyodok naik turun, tapi itu hanya beberapa kali saja. Jangan khawatir sayang, itu hanyalah sebuah taruhan saja. Setelah jelas kalau dia menang, aku langsung berdiri."
Aku hanya menatapnya dan dia meneruskan, "Itu bukan masalah besar, sayang. Janganlah khawatir!" dia berikan senyum lebarnya padaku lalu melangkah menjauh. Aku terpaku dalam kebisuan. Isteriku baru saja menceritakan padaku, tepat setelah aku menyaksikannya, bahwa dia baru saja disetubuhi oleh seorang pria lain dan dia berharap agar aku tak perlu merisaukannya. Bahkan yang lebih buruk lagi, cara dia mengucapkannya, aku hampir percaya kalau itu benar-benar bukanlah masalah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesta Ulang Tahun Teman-Teman
RomanceSeminggu yang lalu isteriku Susan, berulang tahun yang ke dua puluh enam dan untuk merayakannya, kami sepakat untuk mengadakan pesta yang spesial untuknya. Dia ingin mengundang beberapa temannya saat kuliah yang sudah lama tak bertemu dan belum pern...