Bagian 2

56 14 7
                                    

Setelah pengadilan yang dilakukan oleh Dewi Bulan 975 tahun yang lalu, ketiga alam kini juga mengalami akibatnya.

Para dewa dihukum dengan tidak bisa menggunakan mereka dengan jangka 1000 tahun sehingga tidak bisa mengabulkan permintaan manusia yang berdoa kepada mereka. Membuat manusia kini mulai perlahan tidak mempercayai adanya dewa.

Bumi mengalami musim panas yang berkepanjangan, hujan yang turun pun bisa dihitung jari dalam setahun. Semua mata air mulai kering dan kematian terjadi dimana mana karena kelaparan maupun kehausan.

Sedangkan di alam neraka, para iblis mulai memberontak untuk keluar dari alamnya. Sekalipun mereka iblis, mereka tidak akan kuat terkurung selama itu menghadapi panasnya api yang berkobar didalam neraka.

Sedangkan disini di kerajaan Fairest, satu satunya kerajaan yang bisa tetap mempertahankan kesuburan tanahnya dan kemakmuran rakyatnya sedang berbahagia untuk menyambut kelahiran pangeran kedua mereka. Para rakyat berbondong bondong menuju halaman istana kerajaan dengan gembira.

Didalam istana kerajaan, tepatnya didalam kamar sang raja dan ratu, kini ratu kerajaan Fairest sedang mempertaruhkan hidup dan matinya untuk melahirkan anaknya.

"Ayo yang mulia, berjuanglah! Demi kelahiran putra anda." Ujar salah satu tabib wanita yang bertanggung jawab atas persalinan ratu Fairest.

"Akhhhh. Hosh hosh hosh." Suara kesakitan sang ratu menggelegar didalam istana itu.

"Yang mulia bersabarlah, kepala pangeran kedua berhasil dikeluarkan." Ucap tabib itu menyemangati ratunya.

"Oek oek oek" hingga akhirnya suara itu terdengar. Seluruh yang berada didalam istana berbahagia. Pangeran kedua akhirnya lahir.

Tapi kebahagian itu tidaklah terjadi lama, secara tiba tiba langit menjadi mendung, petir menyambar nyambar di langit yang gelap itu. Gempa hebat terjadi mengguncang istana, Membuat ricuh para rakyat dihalaman istana yang berusaha untuk menyelamatkan diri mereka. Sedangkan para rakyat yang berada dirumah mereka masing masing berlarian keluar rumah mencari tempat lapang untuk berlindung.

Seorang tetua kerajaan muncul didalam ricuhnya keluarga kerajaan. Mengambil bayi dari gendongan sang tabib. Kemudian menyentuhkan tangannya ke dahi pangeran kedua.

Tanpa diduga duga tetua itu langsung melemparkan sang bayi keluar jendela istana tetapi beruntung sang ayah tepatnya raja dari kerajaan Fairest dengan sigap menyelamatkan anak keduanya.

Mata itu berkilat marah kepada sang tetua pelaku pelemparan anaknya.

"Apa yang kau lakukan tetua?" Teriaknya marah.

"Maaf yang mulia atas perbuatan saya, tetapi apakah yang mulia lupa atas rahasia kerajaan yang selalu ditutupi dari pihak kerajaan selama ini?" Ujar tetua kerajaan itu membungkukkan badan meminta maaf.

"Tapi tetap saja pangeran adalah anakku, aku tidak akan membiarkan kalian menyakitinya seujung kuku pun!" Marah Raja kepada tetua itu.

"Yang mulia sadarlah! pangeran kedua adalah pangeran terkutuk dari ramalan itu. Sebelum ramalan itu terjadi lebih baik kita mencegahnya dengan membunuh pangeran kedua." Nasihat dari tetua kerajaan lain yang datang.

"Apakah kalian sudah berani menentang perintahku yang seorang raja hah? Aku tetap tidak akan menyerahkan anakku kepada kalian. Tidak akan ya pernah!" Tegas Raja dengan tangan yang masih menggendong bayi putranya yang terlihat tidur tidak terganggu keributan itu.

"Justru yang mulia adalah seorang raja, yang mulia harus mengepentingkan urusan rakyat dan kerajaan. Yang mulia sebaiknya serahkan bayi pangeran kedua sebelum kami melakukan pemberontakan kepada anda." Ucap tetua pelaku pelemparan pangeran kedua.

Prince of CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang