bagian 3

63 14 22
                                    

"Tuan dan nona ini adalah sungai yang mengering itu." Tunjuk pelayan wanita ke arah sungai yang sudah nampak tandus.

"Terimakasih nona anda telah mengantarkan kita ke sungai ini, sekarang anda dapat kembali ke kedai lagi." Nampak lelaki pengawal Dewi bulan mempersilahkan wanita pelayan untuk pergi.

Saat wanita pelayan sudah pergi, Rose melepaskan tudungnya dan dengan cepat mengeluarkan kekuatannya. Cahaya biru seketika berpendar dari tangannya menuju ke arah sungai.

Sudah beberapa saat mereka masih menunggu apa yang akan terjadi. Tampak Rose dan dua pengawalnya termenung sejenak.

"Eh tidak terjadi apa apa?" Tanya Airin, sang pengawal wanita Rose heran.

"Bodoh! tunggulah sebentar lagi." Delik Arka, lelaki misterius itu.

"Hei aku kan cuma heran mengapa kau mengataiku bodoh hah?" Melotot marah kepada Arka yang berada di sampingnya.

Arka mengedikkan bahunya acuh, "kau kan sedari dulu memang bodoh. Tidak sadar?"

"Hei aku tidak bodoh dasar lelaki tidak punya sopan santun." Sebelah tangan Airin tiba tiba saja memukul kepala Arka membuat lelaki itu sedikit merintih kesakitan.

Berbeda dengan kedua pengawalnya yang sedang asik berdebat, Rose hanya memilih diam memperhatikan sungai. Tiba tiba saja dari dalam tanah muncul cahaya biru bergerak ke arah hulu sungai.

Rose menolehkan kepalanya melihat kedua pengawalnya yang masih berdebat, dengan segera mendekati keduanya.

Dengan senyum horornya Rose berbicara, "Arka Airin apakah sudah selesai berdebatnya?"

Keduanya menolehkan kepalanya setelah mendengar suara yang terdengar mengerikan di telinga mereka ke depan, senyuman kikuk terpatri di bibir Arka dan Airin, "hehe sudah dewi." Jawab keduanya kaku.

Membayangkan bahwa mereka harus membersihkan kuil Dewi bulan selama satu bulan penuh sebagai hukuman mereka membuat Arka dan Airin bergidik ngeri.

Bukannya mereka tidak mau menerima hukuman, tetapi kuil Dewi bulan di alam langit merupakan kuil terluas yang pernah ada. Membersihkan selama sehari saja sudah membuat mereka kelelahan, apalagi selama satu bulan? Bisa rontok semua tulang mereka.

"Sudah jangan memikirkan hal yang tidak penting. Sekarang ikuti kemana cahaya itu pergi." Suara Rose seketika membuat Arka dan Airin tersadar dari lamunannya.

Sebelum cahaya itu semakin jauh mereka sudah mengikutinya terlebih dahulu. Dalam perjalanan mengikuti cahaya biru itu tidak ada pemandangan lain selain tanah yang tandus dan pohon yang tampak sudah kering.

Padahal jika tidak terjadi musibah kekeringan, mereka yakin bahwa pemandangan sungai ini sangat menakjubkan.

Secara tiba tiba cahaya itu berhenti di tengah tengah sungai. Sebelum Rose, Arka, dan Airin mendekat ke arah cahaya itu mereka mendengar suara dari belakang mereka.

Terlihat dari kejauhan ada seorang lelaki yang sedang menggendong bayi di tangannya. Dari mimik wajahnya terlihat panik dan gelisah. Berjalan dengan sempoyongan ke arah mereka seakan tengah meminta bantuan.

Segera mereka mendekati lelaki itu. Sesampainya di sana lelaki tak diketahui itu terduduk kelelahan.

"Tuan apakah gerangan sehingga anda terlihat kelelahan?" Tanya Rose lembut dihadapan lelaki yang sedang menggendong bayi.

Tampak bayi yang digendong oleh lelaki sedang menangis, seakan tahu keadaan sang ayah yang kini terlihat menyedihkan.

"Tuan dan nona bisakah membantu saya dan anak saya pergi dari daerah kerajaan Fairest secepatnya? Saya mohon dengan sangat." Tanpa mengindahkan bahwa mereka baru bertemu lelaki itu meminta permohonan yang mustahil bagi orang atau penyihir biasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prince of CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang