Bagian 0. Prolog

194 13 0
                                    


"Tahu begini aku sudah membunuhmu dari dulu" Amber mengacungkan pedang petirnya kearah leher Luna, satu senti lagi pedang itu maju sudah dipastikan akan menggores kulit Luna

Dengan tatapan meremehkan Luna menjawab, "Kalau begitu kenapa tak lakukan sekarang?"

Mata musang Amber menatap tajam, dalam hati meruntuki diri kenapa bisa bersahabat dengan orang yang berkelakuan iblis.

Luna menatap sekeliling.Lapangan rumput yang awalnya hijau kini bertebaran genangan merah darah. Tergeletak ratusan prajurit tanpa nyawa, sementara yang masih hidup berapi-api menancapkan pedang pada jantung prajuritnya. Seolah ingin meramaikan suasana, langit bewarna gelap mendung.

Luna mengerti, kali ini dirinya tak akan selamat. Melawan dua kerajaan sekaligus dengan jumlah pasukan yang berkali-kali lipat, sudah dipastikan akan kalah. Tapi tak ada jalan untuk mundur, kerajaannya sudah diambang kehancuran, kembali pun tak aka nada gunanya

"Apa kau ketakutan sehingga menatap ke arah lain?" Luna kembali fokus ke sumber suara. Datang lagi sahabat lakinya, Ace.

"Kupikir kau lebih senang melawan prajurit daripada memperhatikanku" Luna tertawa mengejek. Kedua sahabatnya menatap bengis dirinya.

Luna menyadari kehidupannya akan segera berakhir, maka dengan sedikit langkah mundur ia telah berada di bibir jurang.

Luna kembali memandang sahabatnya. Untuk terakhir kalinya ia mengikuti kata hatinya, mengingat bait puisi yang sering mengalun pelan di bawah alam sadarnya

"di mana akan disambut"

"dengan tangan terbuka, seperti yang ada"

Sebelum bait terakhir terucap, Ace telah menancapkan belati tepat di jantung. Tanpa sadar air mata jatuh.

"Apa sekarang kau takut mati? Kasihan tapi ini akhirnya" Ace menyeringai senang sedangkan Amber tetap dengan sorot tajamnya.

"Di-Dia sangat mendambakan" Dengan terucap bait terakhir Luna menjatuhkan diri ke jurang, dengan ini ia dapat tidur dengan tenang



TBC

Jangan lupa vote ya.... 

Life AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang