1309

43 5 0
                                    

Author: faystark_

"Tolong ...." Pelan nan lirih suara itu keluar dari mulutnya.

Seorang pria tampak tengkurap tak berdaya setelah terjatuh dari jurang yang cukup tinggi itu. Bagian sisi dari perutnya, tertancap sebuah dahan pohon yang cukup tajam hingga menembus ke bagian belakang tubuhnya.

Sekujur tubuhnya terasa sakit. Kepalanya berlumuran darah. Menetes, melewati lekukan wajahnya.

"T-tolong ...." Kembali mulut itu berucap saat kedua matanya melihat sepasang sepatu berwarna hitam tepat di depan wajahnya.

Si pria yang menghampiri tampak menekuk kedua lututnya, membuat laki-laki di hadapannya sedikit menggerakkan kepalanya, melihat siapa seseorang yang menghampirinya.

Laki-laki bernama Tara itu menyebut si pria paruh baya yang masih saja memperhatikannya. Tetapi anehnya, suara itu tidak keluar saat Tara menyebutnya.

"Tolong ...." Hanya kata itu yang terdengar keluar dari mulutnya.

Si pria bersepatu hitam justru terkekeh menyeramkan. Sebelah tangannya yang terbalut sarung tangan, tiba-tiba saja meraih pisau dari dalam jaketnya.

Tara terkejut bukan main. Sebelah tangannya meraba-raba, meraih sebelah pergelangan kaki pria paruh baya itu sambil memohon.

"Tolong ...," ucapnya penuh permohonan. "Jangan bunuh saya."

Tangan pria itu bergerak, kini menjambak rambut Tara membuat Tara terpaksa mendongak dibuatnya.

"Saya mohon ... jangan bunuh saya." Lagi, permohonan itu terucap dari mulut Tara.

Perlahan, tangan si pria yang memegangi pisau itu bergerak, menyayat sebelah pipi Tara.

Sang pemuda Tara menahan napasnya. Begitu perih. Tubuhnya sangat amat sakit sampai ia tidak kuasa bahkan untuk mengeluarkan ringisannya. Tangannya semakin erat mencengkram pergelangan kaki lelaki paruh baya itu.

Si laki-laki di hadapannya mengambil sebuah botol kecil dari dalam saku jaketnya, memasukkan darah dari pipi Tara ke dalamnya.

Laki-laki di hadapannya melepaskan jambakan pada rambut Tara. Ia berdiri, lalu mengucapkan sesuatu.

Tetapi lagi-lagi suara itu tidak terdengar.

Sebelah kaki sang paruh baya terangkat, menginjak kuat punggung tangan Tara. Dan pemuda Tara lagi-lagi menahan napasnya merasakan sakit itu.

Perlahan telinganya berdengung. Pandangannya memburam. Lalu berubah menjadi gelap.

"Hahh!"

Jiah memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya yang berdebar. Napasnya memburu tidak tenang. Keringat bercucuran pada pelipisnya.

Ia kemudian memejamkan matanya kembali berusaha menenangkan diri.

Oh astaga! Mimpi itu lagi? Sudah hampir tiga minggu ia tidur tidak tenang karena mimpi itu terus menghampirinya.

Tetapi bukankah ini aneh? Kenapa setiap kali Jiah tidur, ia selalu mendapatkan mimpi yang sama? Seolah ada sesuatu yang berusaha memberinya petunjuk.

Jiah mengusap wajahnya sebelum akhirnya beranjak dari tempat tidurnya. Pergi menuju kamar mandi memutuskan untuk membersihkan diri.

Guyuran air dari shower mulai membasahi tubuh Jiah. Cukup menenangkannya walau otaknya terus berpikir.

Horror; Writer's Quarantine Time Project MYA'ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang