Sawan

25 4 0
                                    

Story by hanajung

"Hai semua..." ucapku sambil senyum, "namaku Kiki Adiyaksa, mahasiswa tahun kelima di Universitas Alugoro. Salam kenal semuanya." Aku tersenyum sambil melambaikan tangan ke kamera.

Ya, itu adalah sedikit cuplikan video yang bikin gempar kampus tempatku menimba ilmu. Gimana ceritanya sih kok bisa gempar? Nggak perlu berlama-lama, kalian simak aja ceritaku ini.

Seperti yang udah kesebut di awal, namaku adalah Kiki Adiyaksa biasa di panggil Mahmud, loh kok nggak nyambung? Ya emang, siapa juga yang bilang kalau nyambung.

Kalo kalian udah tahu nama aku Kiki ya panggil aja Kiki, nggak usah ngide pake manggil nama lain. Jadi kesel nih, bukannya gimana-gimana, saya orangnya emosian mohon maaf.

Lanjut ya. Hari ini hari apa? Hari ini hari Ji-sun pyeororong. Yaelah, nempel kan tuh kalimat di otakku, gara-gara sering gabut--nggak tahu mau ngapain---aku jadi iseng nontonin video mukbang random di youtube.

Oke, FYI aja ya hari ini aku nggak ke kampus seharian, karena mata kuliah satu-satunya di hari kamis ini dosennya ngajak ribut. Maksud aku libur, ngajak libur, elah gitu aja sensi.

Gimana nggak girang punya dosen yang pengertian banget sama mahasiswanya, apalagi mahasiswa mageran kaya aku gini (padahal nggak kemana-mana sih dan nggak ngapa-ngapain juga). Biasanya waktu luangku yang kaya gini yang suka dimanfaatin sama kakak cewekku satu-satunya. Kalau dia tahu aku nganggur, hawanya pasti nyuruh aku buat bantuin usaha bingkisan online-nya---lumayan juga sih bisa dapet cuan---contohnya kayak hari ini.

Pas lagi asyik nyusun barang-barang hampers di kardus, tiba-tiba aku dapet pesan wa dari temen kelas sekaligus temen deketku, namanya Vion. Kita temenan dari SMA kelas 3 sampe sekarang. Awet ya Moms kaya pretoleum jelly-nya vaselin, beli sewadah abisnya 10 tahun.

Ternyata Vion minta aku buat nyusul ke kampus. Hari ini kebetulan dia ada satu makul lagi yang nggak aku ikutin. Jadi mau nggak mau dia harus berangkat. Iyalah kalau nggak mau kuliah nanti disunat lagi tuh, sama bapaknya yang galak.

Karena aku masih sibuk, akhirnya langsung aja kutelfon.

"Halo!" teriak Vion nggak santai.

"Pelan aja bangke, gua juga denger." Dasar anak ini, dikira aku budek apa?

"Armi, nyuruh kumpul di basecamp jam satu, siap-siap ya ki," terang Vion. Sebagai informasi aja nih buat para manula, jadi kebetulan aku sama Vion diundang buat jadi narasumber projek podcast-nya kampus. Nah, si Armi ini salah satu pengurus BEM di kampusku yang ngurusin printilan urusan tetek bengek kehumasan (intinya begitu).

Podcast kita tentang informasi profil kampus aja. Alesannya ngajakin aku sama Vion, karena katanya nih ya--ehem---aku sama Vion mah percaya aja, katanya kita berdua termasuk couwo-couwo populer gitu di kampus. Aku ulang ya, C-O-U-W-O-K femes.

Jadi anak-anak BEM kaya manfaatin buat menarik perhatian maba atau anak-anak SMA biar semangat dan mau untuk kuliah di kampus Alugoro tercinta ini (padahal tanpa bikin konten begini, kampusku udah termasuk kampus favorit, ahay), tapi itu semua kan bentuk dari usaha, jadi ya kita dukung aja.

"Loh katanya beso---"

"Dimajuin bos. Bhay!" Vion langsung matiin telefon dengan sopan.

Saking sopannya jadi pengen nyleding. Yah, karena masih pagi, aku lanjutin tuh kerjaanku sebagai kuli online shop milik kakakku sendiri.

Tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat. Aku melirik jam digital yang melingkar dengan indah di pergelangan tanganku.

"Mbak, udah dapet separuh nih dari pesenan kamu, aku tingggal ya!" Tanpa menunggu persetujuan kakak yang paling cantik nomor dua setelah ibuku di rumah, aku mulai beranjak ke kamar untuk persiapan.

Horror; Writer's Quarantine Time Project MYA'ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang