Trouble

832 158 14
                                    


"Selamat nona Yoo, anda bisa mulai kerja disini besok." Ucap sang HRD.

"Khamsahamnida." Jeongyeon membungkuk.

Dengan wajah cerianya, Jeongyeon keluar dari gedung kantor itu dan menuju ke tempat parkir.

*Drrrt drrrt

"Yeoboseyo." Ucap Jeongyeon.

"Ne??" Kagetnya.

.
.
.

*Drap drap drap

Jeongyeon melangkahkan kakinya menuju ke ruang kepala sekolah. Sesampainya di depan pintu, Jeongyeon melihat Mina dan langsung menangkup wajah gadis itu sambil memperhatikan dengan seksama.

"Aigoo, kau bertengkar dengan manusia atau kucing sih?" Tanya Jeongyeon sambil menggeleng geleng.

Jeongyeon mengelus rambut Mina sambil berjalan masuk ke dalam ruang kepala sekolah.

"Saya tidak mau tau! dia harus dihukum! orang tua saya akan marah besar jika tau anda tidak tegas!!" Teriak Sana.

"Baiklah baiklah Sana-ya, tenang dulu, tenang dulu." Bujuk kepala sekolah.

*Tok tok tok

"Ya, silakan masuk." Ucap kepala sekolah.

"Selamat siang bapak kepala sekolah." Jeongyeon tersenyum dan membungkuk sambil berjalan masuk diikuti Mina dibelakangnya.

"Selamat siang nona Yoo." Sapa kepala sekolah.

"E-eh." Sana terpaku. Waktu seakan berhenti saat menatap wanita tinggi yang begitu cool dengan senyum yang teduh memasuki ruangan itu. Jatungnya berdebar hebat, dan amarahnya hilang seketika.

"Silakan duduk nona Yoo." Ucap kepala sekolah.

"Ah, ne. Khamsahamnida." Angguk Jeongyeon.

"Maafkan saya sebelumnya jika harus memanggil anda kesini, tapi seperti yang kita ketahui, rupanya Mina baru saja membuat sedikit masalah. Saya sendiri sebenarnya tidak ingin ini menjadi rumit dan panjang, jadi bagaimana jika kita selesaikan ini semua dengan damai?" Tanya kepala sekolah.

"Ne, saya paham. Tapi sebelum itu, bisakah saya dengarkan kronologi kejadiannya dari kedua sisi?" Tanya Jeongyeon.

"Ne, tentu saja. Silakan, Sana terlebih dahulu." Ucap kepala sekolah.

"Dia gadis yang kejam! dia menyakitiku karena dendam padaku. Aku selalu mencoba mengajaknya bicara dan bercanda, namun dia begitu dendam padaku. Padahal aku begitu baik padanya, tapi dia sangat membenciku." Ucap Sana penuh drama.

"Ah, baiklah." Jeongyeon mengangguk angguk.

"Silakan, Mina." Ucap kepala sekolah.

"Setiap pagi dia selalu meledekku karena naik motor butut. Tapi saat istirahat tadi dia mengejek Jeongyeon. Dia bilang jaket yang ia pakai kolot seperti motornya, dia bilang selera kakaku seperti nenek nenek, dan dia bilang "toping pizza saja lengkap, masa orang tuamu tidak." Lalu ku kesal dan menamparnya, lalu ia mencakar wajahku." Cerita Mina dengan santai sedangkan Sana kebingungan dan begitu malu.

"Woaw." Jeongyeon menghela nafasnya.

"Saya minta maaf atas perbuatan Mina, Sana-ssi. Terima kasih atas hinaannya." Ucap Jeongyeon sambil tersenyum teduh.

"A-a-aku a-anu-" Sana kebingungan.

.
.
.

"Aigoo-ya, siapa sangka kau di skors 3 hari karena masalah ini." Jeongyeon terkekeh begitu memasuki unit apartment mereka.

"Dasar bodoh." Ucap Mina sambil berjalan begitu saja memasuki kamar.

"Mwo?" Bingung Jeongyeon.

"Yak, Mina!" Panggil Jeongyeon.

"Yak, Myoui Mina..." Mina pun keluar dari kamar dengan wajah kesal.

"Apa?" Tanyanya.

"Duduk." Perintah Jeongyeon sambil menunjuk ke arah sofa.

"Ishh." Mina berjalan malas ke arah sofa.

Jeongyeon mengambil kotak obat lalu duduk di hadapan Mina. Perlahan Jeongyeon meraih wajah Mina.

"Kemarilah." Ucap Jeongyeon dengan lembut.

Mina hanya terdiam dan menurut. Dengan telaten, Jeongyeon mengobati luka Mina.

"Mengapa kau meminta maaf? inikah salahku." Tanya Mina.

"Aniyo, ini bukan salahmu. Kau tidak salah menamparnya, justru aku bangga karena kau bisa tau apa yang baik dan yang buruk. Kau bisa menilai ucapan dia semena mena dan seenaknya." Ucap Jeongyeon.

"Yang menjadi masalah adalah dia yang tidak menyukai penampilanku bukan? jadi aku yang harus meminta maaf." Jeongyeon menjelaskan dengan nada tenang.

"Aku tidak suka dia menghinamu." Mina memajukan tubuhnya dan memeluk Jeongyeon.

"Gwenchanhayo. Tapi lain kali marahlah ketika kau direndahkan, jika orang lain merendahkanku itu tidak masalah." Ucap Jeongyeon.

"Tidak ada satu orangpun yang layak direndahkan." Ucap Mina.

"Walaupun memang kau benar benar kolot." Lanjutnya.

"Woah.. Myoui Mina..." Jeongyeon melelaskan pelukan mereka dan menggeleng geleng.

"Hahahaha." Mina tertawa.

"Cah, tawa itulah yang ingin aku lihat." Jeongyeon mengacak acak rambut Mina.

"Mengapa kau tidak marah aku di skors?" Tanya Mina.

"Kenapa harus marah? bukankah itu artinya kau bisa bersantai dan membersihkan rumah selama 3 hari kedepan? ini sama saja seperti bolos yang diijinkan sekolah kan." Ucap Jeongyeon.

"Aku sama sekali tak mengerti jalan pikiranmu." Mina menggeleng geleng sambil berjalan menuju ke kamar.

"Mandilah, aku akan pesan jajangmyeon untuk makan malam." Ucap Jeongyeon.

"Mengapa Jajangmyeon?" Tanya Mina.

"Pertama, untuk merayakan kau di skors, dan yang kedua, karena aku diterima kerja." Jawab Jeongyeon.

"Jinjja?" Tanya Mina.

"Ne, gajinya juga lumayan." Ucap Jeongyeon.

"Akhirnya pengacara ini mendapat pekerjaan." Ucap Mina.

"Pengacara?" Bingung Jeongyeon.

"Pengangguran banyak acara." Jawab Mina.

"Haish, yak! aku bahkan baru berhenti bekerja 2 minggu yang lalu." Ucap Jeongyeon.

"Dan kau berhenti karena alasan yang sangat bodoh." Ucap Mina.

"Yak, digoda bos hingga hampir ingin mati bukan sebuah alasan yang bodoh. Itu demi kelangsungan hidupku juga." Ucap Jeongyeon.










































AdoptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang