*
*
*
*
*Badai sedang berlangsung hari itu. Siang hari yang seharusnya terang malah hampir segelap tengah malam karena langit ditutupi oleh awan hitam pekat. Hujan turun dengan derasnya membasahi tanah dan bangunan. Kilat yang menyambar dan petir yang memekakkan saling bersahut-sahutan sedangkan angin berhembus kencang seolah-olah berniat untuk menghancurkan dan menerbangkan apapun yang ada di jalurnya. Hari yang penuh dengan suasana suram yang pastinya akan membuat siapapun enggan untuk keluar rumah.
Tapi nyatanya di tengah badai, masih ada banyak kereta-kereta kuda yang berjalan menerobos hujan. Kereta-kereta itu berjalan dengan perlahan dan hati-hati agar tidak tersapu oleh badai ganas itu.
Semua kereta itu punya satu tujuan yang sama yaitu sebuah kastil besar milik keluarga Duke Alterix. Semua bangsawan di ibukota Kerajaan Horacio berbondong-bondong menuju kediaman Alterix untuk memberikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya anak perempuan dari Duke Alterix, Loraine Alterix.
Loraine Alterix meninggal di usia muda yaitu 15 tahun dikarenakan sakit parah yang dideritanya. Dia tidak terlalu terkenal di kalangan bangsawan dibandingkan dengan dua saudaranya yang lain. Loraine dikatakan sebagai anak yang lemah sejak lahir sehingga tidak sering muncul di acara publik dan dia memiliki kepribadian yang tertutup. Para bangsawan yang datang pun dikarenakan oleh hubungan formalitas bukan karena benar-benar sedih atas berpulangnya gadis itu.
Loraine Alterix disemayamkan dalam peti putih yang diletakkan di atas podium aula kastil. Tubuhnya yang mungil dipakaikan gaun putih polos, rambut pirangnya ditata dan tergerai di bahunya. Wajahnya tampak sangat pucat meskipun masih memperlihatkan keindahannya sedangkan tangannya diatur agar menggenggam bunga mawar merah, bunga kesukaannya semasa hidup.
Para pelayat yang datang satu persatu berjalan mendekati persemayaman itu dan meletakkan bunga disekelilingnya sebagai wujud penghormatan terakhir. Mereka juga menyampaikan ucapan belasungkawa kepada Duke Alterix dan anggota keluarga lainnya.
Duke dan Duchess Alterix beserta kedua anak mereka hanya mengangguk kaku tanpa benar-benar menanggapi ucapan para bangsawan tersebut. Mereka berdiri masing-masing di kiri dan kanan peti mati, berdiam diri. Para bangsawan yang datang menyadari bahwa suasana di aula itu bahkan lebih suram dari luar sana.
Suasana suram itu tiba-tiba pecah saat pintu masuk aula terbanting terbuka dan mengejutkan semua orang disana sehingga memusatkan pandangan mereka ke arah pintu tersebut.
Dilatarbelakangi koridor yang gelap, seseorang berdiri disana. Dia memakai jubah hitam bertudung. Orang tersebut tidak mempedulikan tatapan para bangsawan padanya, pandangannya lurus ke arah peti mati. Langkahnya yang pelan bergema di dalam aula yang senyap. Air hujan dan lumpur dari pakaiannya menetes di sepanjang jalan sehingga mengotori lantai kastil.
Tidak ada seorang pun yang bergerak untuk menegur pendatang itu karena mereka semua tertekan oleh auranya yang seakan-akan menghimpit tubuh mereka. Selain itu, mereka mengenali si pendatang sebagai salah satu kerabat keluarga Alterix.
Si pendatang dengan tidak pedulinya menginjak bunga yang sebelumnya telah diletakkan para bangsawan disekitar persemayaman sang gadis Alterix. Saat dia tiba tepat disampingnya, orang itu melambaikan tangannya sehingga sihir dalam sekejap membuat pakaiannya menjadi bersih dan kering. Tindakannya membuat orang-orang berpikiran bahwa dia dengan sengaja mengotori aula kastil Alterix dengan tidak melakukan sihir itu sebelumnya.
Dia lalu dengan lembut mengusap kepala dan wajah Loraine Alterix.
"Kau terlihat cantik."lirihnya yang dapat didengar oleh setengah orang di aula karena semua orang terdiam memfokuskan perhatian pada si jubah hitam itu. Tiba-tiba, dia mencengkram bunga mawar merah di tangan sang gadis dan membuangnya kesamping sehingga membuat orang-orang tersentak.
"Aqila! Apa yang kau lakukan?!!"teriak Duke Alterix yang memecahkan keheningan.
Seseorang yang bernama Aqila itu sama sekali tidak menghiraukan kemarahan Duke. Dari kekosongan, dia mendatangkan buket kecil bunga anyelir merah dan meletakkannya digenggaman Loraine. Dia lalu kembali mengelus kepala Loraine.
"Pada akhirnya kesedihan dan kesakitan itu hilang. Dewa Grissham akan memberikan mu tempat yang indah dan kau bahkan bisa bertemu dengan Amanda De Angelo. Diberkati lah kau keturunan langsung De Angelo, Loraine De Angelo."ucap Aqila De Angelo lalu dia mencium dahi Loraine. Seakan sebagai penanda, rambut Loraine yang awalnya berwarna pirang berubah menjadi warna hitam.
Semua orang menarik nafas tajam. Aqila De Angelo secara langsung telah menghina keluarga Alterix. Amanda De Angelo adalah nama Duchess sebelumnya tetapi setelah menikah namanya sudah berubah menjadi Amanda Alterix. Begitu pula dengan Loraine yang merupakan anak Duke dengan mantan Duchess. Terang-terangan menyebut nama mereka dengan nama keluarga lain saat mereka sudah meninggal hanya berarti satu hal, keluarga Alterix tidak pantas dikaitkan dengan mereka. Belum lagi sihir yang mengubah warna rambut pirang khas Alterix menjadi rambut hitam khas De Angelo, itu juga sebuah penghinaan keturunan Alterix.
Para bangsawan yang hadir disana bertanya-tanya, apakah ini artinya keluarga De Angelo memutuskan hubungan kekerabatan mereka dengan keluarga Alterix mengingat Aqila De Angelo adalah kepala keluarganya? Padahal selain Loraine, masih ada satu anak lagi dari keturunan De Angelo yaitu Chaiden Alterix sebagai anak sulung keluarga Alterix. Suasana di dalam aula itu berubah menjadi berat penuh ketegangan.
Aqila De Angelo bersikap acuh tak acuh dengan suasana di aula tersebut dan dengan tenang berbalik menuju pintu keluar.
"Berhenti, Aqila De Angelo!"seru sebuah suara. Aqila berbalik memandang ke arah Duke Alterix yang sedang mengepalkan tangannya, terlihat jelas sedang mati-matian menekan amarahnya. Di sebelahnya Chaiden Alterix memandangnya dengan raut wajah tak percaya.
"Apa maksudmu menyebut nama Amanda dan Loraine dengan nama De Angelo? Mereka bagian dari keluarga Alterix! Kau berniat mempermalukan nama keluarga kami ?!"tanya Duke Alterix penuh amarah.
Aqila terdiam sebentar sebelum tersenyum sinis. "Ya, memang apalagi selain itu? Kalau kau belum paham juga akan kukatakan dengan jelas. Aku, Aqila De Angelo, sebagai kepala keluarga De Angelo menyatakan bahwa kami memutuskan setiap hubungan dengan keluarga Alterix. Itu sudah diputuskan sejak kau, Duke Dereck Alterix menelantarkan Amanda De Angelo saat dia mengandung Loraine De Angelo. Mulai dari hari ini, kami para De Angelo menyatakan permusuhan kami dengan para Alterix."
Pernyataan Aqila De Angelo secara imajinatif menciptakan semacam gempa di dalam aula. Duke Dereck Alterix sampai memelototkan matanya. Begitu pula dengan sebagian besar para bangsawan lain disana yang bahkan mengangakan mulut mereka.
Aqila De Angelo tidak mengatakan apa-apa lagi kemudian berbalik dan kemudian membanting menutup pintu aula. Meninggalkan setiap orang didalamnya yang masih terpaku akibat ucapan Aqila De Angelo.
*
*
*
*
*
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Masked Woman
FantasyAku berhenti berharap untuk diterima dan dicintai. Aku sudah puas ditolak dan sudah terlalu muak untuk berlutut dan memohon. Karena pada akhirnya tidak ada yang bahkan tertarik untuk sekedar menoleh sekilas untuk memandangku. Semuanya penuh kesia-si...