"Gais, ka Osta kena kasus ya?"
Beberapa gadis sontak menoleh pada orang yang berbicara. Menatap tak sabar karena penasaran, telinganya dipasang baik-baik untuk mendengar apa yang akan diceritakan perempuan itu.
"Kasus apa?" tanya perempuan di sampingnya dengan alis yang berkerut, mungkin menurutnya berita ini sedikit aneh.
"Kemarin ka Osta sama pacarnya tidur bareng."
'Hah?!!' teriak sekumpulan perempuan itu menggelegar sampai penjuru ruangan.
Seza yang dari tadi diam hanya bisa menghela nafas. Sudah banyak siswa di sekolahnya terkena kasus hanya karena pacaran. Yang terdengar biasanya hanya berpelukan tapi sekarang sepertinya sudah sangat keterlaluan.
Ia juga terkejut, entah berita itu benar atau tidak. Ostaka Primada, siswa kelas XII-IPA 1 itu Seza sempat mengenalnya. Dia memang salah satu murid berprestasi dan cukup terkenal di sekolah ini, namun sayang ia suka bergonta-ganti pasangan tapi tak pernah sebejat apa yang ia lakukan sekarang.
Inilah yang Seza benci. Pacaran dibalik kata cinta tapi faktanya malah hawa nafsu semata. Adakah cinta yang merusak harga diri kekasihnya? Terlebih, yang sangat dirugikan adalah perempuan dimana dirinya itu perhiasan dunia, mestinya dijaga bukan diperlakukan atau melakukan hal yang akan menghinakan harga dirinya.
Sebenarnya, Seza tak berniat mendengarkan, tapi apalah daya jika suara mulut yang gatal akan gosip itu sangat terdengar ditelinganya?
"Pacarnya itu Kalita yang di kelas dua belas IPS 3 bukan, sih?"
"Iya, sekarang mereka lagi di ruang BK. ditemenin sama Ziro yang jadi saksi. Soalnya, kemarin mereka main bareng. Gue juga sempet liat sih mereka di jalan."
Cukup. Seza sudah tak tahan dengan berita jelek seperti ini. Ia harus bertindak agar berita ini tidak sampai terdengar keluar area sekolahnya. Apalagi pada mulut yang gatal akan gosip.
"Seza!"
Lengkingan suara seorang siswi yang tergopoh-gopoh menghampiri Seza mampu membungkam semua mulut menjadi terdiam. Tentu saja itu membuat dirinya dan Seza menjadi pusat perhatian seluruh warga kantin.
"Kenapa, Ko lari-lari gitu? Padahalmah santay aja kali, aku juga gaakan kemana-mana." Seza menatap bingung pada siswi yang sudah berada dihadapannya. tubuhnya kecil tapi terlihat imut, namun sayang dia terbilang pendek diusianya yang sudah di-fase remaja, bahkan kelas sepuluh saja lebih tinggi darinya.
"Biasalah, inikan menyangkut masalah siswa. Dan kamu sama Rafisha dipanggil sama bu Nia ke ruang BK."
Sejenak Seza menghela nafas. Ia sudah tau bahwa ia akan dipanggil ke ruang BK. Memang, jika ada siswi yang melakukan kasus-- dirinya dan sahabatnya-- Rafisha akan ikut menanganinya.
"Fisha udah disana, kamu susul aja." tambah Vanira seraya duduk di kursi dekat Seza.
"Yaudah, makasih Ra." Seza tersenyum lalu menoleh pada Yafa yang sedari tadi menemaninya makan di kantin.
"Gapapa aku tinggal ke ruang BK?"
"Santay aja kali, kan udah biasa. Yaudah sana, biar kasusnya cepet selesai. Semangatt!" Yafa, gadis cantik yang lemah lembut itu tersenyum hangat pada gadis dihadapannya.
Seza hanya tersenyum menanggapi ucapan Yafa. Ia bangkit lalu menatap seluruh warga kantin yang diam-diam masih mencuri pandang kearahnya.
"Untuk semuanya. Mohon jangan menyebarkan kasus ini. Cukuplah menjadi pelajaran buat kita dan do'akan semoga kedepannya tak ada lagi kasus seperti ini!" ucap Seza tegas. Semua orang menatapnya dan mengangguk patuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM
Teen FictionSetertutup apapun perempuan, tetap saja tak bisa menutup kedua mata laki-laki untuk tidak menatapnya. Kita bisa menjaga hati untuk tidak mencintai, tapi kita tidak bisa melarang orang lain untuk tidak mencintai kita.