Setelah memakan waktu kurang lebih 1 jam 16 menit, mobil Ticia dan teman-temannya akhirnya sampai di Ranca Upas Ciwidey.
Mereka berempat turun dari mobil dan segera membawa tas ranselnya masing-masing.
"akhirnyaaa gue bisa kesini" seru Ticia sembari melentangkan kedua tangannya dan menghirup udara segar dalam-dalam.
"tapi lo keren banget sih, bisa-bisanya berhasil kabur dari nyokap lo yang super duper protective sama lo itu" sahut Karin.
Ticia membuang nafas lega kemudian hanya membalasnya dengan senyuman puas.
"ya udah, yuk kita masuk keburu sore" ajak Jenni.
Kemudian mereka masuk ke kawasan perkemahan Ranca Upas.
Sesampainya di sana, ada beberapa orang yang sedang camping juga. Jadi tidak hanya mereka berempat saja.
Tenda sudah berdiri saat menjelang malam tiba. Kemudian mereka bergantian ganti pakaian hangat di dalam tenda.
"Tic, lo temenin gue cari ranting kayu ya buat api unggun" ujar Jenni sembari menali sepatu.
"oh oke, yuk"
Ticia dan Jenni mencari ranting ditengah kegelapan, hanya dengan bantuan senter kecil yang cahayanya tidak seberapa terang.
kresss krkrkrkr...
Suara aneh seperti hewan muncul dari balik semak tepat di depan Ticia.
Ticia yang langsung sadar segera berlari ke arah Jenni yang tak jauh darinya.
"eh kenapa, Tic?" tanya Jenni ikut panik.
"ada suara hewan, Jen. Gue takut" ujarnya sembari mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan.
"oke oke, tenang. Kita balik aja" ajak Jenni.
Kemudian mereka berdua kembali menuju tenda.
"eh Tic, kenapa? kok kayak ketakutan gitu?" tanya Melly.
"tadi Ticia dengar ada suara hewan gitu katanya, gue takutnya sih itu babi hutan" kata Jenni.
"ah masa iya ada babi hutan disini?" tanya Karin tidak percaya.
"entahlah, ya udahlah jangan dibahas. Kasihan Ticia, lo pada ga liat dia udah pucat gitu?" kata Jenni mengakhiri percakapan itu.
Jenni, Melly dan Karin menyiapkan api unggun dan membuat mie instan untuk disantap malam itu. Sedangkan Ticia, ia hanya menatap kosong ke depan. Ia masih terbayang kejadian tadi, ia melihat sekilas hewan itu, tapi bukan babi hutan seperti tebakan Jenni, karena ekornya panjang dan berbulu lebat. Ia tidak menceritakan kepada temannya ciri-ciri hewan itu. Karena ia khawatir teman-temannya akan merasa takut juga.
"Ticia, nih mie lo" ujar Melly, menyodorkan mangkuk berisi mie dengan asap yang masih mengepul pekat.
"oh eh, thanks Mell" ucap Ticia, tersadar dari lamunannya.
"lo kenapa sih, Tic. Aneh banget. Gara-gara tadi?" tanya Melly.
"a-e-enggak kok. G-gue cuma kepikiran nyokap aja" elak Ticia.
"oh jadi lo ceritanya nyesel karena kabur?"
"nggak juga sih, gue cuma mikir aja, kira-kira nyokap gue bakalan gimana ya kalo gue tiba-tiba hilang gitu"
"ya pasti khawatir, tapi lo sendiri kan yang maksa ikut kita, Tic" sahut Jenni yang langsung duduk disebelah Ticia.
"iya sih, tapi ga apa-apa deh. Lagian gue tuh cuma pengen bebas, gue iri sama kalian yang udah dibolehin bawa mobil sendiri, hangout bareng teman-temannya tanpa dicariin dan bisa bebas kemanapun lo mau. Gue berasa mau dipingit tau sama nyokap gue"
"hahaha.. ya itu tandanya nyokap lo sayang dan peduli sama lo, Ticia. Lo harusnya bersyukur, liat deh kita-kita ini korban keegoisan orang tua malahan. Orang tua malah sibuk sama kerjaannya dan ga pernah ada waktu untuk kita" ujar Karin, tersenyum getir.
Ticia memandang satu-persatu temannya kemudian memeluk mereka.
"iya iya guys sorry ya gue udah nyinggung kalian. Iya gue bersyukur kok punya nyokap yang peduli, tapi percayalah pasti ada saatnya dikekang itu ngebosenin"
Waktu telah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Mereka berempat segera masuk tenda dan terlelap dalam tidur.
Auuu......auuuu....
Ticia yang sudah cukup terlelap kemudian tercekat mendengar suara auman itu. Ia melihat kanan kirinya, ternyata temannya tidak ada yang terbangun. Tak lama, ia melihat bayangan hewan di balik tendanya. Membuat perasaannya semakin mencekam.
Ia menggoyang-goyangkan bahu Jenni.
"Jen.." bisiknya pelan tepat di telinga Jenni.
"aduh apa sih, aku ngantuk" ujar Jenni yang menolak untuk dibangunkan.
Ticia semakin takut jika suara Jenni didengar oleh hewan dibalik tenda itu.
Ticia mencoba memejamkan matanya kembali. Menutup telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar suara apapun.
Pagipun tiba.
"hoaaam.." Karin bangun terlebih dahulu.
Kemudian ia keluar tenda untuk mencari udara segar. Saat menginjakkan kaki tepat di depan tenda, ia menginjak sebuah benda.
"hah kalung? bagus banget. Tapi punya siapa?" tanya Karin dalam hati.
Kalung itu berbentuk setengah hati berwarna kristal putih yang cantik.
"eh, Kar. Lo kok bawa kalung itu?" tanya Ticia.
Karin tersentak kaget.
"eh Ticia, ngagetin aja. Iya gue dapat disini, ga tau juga punya siapa" ujar Karin.
"kalung itu mirip punya gue yang dikasih mama. Tapi mama ga pernah izinin pakai kalung itu kalo lagi bepergian, perasaan gue ga bawa deh tapi kenapa itu kalung ada disini?" kata Ticia heran.
"hah serius lo, Tic? Jangan ngaku-ngaku deh, takutnya orang yang punya cariin."
"gue berani sumpah itu kalung mirip punya gue, eh tapi wait, gue liat.." Ticia meraih kalung itu dari tangan Karin.
"ini kalo dilihat lovenya sebelah kiri, sedangkan punya gue sebelah kanan"
"yakin lo, Tic?"
"iya iya gue yakin banget, Kar."
"gini deh, mending itu kalung lo bawa aja. Lo cocokin sama punya lo. Tapi kalo nanti ada yang tanya kita cari itu kalung, ya udah kasih aja. Mungkin emang kebetulan mirip" kata Karin.
"iya deh" Ticia memasukkan kalung itu ke dalam tasnya.
To be continued...
Tunggu di part selanjutnya!
Sorry banget kalo absurd, aku udah lupa cara nulis cerita gimana wkwk. Jangan lupa tinggalin komentar, like dan share juga ya. Thank You :)