4. Pelet Lana

1.7K 252 17
                                    

Kling~~
Suara lonceng dari arah pintu cafe itu berbunyi pertanda ada pelanggan yang baru saja datang.

"Selamat datang" teriak Echan dari balik meja kasirnya yang tak jauh dari pintu.

"Loh kak Jendral, nyari Lana ya? Bentar Echan panggilin" Echan langsung melenggang pergi tanpa menanyai Jendral terlebih dahulu.

"Loh, kok kak Jendral ada di sini? Kan Lana gk minta jemput" ujar Lana yang baru saja melihat Jendral dan langsung mengerucutkan bibirnya.

"Apaan? Gk usah manyun manyun gitu. Gue cuma mau ngopi aja kok, tapi temenin"

"Kan kan, udah Lana duga. Tapi jam Lana masih lama"

"Gak papa gue tunggu" serkah Jendral yang masih ngeyel.

"Yaudah, kakak mau pesen apa?"

"Latte, sama honay cheesecake satu"

"Dih, tumben pake cake segala? Ngga sekalian nyoba Namericano nih?"

"Nunggu lo nanti bakal lama, dan makasih atas tawarannya"

"Otot doang gedhe tapi sama Namericano gk mampu cih, lagian Lana juga gk minta di tunggu" cibir Lana sembari menggesek ATM Jendral untuk membayar.

"Lana~" tegur Jendral

"Iya iya" setelahnya Lana menyiapkan pesanan Jendral.

Jika Jendral punya banyak mau seperti ini tandanya ada banyak beban pikiran yang mengganggunya. Jendral terlihat sudah duduk di bangku yang berada di pojok ruangan, tempat favoritnya jika bermain atau menunggu Lana untuk pulang. Ia terus memandangi Lana yang kesana kemari yang menyiapkan pesanan yang masuk. Ia senang saat melihat Lana yang terlihat sangat menikmati pekerjaanya. Ia dulu sempat menentang Lana disaat bocah itu meminta izinnya untuk bekerja paruh waktu disini. Jendral sempat khawatir jika nanti Lana malah tidak fokus dengan jadwal sekolahnya. Tapi dia salah, ternyata Lana bisa ngatur jadwal sekolahnya dengan baik. Dan yang buat Jendral semakin percaya adalah di saat bocah itu berkata bahwa ia harus menggantikan sang ayah untuk mencari uang, ya walau sebenarnya bundanya udah jadi penjahit kebaya yang cukup laris dengan bayaran yang terus mengalir, tapi dia tetep keukeuh untuk menjadi tulang punggung keluarganya.

Setelah menunggu kurang lebih 45 menit dia liat Lana yang sudah ngelepas Apron barista nya. Ah Jam kerjanya sudah selesai. Dan ngga lama Lana sudah menghampirinya dengan segelas kopi hitam pekat di tangannya.

"Capek hm?" Jenderal merapikan rambut Lana yang sedikit berantakan.

"Enggak, Lana udah biasa" jawabnya sembari meminum kopi yang ia buat.

"Namericano? Apa nggak kepahitan tuh? 6 shots loh Na"

"Enggak tuh, kan Lananya udah manis, jadi ya balance aja gitu" ujarnya dengan bangga.

"Mulai deh" cibie Jendral

"Jadi, ada apa gerangan yang bikin Kak Jendral datang ke sini?"

"Pusing banget Na"

"Pusing Kok minum kafein"

"Na!!" Kesalnya Jendral yang sangat sulit mengajak Lana serius.

"Iya iya, Lana dengerin. Nih diem nih" ucapnya dengan gerakan yang seakan mengunci bibirnya.

"Jadi minggu depan Tuh ada seleksi buat lomba nasional Na, tapi si Ayah masih nggak ngasih Restu ke gue buat jadi atlet. Kan gue nggak ada minat di abdi negara Na, gue pusing Banget saat ini gimana cara luluhin si Ayah. Walau si ayah ngeselin tapi gw tetep harus minta restu ke dia kan buat kelancaran gw nantinya"

Stay With You - Nomin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang