Hehehe.
Hihi.
Wkwkwk.
Awoakwoakw.
Aku belum nulis, Guys.
Xixixi ngakak abiezt.
Bercanda mulu, deh. Oke, serius mode on. Ekhem, tes tes, satu dua tiga.
Halo, Pemirsa!
Kembali lagi bersama saya Dhea Dusak di layar ponsel Anda tercinta. Tak peduli bagaimana keadaan layar Anda sekarang, baik sedang pecah atau mulus, pakai screen guard atau telanjang, saya tetap ingin membagikan sebuah kabar yang—sebenarnya biasa aja—cukup agak lumayan luar biasa sekali bagi saya.Aish, itu mah masih bercanda.
Ampun, Bang Jago.
Gini, Guys. Beneran serius mode on.
Aku sedang berusaha menyusun sebuah cerita kilat. Seperti yang kamu tahu, judulnya adalah Precious Failures. Artinya? Coba buka Google Translate.
Bercanda.
Iya, Precious Failures menceritakan tentang ... ya, seperti judulnya, tentang kegagalan.
Aku, dan kamu, pasti pernah mengalami kegagalan. Sekecil atau sebesar apa pun itu, pasti cukup menusuk. Dan anehnya, sesering apa pun kita gagal, rasanya kok masih sakit aja, ya?
Nggak apa-apa, nggak usah dipertanyakan. Biarkan. Rasakan sakitnya, nikmati gejolaknya.
Sebab, sama kayak keberadaan jerawat, stretch mark, noda hitam, dan lemak, kegagalan itu normal.
Kelak, kita akan sadar bahwa semua itu punya harga. Bahkan, jauh lebih berharga ketimbang kemenangan.
Dengan menulis cerita ini, aku pun sudah siap untuk gagal lagi.
Lho, kok siap gagal?
Karena, failures are precious.
Mari kita lewati nikmatnya kegagalan ini bersama-sama. Anakku, Tara, akan menemani kamu mulai tanggal ... hm, tunggu aja, ya! Hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Failures
Teen FictionSatu saja yang Tara inginkan, bisa bernyanyi dan mendapatkan banyak pendengar setia. Namun, jalan menuju itu tak pernah semulus yang dia bayangkan. Sederhana saja yang Bambu inginkan, senyuman ayahnya. Namun, mencapai itu tak pernah sesederhana yang...