Ingatan yang Samar

1.5K 208 58
                                    

Note: Kalo ada typo mohon dikoreksi, terima kasih.

.

.

Sinar matahari yang masuk melalui kaca jendela telah memaksa Naruto untuk membuka kelopak matanya.

Iris biru langitnya yang cemerlang kemudian berkedip lemah, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iris biru langitnya yang cemerlang kemudian berkedip lemah, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya pagi.

"Selamat pagi!" ucap Naruto dengan suara serak khas bangun tidur. Ini sudah menjadi kebiasaan kecilnya untuk selalu mengucapkan salam begitu bangun tidur, walaupun ia hanya sendirian di dalam kamar.

Setelah beberapa saat, Naruto mencoba bangun untuk mengambil minum di samping ranjangnya. Saat itu pun ia sadar kalau sakit di kepalanya dan lemas badannya masih menyisakan bekas. Ia kemudian terduduk diam di ujung ranjang, perlahan-lahan ia meremas rambutnya agar sakitnya sedikit mereda.

Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Mengingat hari ini masih ada kegiatan belajar di sekolah, Naruto pun berinisiatif untuk menghubungi seseorang.

"Halo! Selamat pagi, Kiba!" sapa Naruto begitu teleponnya terangkat.

"Ah, Naruto! Selamat pagi! Apa kau sudah baikan?" Kiba menyahut dengan semangat.

"Sepertinya belum," jawab Naruto dengan suara lemah. "Jadi aku mau minta tolong, katakan kepada sensei kalau aku minta izin, ya?"

"Uh, begitu, ya..." suara Kiba mulai memelan. "Baiklah, akan aku sampaikan. Kalau begitu, sebentar sore aku dan teman-teman yang lain akan menjengukmu, bagaimana?" ucap Kiba, menghibur. "Aku akan bawakan jeruk kesukaanmu!"

Naruto terkekeh pelan."Tidak usah repot-repot begitu. Berikan saja salinan PR-mu padaku," balasnya dengan nada bercanda.

"Oh, itu masalah kecil. Aku sudah menyalin dari yang ahli, Shikamaru tentu saja!" Kiba tertawa di balik telepon sesaat sebelum suara jitakan kuat terdengar. "Aw, sakit, Shikamaru!"

"Dasar pemalas! Buat saja sendiri PR-mu, Kiba!" suara Shikamaru terdengar sampai ke sambungan telepon. Pada detik berikutnya, adu mulut yang tak terelakkan pun terjadi. Ini adalah hal yang lumrah terjadi di antara Kiba dan Shikamaru, jadi Naruto hanya bisa tersenyum memaklumi.

"Baiklah, kalau begitu mohon bantuannya, ya, Kiba. Akan kututup teleponnya," ucap Naruto yang tentu saja tak bisa didengar oleh Kiba.

Naruto kembali menaruh ponselnya di atas meja. Ia melihat sekeliling kamarnya dan menemukan kamarnya yang terlihat sedikit berbeda dibandingkan yang terakhir kali ia tau. Kamarnya kini lebih rapih dari sebelumnya. Pakaian bersih sudah diletakkan di lemari, buku disusun di rak, bahkan sisa makanan yang tidak sempat ia buang juga kini hilang entah kemana.

Apakah Kiba? Naruto mulai bertanya-tanya dalam hati. Yah, mungkin saja Kiba telah datang tadi malam dan membantunya untuk membereskan kamar. Naruto mengangguk-angguk setuju atas pemikirannya. Namun pada detik berikutnya, ia mulai berpikir lagi. Lalu kenapa tadi Kiba berkata akan menjengukku nanti sore?

WHISPERINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang