Naruto termasuk orang yang tidak gampang sakit—atau lebih tepatnya sudah kebal dengan penyakit. Kalaupun tiba-tiba dia jatuh sakit, maka ia akan pulih dengan cepat. Untuk satu hal ini, ia berterima kasih kepada masa kecilnya yang suka main lumpur saat hujan.
Setelah kemarin sore dijenguk oleh teman-temannya, pagi ini Naruto sudah cukup sehat untuk kembali beraktifitas.
Berdiri di meja dapur, Naruto menatap banyak sekali bingkisan makanan yang dibawa oleh teman-temannya kemarin sore. Lemari penyimpanannya tak memiliki tempat kosong, sehingga ia tak tau lagi dimana harus menyimpan bingkisannya.
Ia menatap isi lemari yang penuh dengan makanan yang asing. Sebenarnya siapa yang mengisi lemarinya dengan banyak makanan?—pertanyaan yang masih sama. Ia sudah bertanya pada Kiba mengenai hal ini. Kiba sama sekali tak tau.
Naruto mendengus pasrah. Pokoknya, siapapun yang memberikanku stok makanan dan obat-obatan, terima kasih banyak!
*
*
*
Jalanan di sekitar gerbang sekolah dijejeri oleh pepohonan dengan dedaunan yang mulai menguning. Dedaunan tersebut memancarkan warna keemasan yang indah begitu tersorot cahaya matahari pagi. Ini adalah pertanda bahawa musim gugur akan segera datang.
Naruto sangat menyukai musim gugur lebih dari tiga musim lainnya. Alasannya sangat simpel. Warna musim gugur senada dengan rambutnya. Biasanya ia akan mengambil foto dirinya sendiri yang tersenyum lebar di belakang rimbunnya pohon.
Galeri ponselnya yang penuh dengan foto di musim gugur akan membuat Naruto senang dengan mudah. Sayangnya, hari ini semua keindahan musim gugur tersebut tak bisa Naruto nikmati dengan sempurna. Pikirannya sedang teralihkan.
Ini bukanlah hari yang baik bagi pemuda berambut pirang tersebut. Begitu ia masuk ke dalam lingkungan sekolah, detakan jantungnya membuat dadanya seperti dipukul dari dalam. Rasa sakitnya menyebar ke seluruh tubuhnya.
Naruto ternyata terlalu naif, mengira ia tak akan lagi merasakan ketakutan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kejadian beberapa hari lalu.
Tatapannya bergetar untuk sesaat, lalu mulai menyisakan raut pahit. Ia menunduk, mendecih kesal atas dirinya sendiri. Ini sangat buruk. Ia tak pernah menyangka kalau lingkungan sekolah akan membuatnya ketakutan seperti ini.
Rasa takut ini berbeda. Ia seperti mengalami paranoid.
Berdiri diam di depan gerbang sekolah, Naruto mulai mempertanyakan dirinya sendiri. Apakah ia akan sanggup?
Tubuhnya mungkin telah pulih. Tapi sepertinya tidak dengan mentalnya.
"Yo! Naruto! Apa yang kamu tunggu?" Kiba menepuk punggung Naruto, membuat Naruto tersadar dari lamunannya.
"Ah, tidak ada," jawab Naruto.
Kiba menerima senyuman, namun itu bukanlah senyuman ceria dari Naruto yang biasanya. Ini membuatnya khawatir. "Kamu masih sakit?"
Naruto langsung menggeleng. "Aku sehat! Ayo, masuk kelas!"
Di sepanjang koridor, Naruto berjalan dengan begitu hati-hati. Perasaannya was-was, membuatnya tak bisa berhenti memandangi setiap orang yang ia lewati.
Napasnya memberat seperti tengah dikejar oleh sesuatu. Setiap ada yang menyapanya, kewaspadaannya meningkat. Ia merasa seperti sedang diawasi!
Kiba sekali lagi menyadari ada sesuatu yang aneh dari tingkah Naruto. Yah, dilihat dari sisi manapun, gerak-gerik anak itu memang mencurigakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHISPERING
Fanfiction[SASUNARU R18] [Angst] Naruto terperangkap dengan orang itu. Orang yang selalu menatapnya dengan pandangan tak suka. Tanpa Naruto sadari, ternyata ia telah terjebak dalam situasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Orang itu berbeda... Rasany...