Short Prologue

47 5 14
                                    

"Hei," sapa seorang samurai bersyal oranye, tangan kanannya menggenggam erat sarung pedang harusame, wajah santai serta senyum menambah kesan menyebalkan untuk orang yang dipanggilnya.

"Apa lagi? Kamu masih tidak kapok ditendang sampai olehnya?" Dia tidak perlu untuk basa-basi pada seorang samurai yang masih santai padanya padahal sudah sering babak belur oleh tentara pemerintah yang lain termasuk dicabik-cabik di dalam iron maiden.

"Hahahaha ... sebegitunya kamu khawatir denganku? Horo-Horo bilang ada kecelakaan di ujung jalan sana, terus dia bilang juga menyampaikannya padamu."

Sebelah alis terangkat, dia heran padahal seharusnya ada yang berpatroli disana, tidak harus semua kejadian harus di laporkan padanya.

"Haruskah aku?"

"Yaaa," jari telunjuknya menggaruk pipi kanan, "bagaimana ya yang kecelakaan ada samurai dari kelompokku dan mereka tidak mau mengurusinya."

"Aku juga tidak mau mengurusi masalah samurai."

Raut kecewa terlukis di wajah samurai bersyal oranye itu. "Kalo mereka bisa diselamatkan aku tidak apa-apa mendapat hukuman, lagipula kata kakakku kamu yang bisa membantu kami--hanya kamu." Manik coklatnya melirik ke samping, lalu kembali menatap manik emas si lawan bicaranya. "Lyserg juga bilang hal yang sama."

Kedua tangannya memaksa untuk menggenggam tangan kanan lawan bicaranya, wajah dibuat sesedih mungkin, seperti ekspresi sedih kucing kecil.

Geraman kecil keluar dari mulutnya, semakin dilihat semakin tidak kuat untuk menolak permintaannya.

"Ren, yaaa~? Hanya kamu satu-satunya kunci untuk bertemu dengan Dokter Faust untuk membawa temanku yang terluka itu."

Ren mendengus, lalu melepaskan genggaman samurai itu kasar. "Baik-baik."

Samurai bersyal oranye itu meloncat dan berteriak heboh, seakan baru saja berhasil menggulingkan pemerintah dalam sekali coba. "Amidamaru, Mosuke, aku kesana membawa penyelamat kalian!"

"Jangan berteriak, aku tidak mau berurusan dengan YVS lagi karen ulahmu."

Dia tersenyum lebar. "Tenang saja, aku yang akan menanggung hukumanmu juga." Sebuah jempol teracung bersamaan dengan senyum cerah.

"Bukan itu maksudku--"

"Lalu apa?"

Tentara bernama Ren itu membuang muka, dia tidak mau melihat ekspresi sok imut dari samurai itu, menolak untuk melihat karena tidak baik ketika diharuskan membuat keputusan dengan cepat dan tepat.

Samurai itu memiringkan kepalanya bingung, sampai saat ini dia masih belum bisa mengerti jalan pikiran tamannya ini, kadang judes kadang baik, kadang dia tidak segan-segan mengarahkan tombak miliknya.

"Berhenti melihatku dengan ekspresi bodohmu itu. Ayo kita ke TKP."

"Hmhmhm~ senang mempunyai teman tentara seperti ini," ucapnya sembari berjalan riang menuntun Ren.

"Terserah kamu."

Ren adalah mantan samurai, dia memutuskan untuk menjadi tentara pemerintah untuk melindungi mereka sekaligus warga sipil yang terabaikan. Ada juga warga sipil yang diburu oleh pemerintah karena eksistensi mereka yang bisa membahayakan pemimpin pemerintahaan.

Meski sudah berbeda tempat bernaung temannya yang satu itu akan sesekali menyapanya dan mengajaknya untuk makan bersama di tempat, yang hanya berani untuk melibatkan diri meski akan mendapat perlakuan tidak baik jika ketahuan oleh tangan kanan YVS.

Samurai dan pemerintahan masih belum bisa saling percaya satu sama lain, pemerintah masih berusaha untuk membabat habis samurai yang berani membangkang pemerintah termasuk orang-orang terdekat samurai itu.

Suatu kejadian yang melibatkan samurai dan teman terdekatnya pasti ulah pemerintah, eksekusi rencana yang diperlihatkan seperti kecelakaan--pelaku dipastikan warga sipil yang tidak mengetahui apa-apa.

"Amidamaru! Mosuke! Bertahanlah!" serunya sembari berlari menuju dua anak laki-laki berumur 12 tahun yang berbaring di tanah.

Manik emasnya menyipit kala melihat darah yang cukup banyak menyiram tanah, dia muak dengan pemandangan menjijikan ini tetapi dia tidak bisa melakukan apapun.

Anak kecil pun tidak luput dari cara penyingkiran mereka.

"Yoh, aku tidak bisa membawa mereka yang penuh luka."

"Aku mengerti, aku akan menggendong mereka sampai ke klinik Dokter Faust." Yoh membantu anak berambut putih ke punggungnya sementara anak berambut coklat kehitaman digendong di depan. Yoh menengok ke belakang dan tersenyum.

"Terima kasih, Ren."

Lotus and Leaf |Shaman King FANFICTION| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang