detergent - part 2

224 36 25
                                    

Seno gak pernah bosan untuk merayakan sesuatu yang ia dapatkan meski itu hal yang kecil dengan sesuatu yang sederhana. Seperti membeli soto Betawi bu Ani hanya karena harga saham di perusahaan yang ia investasikan sejak zaman SMA dengan modal awal yang kecil itu sedang  naik.

Sebelumnya ia menyempatkan untuk datang ke makam ayah. Menaburkan bunga, menyiramnya dengan air mawar dan mencabuti rumput liar yang tumbuh. Penjaga pemakaman atau peziarah yang lain mungkin akan melihat sosoknya yang bengong memandangi batu nisan, tapi sebenarnya dalam hati ia sedang bercerita pada ayah tentang apa saja.

Hari ini ulang tahun ayah dan Seno punya cara sendiri untuk merayakannya.

Awalnya Seno pikir hari ini akan berjalan baik-baik saja, tapi ia harus bertanggung jawab pada perempuan ini.

🍜


Wangi paham betul kalau yang namanya kerja kita gak bisa milih siapa rekan dan atasan kita, tapi tadi benar-benar membuatnya muak. Hati kecilnya pun tidak menerima pekerjaan ini.

Sebenarnya dibandingkan berkutat di balik layar komputer, Wangi lebih suka berinteraksi dengan manusia. Orang dewasa atau anak kecil gak masalah yang penting bertingkah masih dalam batas komprominya.

Setiap orang punya cara sendiri untuk melepas stress-nya. Kali ini Wangi memilih untuk berjalan di trotoar dari kantor tempatnya bekerja ke angkringan yang berjejer tidak begitu jauh dari sana.

Tidak perlu khawatir pada sinar matahari terik sebab hari sudah sore dan langit baru saja menurunkan hujan. Andai matahari muncul dengan sinarnya yang ke-orenan dan ia memegang segelas kopi tentu akan ada feel  estetique ala ala senja, tapi sayang beberapa jalanan digenangi air sehingga becek. Belum lagi kubangannya jika dilewati motor atau mobil akan membuat pejalan kaki di sebelahnya emosi karena basah kuyup air kotor.

Meski ia mendengarkan Ignorance-nya Paramore, sebuah lagu lama dan masih ada di dalam playlist-nya, tidak bisa menyamarkan bunyi klakson yang dibunyikan entah oleh mobil atau motor.

Semuanya pasti ingin cepat pulang ke rumah setelah capek kerja -tapi ia tidak- untuk melepas penat. Si pengendara motor menyelip di setiap kesempatan dan itu gak jarang membuat pengendara mobil harus mengelus dada.

Coba orang-orang beralih ke kendaraan umum.

Eh, tapi kendaraan umum pun ramai dan penuh sesak, belum lagi aroma keringat yang bercampur bikin pusing. Untung AC-nya berfungsi jadi agak membantu.

Itu adalah sesuatu yang akrab untuknya selama beberapa tahun belakangan ini.

Memang, Wangi tidak benar-benar menghayati tiap lirik yang dinyanyikan Hayley Williams itu. Sembari mendengarkan musik dengan genre rock itu ia juga mengamati setiap sudut kota.

Lalu perutnya berbunyi pertanda lapar. Beruntung tinggal beberapa langkah lagi ia sampai di angkringan itu.

Pilihannya jatuh kepada soto betawi yang sebelumnya belum pernah ia coba. Katanya sih khasnya adalah kuah santan dan babatnya.

Wangi cukup menikmati racikan soto ini, meski sepertinya akan lebih nikmat kalau ia pesan yang daging saja dari pada yang campur. Wangi tidak benar-benar suka jeroan meski ia tidak benci juga.

Soto dengan sedikit nasi itu cukup untuk mengganjal perutnya memberikan energi untuk naik busway dengan berdesak-desakan sambil berdiri ke rumah.

Tapi sepertinya ia akan pulang telat karena lelaki di sampingnya yang belum ia tahu namanya ini.

🍜

Untung itu bukan sesuatu yang parah. Wangi diberikan salep setelah mereka ke klinik.

Kuah SotoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang