Hari Yang Sial

157 79 18
                                    

••Happy Reading••





Di perusahaan besar terjadi obrolan hangat diantara karyawan, mereka membicarakan novel fantasi yang sedang naik daun pada tahun ini.

"Sya, gimana menurut kamu tentang novel ini?"

Alsya yang ditanya temannya memberhentikan pekerjaannya kemudian menghadap sang teman yang sedang menunjukkan novel yang baru ia beli.

"Novelnya bagus," jawab Alsya seadanya.

"Coba kamu ceritakan sedikit alurnya, aku sangat penasaran, tetapi belum ada waktu untuk membacanya," pinta temannya yang sudah memangku kedua wajahnya menantikan cerita Alsya.

"Novel itu menceritakan tiga saudara yang meminta keadilan pada Raja Gustaf."

"Raja Gustaf itu jahat?"

"Iya, raja yang sangat jahat."

"Mereka bertiga ingin memberontak dan meminta hak mereka. Peran utamanya adalah seorang wanita yang meminta haknya dan ditemani oleh kedua kakak laki-lakinya dalam melakukan perlawanan, apa kamu tau? Di cerita itu para wanita diperlakukan seperti budak dan hanya dipandang sebelah mata. Sepertinya para laki-laki yang ada di novel itu lupa kalau mereka berasal dari rahim seorang wanita."

"Kemudian di novelnya juga menceritakan hal-hal mitos seperti naga, peri, dan makhluk mitologi lainnya, yang sangat sulit dipercaya."

Alsya berhenti bercerita saat temannya dan karyawan lain sibuk dan serius bekerja.

Dia memperhatikan ke depan ternyata ada manajer yang sudah memasang wajah mengerikan.

"Sudah selesai bercerita?" tanya sang manajer membuat Alsya mati kutu

"Kamu di sini untuk bekerja atau untuk bercerita tentang novel yang kamu beli itu?"

"Maaf, Pak. Saya tidak akan mengulanginya lagi." Alsya menunduk meminta maaf.

Karyawan lainnya bekerja dengan mata yang tidak lepas dari direktur dan juga Alsya, seolah mereka sedang melihat pertunjukan yang tidak boleh dilewatkan. Jam makan siang pun mereka lewatka demi melihat keributan yang terjadi antara Alsya dan manajer.


Bukan lagi suara dari bunyi mesin printer atau ketikan di keybord laptop yang masuk di telinga Alsya melainkan bentakan manajernya. Kesabaran Alsya sekarang benar-benar sudah sampai pada puncaknya.

Karyawan-karyawan lain hanya berani menyaksikan tanpa memisahkan pertengkaran itu. Mereka tidak ada yang berani memisahkan karena tidak ingin terlibat dalam masalah dan berakhir menjadi pengangguran. Siapa yang berani dengan manajer tempramen itu?

Biarkan saja waktu yang memisahkan mereka berdua, pikir setiap karyawan. Mereka cukup diam memperhatikan.

"Kamu saya pecat!"

"Pak, gak bisa main pecat gitu aja dong, gak cuma saya yang ngobrol tadi," ucap Alsya membela dirinya sendiri. Habis sudah nasibnya jika dipecat sekarang. Mengingat cicilan rumahnya yang nunggak.

"Kamu udah salah, malah nuduh orang. Saya liat tadi karyawan di sini semuanya bekerja dan hanya kamu yang berbicara sendiri. Kamu saya suruh ngurus dokumen itu aja gak selesai selesai dari tadi, kamu mau bikin saya dimarah direktur karena ketidakbecusan kamu itu?!"

Pertengkaran itu semakin memanas, baik itu Alsya maupun si manajer itu belum menyudahi aksi adu mulut dan tidak mau kalah.

"Pak, dokumen itu banyak! Saya pikir Bapak aja gak bakal bisa selesaikan dokumen sebanyak itu dalam sehari, dan banyak juga karyawan yang berbica sebelum Bapak datang dan lebih lambat dari saya kenapa cuma saya yang dipecat?!"

Karyawan lain meneguk ludah kasar mendengar ucapan itu, mereka berkeringat dingin. Kenapa mereka harus dibawa bawa dalam pertengkaran ini? Padahal mereka hanya diam memperhatikan.

"Bapak gak suka saya, 'kan? Makanya Bapak mau pecat saya karena saya salah satu karyawan yang paling berkopenten dan bisa saja melengserkan jabatan Bapak." Alsya sudah tidak peduli apa yang ia katakan, rasanya dia ingin mencakar-cakar wajah pria tua berperut buncit itu.

Wajah sang manajer merah padam mendengar perkataan Alsya. "Saya gak mau tau pokoknya kamu Alsya Zehapa saya pecat!"

"Pak, gak bisa gitu dong, jangan main pecat aja, emangnya Bapak yang punya perusahaan?" Alsya tidak terima jika dirinya dipecat karena masalah yang menurutnta sangat sepele. Apa perusahaan ini sistemnya Romusa? Sehingga berbicara pun dilarang?

"Diam kamu! Cepat keluar dari ruangan ini," usir manajer itu.

"Terus saya mau kerja di mana dong kalau Bapak pecat? Minimal cari pekerjaan baru dulu untuk saya. Dasar, baru jadi manajer tapi udah seenaknya sendiri."

"Itu urusan kamu bukan urusan saya," ucap si manajer kemudian beranjak pergi menuju ruangannya.

"Pak!"

"Pak, gak bisa gitu dong!" pekik Alsya. Tapi teriakan Alsya hanya angin lalu bagi manajer itu.

Alsya yang melihat manajer, ralat maksudnya mantan manajernya itu sudah pergi menjauh segera mengemas barang-barangnya dan segera meninggalkan perusahaan dengan perasaan marah. Tega sekali manusia itu memecatnya seenak jidat. Perusahaan itu bahkan bukan miliknya, tapi memecat karyawan tanpa salah itu sudah melanggar perikemanusiaan! Apa manusia itu masih mempunyai hati? Itulah yang dipikirkan Alsya.

Di perjalanan pulang ke rumah, Alsya menyumpah serapahi manajernyanya itu. "Tua bangka sialan! Manajer gila! Aku doain kasus korupsinya cepat terungkap biar dia tau rasanya dipecat dan semoga masuk penjara dan mati membusuk di sana," ucap Alsya tanpa sadar kalau dia masih berada di tengah jalan dan lampu merah sudah berganti hijau

Titt!

"Eh." Alsya berhenti menyumpahi manajernya karena menyadari ada sebuah truk yang melaju menuju ke arahnya.

Tiitttt!

Brakk!

Alsya tidak bisa menghindar truk itu datang dengan cepat dari sebelah kanannya. Tubuhnya terpental cukup jauh dari lokasinya tertabrak.

Kepalanya terasa berat, matanya saja enggan terbuka, tubuhnya sangat sakit. Apa ini akhir kehidupannya? Apa ini karma karena menyumpahi manajernya? Sungguh karma sangat cepat menghampirinya. Alsya masih terlalu muda untuk mati, dia belum menikah. Cahaya yang masuk ke indra penglihatannya mulai meredup, mungkin inilah akhir kehidupannya. Sungguh hari yang sial!

•••••

Gimana ceritanya seru gak?
Kalo kalian suka jangan lupa pencet tombol yang berbentuk bintang di sebelah kiri bawah ya:)

Take Me HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang