🌋BAB 2🌋

265 22 0
                                    


🌋🌋🌋

Jendral dan gerombolan tidak jelasnya. Bagi orang tua mereka mungkin begitu. Tapi tidak dengan anak-anak seusia mereka.

Jendral, Renan, Cakra, dan Nata. Sedari bayi sudah berteman, hubungan pertemanan mereka yang dapat membuat orang-orang iri melihatnya hingga berkeinganan untuk memiliki sahabat sahabat seperti mereka atau setidaknya ingin masuk ke dalan lingkaran pertemanan mereka.

Namun yang namanya sebuah hubungan, selalu saja ada masalahnya. Termasuk hubungan pertemanan keempatnya.

Jendral dapat merasakannya saat ia berjalan ke arah teman-temannya itu nongkrong sekarang. Di sebuah warung dengan halamannya yang luas di pinggiran kota. Biasanya di sinilah mereka nongkrong dengan geng mereka, yang terdiri tidak hanya oleh mereka berempat saja. Melainkan ada juga yang lain. Hanya saja khusus keempat anak itu, mereka mekang selalu berempat. Seolah geng di dalam geng.

Begitulah kenyataannya, jadi mau bagaimana lagi? Dua orang donatur terbesar geng tersebut juga adalah Nata dan Cakra. Lalu ada jagoannya yang satu di urusan baku hantam dan mulut pesasnya aliasa Jendral dan Renan.

Niatnya juga hari ini mereka akan nongkrong-nongkrong sembari membahas masalah untuk balas dendam dengan anak sekolah sebelah. Sebenarnya geng mereka tidak masalah, hanya saja berbeda dengan keempat teman-teman Jendral yang mengetahui alasan sebenarnya Jendraal tidak bisa ikut.

Tapi, sekarang sudah berada di tengah-tengah mereka dengan wajah sangarnya yang malas.

"Bentar amat kencannya, Jen."

"Gue nggak kencan," balas Jendral malas. Lalu mengambil sebotol tes kemasan di dalam kulkas yang tidak jauh dari Cakra dan yang lain duduk.

Membuat yang lain bersorak penuh godaan pada Jendral. Mereka hanya tahu jika Jendral sudah punya gebetan, tapi tidak tahu siapa. Cowok itu cukup tertutup bahkan dengan teman dekatnya. Teman dekat bagi Jendral, berbeda dengan sahabat.

"Halah, Jen! Kayal cewek aja lu gengsian." Suara dari pojok warung itu semakin membuat Jendral berdecak pelan. Agak menyesal ia ke sini.

Kenapa tadi ia tidak berdiam di rumah saja, atau mengerjakan tugas makalahnya dengan Jesslyn? Daripada berada di sini?

Jendral pun memilih untuk acuh saja dengan ejekan teman-temannya. Tidak ingin meladeni karena keadaan hatinya juga tidak baik. Hingga jadilah kemudian pembicaraan mereka sudah mengerah pada strategi perkelahian untuk balas dendam atas kekalahan mereka di arena balap liar kemarin.

Namun Jendral yang sudah terlanjur malas bicara hanya diam saja, tidak juga mendengarkan. Ia hanya melamun sembari memainkan botol tesnya dengan tidak minat.

Selain perasaan kesal pada Neva, ada juga perasaan tidak enaknya pada Jesslyn karena dengan begitu saja membatalkan janji mereka untuk kerja kelompok di rumah gadis itu. Bagaimana jika ternyata teman sekelasnya itu sudah repot-repot menyiapkan tempat dan makanan untuk kerja kelompok mereka?

Entah bagaimana pikiran Jendral bisa sampai kesana. Tidak biasanya. Mungkin karena sekarang Jendral tengah kesal dengan pujaan hatinya, karenanya ia jadi memikirkan gadis lain.

Sekedar untuk pelampiasan kekesalan hatinya.

"Jen, nggak ketahuan Pak Abu, kan?"

"Hah?!" Jendral benar-benar tidak fokos karena tengah memikirkan Jesslyn. Cowok itu tersentak sendiri sembari mengumpat kecil karena pemikirannya sendiri.

Sedangkan teman-teman Jendral yang banyak itu mendengus. Jendral yang baru saja datang kencan itu memang yang terburuk. Bagaimana bisa ia menjadi Wakil Ketua OSIS?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY ATTRACTIVE MR. JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang