Pukul 01.00 sebagian para manusia mungkin sudah terlelap atau mungkin sebagian nya lagi masih ada yang berlalu lalang di luar.
Laut adalah termasuk manusia yang masih berlalu lalang di luar ia masih menikmati udara malam berjalan di trotoar mengembuskan napas penat setelah bekerja part time.
Tapi tak lama perutnya terasa lapar, Laut terus berjalan sampai akhirnya menemukan warung sate yang masih buka tapi Ibu Penjual Satenya terlelap dalam tidurnya, namun rasa kasihan Laut tidak sebesar rasa laparnya lagi pula hanya tinggal warung itu saja yang masih buka.
Laut memanggilnya dengan sedikit keras dan berhasil Ibu Penjual itu terbangun dan minta maaf pada Laut karena tertidur ia hanya tersenyum tipis.
Sepuluh tusuk sate dan nasi telah habis di lahap Laut dan segelas teh hangat juga habis segera Laut membayarnya dan pulang, tapi baru saja sepuluh langkah ia berjalan terdengar gebrakan meja spontan membuat Laut menoleh.
Suara gebrakan itu berasal dari warung sate yang barusan di singgahinya ia mendekati warung sate itu dan melihat 3 orang preman dan 1 perempuan.
" Maaf neng, mas, saya gabisa kasih uang ini" ucap Ibu Penjual dengan wajah tegasnya.
" Kalau Ibu masih mau jualan di sini ya harus bayar!" balas kasar dari si perempuan.
" Di sini saya jualan dari puluhan tahun tempat ini saya bangun di tanah saya sendiri bukan milik pemerintah" tegas Ibu Penjual tak mau kalah.
" Kalau Ibu tidak mau memberikan uang pada kami, kami akan buat kacau tempat ini mau?" Ancam si laki-laki gondrong.
" Mau saya laporkan ke polisi?" Tukas Laut.
Semua orang menatapnya dan ia hanya santai menatap para preman itu.
" Saya punya bukti kalau ada tindakan kriminal di sini" ucap Laut sambil menggenggam kameranya.
Ke empat orang itu saling menatap dan si perempuan memberi isyarat untuk pergi dan mereka keluar warung si perempuan menatap laut dengan tatapan dendam.
" Bu mereka itu orang yang nagih sewa warung warung di sekitar sini ya?" Tanya Laut.
" Bukan katanya sih mereka itu preman yang suka malak penjual penjual sini alasannya yah minta uang sewa padahal itu buat mereka sendiri makanya warung warung sekitar sini jam 9 aja udah tutup"
"Ga ada yang ngelaporin gitu?"
" Yah gimana mau ngelaporin orang selalu di ancam katanya sih gitu".
"Oooo, tapi Ibu tadi berani banget sama mereka kenapa ga Ibu aja yang ngelaporin"
" Ya kalau Ibu benar kenapa harus takut sebenarnya ini baru pertama kali saya di tagih seperti itu kebetulan tadi itu saya ketiduran jadi nggak tutup warung di jam biasanya eh kena sial di tagih mereka yang gatau kalau warung ini punya saya sendiri dan untuk ngelaporin saya nggak mau ikut ikutan saya niat jualan cari nafkah" jelasnya sambil tertawa kecil.
" Makasih ya udah di tolongin tadi" lanjutnya.
" Iya sama-sama saya pulang dulu ya Bu permisi" pamit Laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut Lautani
Ficción GeneralLaut dan Lautani seperti 2 orang saudara kembar namun nyatanya tidak.