His name is Yu

351 26 4
                                    

Namanya adalah Yu. Seorang mahasiswa baru yang berasal dari Jepang. Kulitnya sangat putih, sehingga sangat mudah untuk menjadi merah jika terlalu lama terpapar cahaya matahari yang panas. Dengan tinggi 182 cm, keberadaannya selalu bisa menarik perhatian dan sangat mudah dikenali. Tinggi kurus, mata besar, dan gaya pakaian yang khas, jeans robek, t-shirt, jaket dan sepatu boot. Penampilannya nyaris seperti seorang yang cuek dan cool. Sangat kontras dengan sifat yang dimilikinya, introvert, sensitif, dan pemalu.

Dikelas, hampir semua siswa mengenalnya, itu masuk akal karena Yu memiliki wajah yang tidak terlalu oriental seperti orang Taiwan pada umumnya. Terutama doe eyes-nya, sangat menarik perhatian.

Dengan visual yang tampan alami, tidak sedikit mahasiswi yang berusaha untuk mendekatinya. Meskipun Yu tidak banyak memberikan respons, justru sifat pendiamnya semakin membuat banyak gadis merasa semakin penasaran. Bahkan diantara mereka banyak yang berani bertaruh dan bersaing untuk mendapatkan perhatiannya.

Jam kuliahnya dia habiskan untuk fokus dikelas, menghabiskan jam kosong diperpustakaan, atau langsung pulang ke asrama.

Di asrama Yu memiliki dua teman sekamar. Mereka adalah Evan dan Richard. Evan dan Richard juga sama seperti Yu, bukan orang asli Taiwan. Richard berasal dari Cina, Richard adalah seorang pemain biola disebuah teater musik, dan karena memiliki kontrak kerja bersama sebuah grup orkestra Taiwan, Richard terpaksa pindah ke Taiwan dan juga melanjutkan kuliah disana. Sedangkan Evan adalah blasteran Inggris-Taiwan. Dia adalah seorang model, wajahnya selalu menghiasi halaman berbagai majalah fashion. Sama seperti Richard, Evan jarang sekali berada di asrama. Setelah mata kuliah selesai, managernya selalu menjemputnya untuk pemotretan. Yu merasa nyaman memiliki teman sekamar seperti Evan dan Richard. Mereka tidak pernah saling mencampuri urusan masing masing, dan yang paling penting adalah mereka selalu menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa percakapan sehari hari mereka sehingga Yu yang memiliki masalah dengan bahasa mandarin, bisa lebih mudah berkomunikasi. Semakin sering Yu ditinggal sendirian di asrama, semakin dia merasa bosan. Berkali kali Yu berpikir tentang mencari pekerjaan sampingan, selain untuk mengisi waktu luang, juga karena dia tidak bisa terus menerus untuk mengandalkan beasiswa untuk kelangsungan hidupnya. Tetapi Yu masih bingung, pekerjaan apa yang bisa dia ambil karena mengingat bahasa mandarinnya yang masih tidak lancar. Itu akan menyulitkannya dari segi apapun juga. Terkadang Yu ingin sekali bertanya kepada Richard ataupun Evan, siapa tahu mereka bisa menolong, tetapi Yu selalu merasa ragu. Jadi dia tidak pernah menanyakannya sama sekali.

🍀🍂🍀🍂🍀🍂🍀🍂🍀🍂🍀🍂🍀🍂🍀

Sore itu sudah hampir pukul lima. Yu mengemasi bukunya dengan tenang, memasukkannya kedalam tas dengan perlahan. Tidak ada hal mendesak yang akan dilakukannya, jadi dia bergerak dengan santai hingga tiba tiba seseorang menabraknya dari belakang. Menyebabkan beberapa buku yang hendak dia masukkan kedalam tas, terjatuh berserakan kebawah meja.

Segera berjongkok, Yu mengemasi bukunya yang berserakan dilantai ketika orang yang menabraknya meminta maaf.

"Maaf, aku sedang terburu buru."

Tanpa menoleh Yu menjawab pelan. "Tidak masalah. Aku menghalangi jalan."

Tidak ada jawaban lagi, benar saja, begitu Yu menoleh, orang yang menabraknya sudah melangkah jauh setengah berlari menuju pintu keluar perpustakaan. Yu bergumam dalam hati "mungkin seseorang dalam keluarganya barusaja memberi kabar buruk." Yu mengangkat bahu acuh tak acuh dan melanjutkan mengemasi bukunya.

Kamar asramanya terlihat gelap begitu Yu membuka pintu. Dia bergumam dalam hati "sepertinya Evan dan Richard akan pulang terlambat lagi..."

Dengan santai Yu pergi ke kamar mandi, setelah mandi dan berganti baju, dia berencana untuk melanjutkan menulis beberapa catatan lagi. Dan ketika dia membongkar tasnya, dia melihat sebuah buku catatan kecil berwarna coklat tua. Dengan wajah penuh rasa heran Yu membuka buku catatan kecil itu. Hanya tertulis beberapa ringkasan pelajaran disana. Yu membuka halamannya secara acak dan saat itulah selembar fhoto terjaruh.
Alis mata Yu bertaut menatap wajah seorang lelaki muda seusianya yang berpose santai difhoto itu. Duduk disebuah bangku taman memeluk buku dan tersenyum samar kearah kamera. Wajahnya sangat asing, seingatnya, Yu belum pernah melihat wajah itu.

"Siapa orang ini?" Yu bergumam dan mengingat ingat kejadian diperpustakaan sore tadi. Dia yakin, buku ini adalah milik orang itu, orang yang menabraknya tetapi dia tidak sempat melihat wajahnya.
Setelah berpikir beberapa lama, Yu memutuskan untuk menyimpan buku itu kembali kedalam tas, jika dia mendengar seseorang yang sedang kehilangan buku catatan, dia akan mengembalikannya. Itulah rencananya.

Jadi esoknya, Yu sengaja berjalan jalan melintasi beberapa kelas dijurusan yang berbeda, siapa tahu akan ada sebuah pengumuman tentang kehilangan buku catatan, tapi tidak ada satu beritapun yang dia dengar. Setelah kelas selesai, Yu juga dengan sengaja pergi ke perpustakaan, berharap dia akan bertemu dengan sipemilik buku itu. Tapi tetap saja, tidak ada berita. Bahkan memasuki hari ke empat, Yu belum juga mendapatkan informasi. Jadi dia bertekad untuk menghentikan pencarian.

🍀🍂🍀🍂🍀🍂🍀🍂🍀🍂🍀🍂🍀🍂🍀

Siang itu, Yu baru saja kembali dari mengantarkan tugas mata kuliahnya kekantor dosen, kantor dosen itu terletak dilantai tiga gedung universitas, karena harus naik turun tangga, Yu merasa lelah. Jadi dengan sembarangan dia duduk diantara anak tangga, meluruskan kakinya seraya melepas beberapa kancing kemejanya. Cuaca sangat panas, jika saja t-shirt yang dia pakai bukan t-shirt tanpa lengan, pasti dia sudah melepaskan kemejanya. Karena itu akan terlihat tidak sopan, jadi Yu hanya melepaskan beberapa kancing saja. Suasana cukup sunyi sepanjang anak tangga, karena hari sudah siang, kebanyakan mahasiswa pasti lebih memilih untuk pergi mencari makan siang.

Pikiran Yu melayang tanpa dia sadari. Mengenang kehidupannya ketika masih di Jepang dulu. Orang tuanya, teman temannya, rumah, semua memori itu berputar dikepalanya seperti sebuah video kilas balik kehidupannya beberapa tahun yang lalu. Tanpa sadar, raut wajahnya terlihat mengeras dan kaku. Tidak! Hentikan!
Yu menggelengkan kepalanya berulang kali. Mengusir semua bayangan itu, menarik nafas dengan tidak sabar dan segera berdiri. Karena gerakannya yang tiba tiba, kakinya tersandung dan tubuhnya oleng. Tangannya berusaha menggapai sesuatu tetapi sebelum dia benar benar menyadari keadaannya, benturan keras membuat kepalanya berdenyut, perlahan pandangan matanya menjadi buram dan hal terakhir yang diingatnya adalah mendengar sebuah suara asing yang entah dari mana datangnya.

"Hey! Bangunlah! Apa kau bisa melihat ku?!"

To be continued 🍂

Salam cinta Yui 🌻

AQUA BLUE LOVERWhere stories live. Discover now