Pamper You in Silence

155 21 12
                                    

Sam pulang tepat waktu malam ini, selesai mandi, Sam berjalan ke dapur, masih ada beberapa makanan beku yang siap dipanaskan. Jadi dia berencana untuk makan malam.
Tetapi, lagi lagi Sam menemukan makanan lengkap diatas meja, sedikit masih hangat.

Sam duduk dan memijat pelipisnya dalam diam. Wajahnya gelap dan kaku.
Antara lapar dan emosi.

Mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya, Sam menatap nomor ponsel Yu untuk beberapa menit lamanya. Mendesah frustasi dan memutuskan untuk melakukan panggilan.

Tak sampai lima menit, Yu sudah berdiri dihadpan Sam, wajahnya menunduk menahan rasa takut dan rasa senang sekaligus.

"Apa lagi yang kau tunggu, makanan akan segera dingin" Sam meraih beberapa potong daun bawang dan memakannya perlahan. Enak!

Yu segera duduk, mengambil sendok dan mulai memakan sepotong daging sapi goreng dalam diam dan gerakan pelan.

Sam melirik lewat ekor matanya. Merasa geram dan kesal.

"Bahkan tidak bergerak untuk mengambil mangkuk dan sumpit baru didalam lemari" gerutu Sam dalam hati. Jadi Sam menarik piring berisi goreng daging sapi itu dan membagikan nasi dari dalam mangkuknya kedalam piring itu. Mendorong dan menaruhnya kembali dihadapan Yu.

Yu yang menjadi bengong dengan posisi sendok masih didalam mulut, menatap Sam tidak percaya.

"Apa kau merasa jijik karena berbagi nasi dengan ku?" Sam melemparkan tatapan kesal seraya mengambil beberapa butir kacang merah kedalam mangkuknya. Mengunyahnya dengan kesal.

"A-tidak..." Yu menundukkan kepalanya dalam dalam, memfokuskan dirinya untuk makan. Bahkan deru nafasnyapun tidak terdengar.

Lagi lagi Sam melirik lewat ekor matanya. Alis matanya berkedut melihat tumpukan bawang bombai disisi piring Yu.

"Apakah kau memiliki alergi terhadap bawang?" Sam bertanya dengan penuh rasa heran.

"T-tidak. Aku... Aku hanya-"

"Bicaralah dengan suara yang keras, apakah kau sedang berbisik?" Sam memotong kalimat Yu dengan tidak sabar.

"Aku-hanya-tidak-suka-memakannya." Jawab Yu cepat dan lantang.

Sam tidak memberikan respon apapun, setelah beberapa detik kemudian, Sam mengulurkan sumpitnya dan mengambil potongan bawang untuk dipindahkan kedalam mangkuk nasinya sendiri lalu mulai memakannya.

Lagi lagi Yu terbengong melihatnya.

Sam sudah menyelesaikan makannya. Beranjak berdiri dan berkata sebelum kembali ke kamarnya.

"Besok tidak perlu menyiapkan sarapan dan makan malam. Urus saja diri mu sendiri. Jika sudah selesai, kau harus pergi."

Yu mendongak menatap punggumg Sam yang melangkah menjauh. Kemudian seulas senyum terukir dibibir pucatnya. Segera menghabiskan makanan, mengelap meja dan mencuci piring.

Dari balik jendela kamarnya, Sam melihat Yu perlahan melangkah pergi dari rumahnya. Kepalan tangan Sam memutih. Berdecak kesal dan menarik nafas kasar.

Sam meraih ponselnya dan menelepon seseorang.

"Ray. Aku butuh bantuan mu. Aku akan menunggu mu ditempat biasa jam dua besok siang. Jangan terlambat."

Sam menutup panggilan tanpa menunggu jawaban dari pihak seberang. Masih bisa dilihatnya Yu yang melangkah semakin menjauh dalam langkah pelan.

"Apakah dia tidak punya uang untuk membayar Taxi?"

🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝

Pukul dua kurang lima menit, ketika Sam tiba di kafe yang telah dijanjikan, ternyata Ray sudah menunggunya disana.

Sam menyodorkan ponselnya kearah Ray, membuat pemuda berbadan kekar itu menatap dengan kening berkedut.

"Cantik" satu kata yang terucap dari bibir Ray.

"Cari semua informasi terbaru tentang dia. Apartemennya, pekerjaannya, jangan ada satupun yang terlewat." Kata Sam to the point.

"Pacar baru mu?" Ray meraih ponsel Sam dan mengirim photo Yu ke dalam ponselnya sendiri.

"Namanya Maruyama Yusuke. Dan dia adalah laki laki." Sam mendengus mendengar pertanyaan Ray.

"Laki laki yang cantik. Aku telah tertipu." Ray menyunggingkan senyum khasnya. Membuat Sam semakin jengah.

Cantik? Apa yang kau lihat dari wajah si pembunuh itu? Wajah penipu!

"Sam!" Ray menendang ujung sepatu Sam dibawah meja saat dilihatnya sahabatnya itu sedikit melamun. Sam menoleh dan mendesah.

"Dendam seperti apa yang kau miliki padanya?" Ray menatap Sam dengan wajah serius.

Sam mengerjapkan matanya beberapa kali, sangat enggan untuk menjawab.

"Dia merebut kekasih mu?" Ray menjadi semakin penasaran.

Sam memutar bola matanya, lalu menatap photo Yu didalam ponselnya.

Photo itu adalah photo yang dia ambil dari dokumen yang tersimpan didalam komputer Zihong, saudara kembarnya. Ada lebih dari ratusan photo disana, baik itu photo yang mereka ambil bersama maupun photo Yu seorang diri. Sejauh ini, tidak pernah sekalipun Sam memikirkan bagaimana wajah Yu terlihat. Cantik? Apa itu tidak terlalu sopan untuk mendeskripsikan wajah seorang pembunuh?

🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️

Nagoya, Jepang

Maruyama Keisuke, ayah Yu terlihat sedang menghisap cerutunya dalam dalam dengan ekspresi wajah yang suram. Duduk di kursi kerjanya dengan tidak santai. Sebelah tangannya mencengkram bantalan kursi hingga jemarinya memucat putih.

Marah, kesal, merasa telah ditipu, semua rasa itu bercampur menjadi satu, mendidihkan emosi didalam kepalanya.

"Lin Zihong... Bocah sialan itu! Terpaksa aku harus menyelesaikan urusan kita secara langsung. Tunggu dan lihat saja, sampai kapan batas waktumu untuk bernafas bisa kau nikmati dengan gratis!?"

🕷️🕷️🕷️🕷️🕷️🕷️🕷️🕷️🕷️🕷️🕷️🕷️🕷️

Taiwan, pukul 22:15 CST

Lagi lagi Sam mendapati meja makannya penuh dengan makanan. Dan lagi lagi semua makanan itu masih sangat hangat. Sepertinya, Yu baru saja pergi ketika Sam tiba dirumah.

"Bagaimana dia tahu tentang jadwal pulang ku?" Sam mengetuk tepian meja, berpikir dengan banyak kemungkinan. Akan sulit untuk mengetahui jawal pulang-nya setiap hari karena terkadang selain jam lembur, juga tentang rapat atau pertemuan dengan klien. Jadi mustahil jika Yu setiap hari terus mengikutinya secara diam diam seperti bayangan. Atau... Tidak ada hal yang mustahil untuk seorang pembunuh kejam seperti Yu!

"Dasar bajingan!"

Saat itu, ponselnya bergetar. Email dari Ray. Dengan tidak sabar Sam segera membukanya. Langsung membaca semua informasi yang disampaikan oleh Ray secara detail. Sam membacanya dengan sangat serius. Setelah beberapa saat, Sam mendial nomor Ray.

"Awasi dia untuk beberapa hari kedepan. Apa saja yang dia lakukan terutama menjelang malam." Seperti biasa Sam langsung to the point.

"Hey Bro. Jika dia bukan pacar mu dan dia juga bukan orang ketiga diantara kau dan kekasih mu. Lalu.. apakah dia seseorang yang sedang kau dekati?" Ray terdengar sedikit menggoda Sam tetapi mood Sam yang benar benar sedang buruk, hanya menjawab dengan geraman.

"Lakukan saja apa yang aku perintahkan." Sam menutup telepon dengan kejam. Menatap nanar pada hidangan diatas meja. Merasa seolah olah kepalanya baru saja tertimpa batu yang sangat besar.

Sam menarik nafas panjang dan dalam. Dengan pelan dan diam memakan makan malamnya yang telah dipersiapkan oleh Yu.

"Persetan! Entah racun apa yang kau masukkan kedalam makanan ini, kita akan mati bersama. Sialan kau Maruyama Yusuke!"

To be continued 🕷️

Jangan lupa komen ya cinta 😁
Lagi semangat nih 🤣

Salam cinta Yui 🌻

AQUA BLUE LOVERWhere stories live. Discover now