2

176 39 6
                                    

Taehyung menatap sekeliling desa, mencoba untuk mengabadikan semuanya dalam ingatan. Setelah banyak pertimbangan, Taehyung memutuskan untuk kabur dari sana. Ia tak mau menjadi lemah hanya dengan menerima perjodohan itu. Jadi, dengan tekad yang ia bangun, Taehyung pergi dengan membawa sedikit barang-barangnya dan memutuskan untuk keluar dari desa kelahirannya.

Sampailah ia di perbatasan desa, yakni gunung lebat yang menjadi perbatasan antara desa nya dengan desa yang lain. Taehyung berjalan menyusuri hutan itu, melihat sekeliling sambil bersenandung riang.

Ia tak takut. Gunung dan hutan sudah menjadi sahabatnya sejak ia mulai serius menekuni karirnya sebagai tabib. Ia banyak menyusuri gunung seperti ini untuk mendapatkan tanaman obat yang ia perlukan.

Matahari mulai tenggelam, langit mulai gelap begitupun hawa dingin yang mulai menusuk tulang. Taehyung tak ada pilihan selain berlari mencari tempat meneduh malam ini di sana. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah rumah yang cukup besar, terlihat bersih tetapi tak ada orang disana.

"Permisi! Ada orang didalam?"

Hening. Tak ada yang menjawab selain kicauan burung di sekitarnya. Taehyung menghela napasnya. Memutuskan untuk duduk di salah satu bangku kayu disana. Ia tak punya pilihan lain selain diam disana semalaman. Itu lebih baik daripada tidur diatas pohon, bukan?

Dengan itu, Taehyung menidurkan badannya di atas kursi kayu tersebut. Menjadikan tangannya sebagai bantal dan memejamkan matanya. Berdoa dan berharap semoga besok semuanya baik-baik saja.

...

Kicauan burung dan sinar matahari mengusik tidur nyenyaknya. Taehyung menggeliat seraya bangkit dari tidurnya. Merentangkan badannya yang kaku akibat tidur semalaman di tempat yang kurang layak. Tangannya mengucek mata sambil terus menguap, mencoba mengumpulkan nyawanya dan melamun sebentar.

"Jimin, Yoongi, aku duluan ya!"

Taehyung mendengar suara. Ia menoleh ke samping kanan, dimana disana hanya terdapat tembok beton yang cukup tinggi.

"Jungkook, kau mau lewat disana lagi?"

"Tentuuu saja!"

Suara itu makin dekat. Belum selesai Taehyung memproses semuanya dalam otak, tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki muncul dari balik tembok tersebut. Rambutnya hitam dan ia sedang melompati tembok tinggi itu sambil tertawa.

Dan mata mereka bertemu. Mengejutkan keduanya dan mengakibatkan...

BRUKK!!!!

.... lelaki itu jatuh dari atas sana.

Taehyung terdiam, terlalu terkejut dan hanya memandang lelaki tak dikenal yang sedang meringis dan memegang tangannya yang diperkirakan memar.

"Jungkook!!"

Taehyung melihat 2 orang laki-laki menghampiri lelaki yang jatuh itu. Yang lebih pendek terlihat biasa saja, tetapi yang satu lagi terlihat sangat panik.

"Jungkook kau tidak apa-apa? Bisa mendengarku? Satu tambah satu berapa?!!"

"Wah, heboh sekali," batin Taehyung.

"Dua."

"Kau mengenalku?'

"Err, kau siapa?"

"Aku Park Jimin!"

"Oh, itu namamu."

"Yoongiii kau jangan ikut-ikutan!!!!"

"HAHAHAHAHAA"

Laki-laki itu tertawa, asik dengan dunianya sendiri. Taehyung yang melihat itu berusaha untuk kabur. Ia sudah berdiri dan akan berlari tetapi tangannya tiba-tiba ditahan oleh seseorang.

"Kamu tidak bisa kabur begitu saja, kawan."

Taehyung terdiam, hanya mampu menunduk dan memegang penutup kepalanya. Berusaha menyembunyikan rambut merahnya.

"M-maaf, aku tidak sengaja berada disini. Bisakah kalian melepaskanku?"

Jujur saja, dirinya takut. Taehyung tidak punya siapa-siapa disini. Ia sendirian dan sekarang terjebak dengan orang asing.

Hening. Lelaki didepannya tidak menjawab begitupun Taehyung yang masih tidak mau melihat ke depannya. Tapi, posisinya yang begitu membuatnya tidak sengaja melihat memar yang tercetak begitu jelas di lengan kanan lelaki asing itu.

"K-kamu terluka," ucap Taehyung sambil menunjuk ke arah memar tersebut.

Lelaki itu berjengit, melepaskan tangannya dari tangan Taehyung dan tersenyum. "Tidak apa-apa. Nanti bisa diobati."

"Kalau begitu, kebetulan aku seorang tabib. Biarkan aku mengoba-"

"Tidak perlu."

"Ya?" Taehyung terkejut hingga ia mendongakkan kepalanya. Matanya menatap langsung ke arah lawan bicaranya itu.

"Kita tidak tahu apa yang kamu bawa itu. Bisa jadi itu racun atau obat berbahaya yang akan menyakitiku."

"Sombong sekali," batin Taehyung sambil melirik sinis.

"Silahkan pergi jika kamu tidak ada urusan lagi denganku."

Taehyung masih diam disana. Entah kenapa ia merasa kesal dengan lelaki didepannya. Hingga matanya melihat sebuah batang kayu kecil. Taehyung mendapat ide. Diambilnya kayu tersebut dan dipukulkan dengan sekuat tenaga ke tangan kirinya. Membuat tiga orang lain disana terkejut.

Taehyung membuka tas nya. Mengeluarkan obat oles dan perban. Mengoleskan obat itu ke lukanya dan menutupnya dengan perban dengan cepat. Tiga laki-laki disana masih memperhatikannya.

Taehyung kembali menatap ke depan dengan senyum kemenangan. Ia mengacungkan tangannya yang diperban. "Sayangnya, aku bukan orang yang suka membawa racun kemana-mana."

Ketiga lelaki didepannya menatap dirinya takjub, hingga akhirnya mereka bertiga meledak dalam tawa. Taehyung yang masih duduk di tanah memandang mereka heran.

"Maaf - maaf. Sepertinya aku membuatmu kesal, ya. Kalau begitu... " Lelaki dihadapannya ikut berjongkok didepannya seraya mengulurkan tangannya yang terluka,".... Tolong obati aku, manis."

Tbc....

Hai semua^^

Aku mau mengucapkan terima kasih yang banyak bagi teman-teman yang sudah meninggalkan vomment disini. Begitupun bagi yang sudah mau baca tulisanku ini.

Semoga kalian suka ya dengan ceritanya^^

Thank you!

Our Fate ( kookv )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang