Bagian 2

122 24 3
                                    

"Nona, mari kita pulang..."

Seorang gadis muda sedang mematung memandang ujung jalan, dia tidak salah lihat, tadi guru yang mengajar tata krama di istana lewat didepannya, gurunya berlari mengejar iring-iringan tuan putri.

Gadis muda keturunan bangsawan itu resah, mengapa gurunya tidak terlihat kembali dari ujung jalan.

"Nona, saya lupa, ada yang harus dibeli dulu pesanan nyonya besar, anda tunggu dulu di sini..."

Gadis yang memakai hanbok dari sutera itu menoleh pada pendampingnya, "pergilah bibi, aku akan menunggu disini..."

"Han Mina, apa-apaan ini? Mengapa warna hanbok kita sama..." ada yang mendorong bahunya, ternyata Choi So He, putri pejabat pengadilan, calon putri mahkota seperti dirinya.

Mereka sama-sama memakai hanbok berwarna merah muda, "memangnya kenapa jika warna hanbok kita sama?" tanya Mina sedikit kesal.

"Tidak apa-apa, aku lebih cantik, aku yang akan terpilih menjadi putri mahkota..." ucap So He sambil berlalu pergi dengan pendampingnya.

"Sepertinya dia akan gila jika raja dan putra mahkota tidak memilihnya..." Mina berbicara sendiri, "dia tidak sadar jika di kelas ada putri menteri pertahanan yang lebih cantik, pintar dan beretika dari pada dirinya..."

"Nona, mari kita segera pulang, besok anda harus ke istana..." ajak pendampingnya.

"Baik, mari kita pulang..." Mina masih sempet menoleh ke ujung jalan, besok gurunya akan ada kan di istana.

***

"Bagaimana? Mereka sudah ditemukan?" tanya ibu dari anak yang Dita rawat, dia khawatir jika Dita dan Soodam tersesat, mereka pergi terlalu lama, sebentar lagi matahari akan tenggelam dan sedang diberlakukan jam malam.

"Kami masih mencarinya nyonya..." ucap salah seorang penjaga mereka.

"Kalian harus segera menemukan mereka, tuan muda harus segera minum obatnya, dan bahaya untuk mereka jika malam-malam masih berada di luar..."

"Baik nyonya, kami akan kembali berpencar..."

***

"Mengapa Jinhae belum pulang? Dia harus mengecek bahan makanan yang akan disajikan untuk raja besok..."

"Jinhae hari ini masih libur, dia pergi dengan dayang yang menangani calon putri mahkota, dayang Min sudah memerintahkan pengawal untuk mencari mereka diam-diam, mereka harus sudah berada di istana sebelum malam..."

***

"Bagaimana lukanya? Apa darahnya sudah berhenti?"

"Lukanya tidak terlalu dalam, pecahan botol anggur yang mengenai kepalanya dilempar tidak terlalu kuat, siapa pelakunya?"

"Tidak ditemukan, mereka menghilang secara misterius..."

"Tuan, panglima tidak ada dikamarnya..."

Mereka langsung mengecek tempat Denise beristirahat, semua kebingungan, kemana orang yang sedang pingsan bisa pergi.

***

"Tunggu, kita tidak sadar selama satu jam..." kata Léa, dia menyadari jika mereka minum winenya pukul 7 dan sekarang pukul 8 malam.

"Dan kita di 'mimpi' sudah berada seminggu untuk 1 jam..." kata Denise.

"Aku ingin kembali..." kata Dita, jika yang dikatakan Denise benar, mereka sudah terbangun 10 menit, artinya sudah sehari di sana, persediaan obat anak yang dirawatnya hampir habis.

"Tidak Dita unnie, berbahaya, kita tidak tahu bagaimana caranya kita untuk kembali kesini, kita beruntung tidak sengaja menemukan wine dengan logo yang sama jadi kita bisa kembali..." kata Jinny.

"Bagaimana jika aku dan Dita ke sana lagi? Kalian tidak, jadi bisa bangunkan kami..." ucap Léa, dia terus ingat pada Han Mina.

Jinny, Soodam dan Denise saling berpandangan. Mereka bingung, mereka juga ingin kembali, tapi rasanya bahaya.

"Tunggu sebentar, sepertinya aku tahu kita terlempar ke tahun berapa..." Soodam membuka handphonenya, dia mencoba mencari literatur.

"Unnie, kamu masih ingat siapa nama-nama calon putri mahkota?" tanya Soodam pada Léa.

"Han Mina, Choi So He, Lee Yu Ra..." Léa mengingat-ingat.

"Tunggu sebentar, ada yang berubah..." ucap Soodam, "Choi So He menjadi ratu setelah Han Mina yang seharusnya menjadi ratu dinyatakan hilang bersamaan dengan menghilangnya tuan putri Hi So"

"Apa yang terjadi pada tuan putri Hi So? Bukankah di buku sejarah dia selamat dari badai salju dan berumur panjang..."

"Kita datang saat musim gugur, salju belum turun..." Jinny melihat keluar.

"Kita harus kembali, sejarah berubah banyak, Han Mina harus naik jadi putri mahkota dan menjadi ratu..." ucap Soodam.

"Dita unnie, anak yang kita rawat harus bertahan, dia tercantum sebagai salah seorang menteri yang bijaksana tapi di literatur terbaru namanya tidak ada..." Soodam membandingkan dua sumber.

"Jadi kita kembali?" tanya Jinny, "aku akan mencari di semua dapur istana, wine yang sama dengan milik kakek..." Jinny tiba-tiba teringat sesuatu, "tunggu sebentar..." Jinny berlari ke ruang penyimpanan wine.

"Ini catatan kakek tentang cara pembuatan wine, logonya sama dengan yang di botol, kalau kita tidak menemukan wine yang sama mungkin aku bisa membuatnya..."

Denise sudah menuangkan winenya lagi ke gelas mereka, "mari kita berangkat..."

"Tunggu sebentar, aku akan menghubungi seseorang..." Jinny mengambil handphonenya.

"Justin, tolong datang satu jam lagi, kami sedang minum wine, tolong bangunkan kami..."

Jinny menghubungi sepupunya, mereka akan kembali ke masa lalu.

***

Justin langsung datang setelah membaca pesan dari Jinny, dia penasaran mengapa Jinny sampai menghubunginya.

"Mereka minum berapa gelas..." Justin berbicara sendiri saat melihat Jinny dan yang lainnya pingsan.

Justin pergi ke dapur, dia bermaksud untuk membuat sup anti pengar. Sambil menunggu supnya matang, Justin penasaran wine yang mana yang Jinny minum, dia ke meja makan untuk mengecek.

"Gawat..." Justin langsung panik, dia berlari ke ruang penyimpanan wine, bagaimana Jinny bisa meminum wine itu.

The Flowers of JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang