Suara bising dari putaran mesin cuci, benturan antar alat masak dan aroma kopi memenuhi setengah dari rumah Ayah Radit yang kini hanya ditinggali oleh 2 anak bujang dan 2 anak gadisnya. Sedangkan sang pemilik rumah sedang tinggal dirumah Eyang dan mengurusnya.
Rafina sedang bergelut dengan alat masak dan bumbu dapurnya, Firana masih berjuang mebangunkan Mas Deka yang tingkat kebonya sudah akut. Sedangkan Mas Wonu duduk tenang di meja makan di temani pisang goreng buatan Rafina dan kopi buatan Firana. Jangan lupa Mas Wonu hanya mengenakan kaos oblong hitam dan kolor hijau lumutnya.
Sungguh indah sekali pagi Mas Wonu.
"Mas Dekaaa ayo bangunnnnn" Firana berteriak sambil menarik selimut yang melilit tubuh kakaknya tersebut. Bukannya bangun Mas Deka justru meringkukkan badannya seperti bayi dalam perut ibu.
"Mas Dekaaa bangunn ih, kemarin bilangnya minta dibangunin katanya hari ini ada kuis. pokoknya kalo Mas Deka telat jangan salahin Fira yaa" meskipun badannya sudah di goyang-goyangkan mas deka belum berniat untuk membuka matanya.
(maapin Fira Mas ini satu-satunya cara biar Mas Deka bangun) yakin Fira dalam hati.
Setelah itu Firana memegang tangan kanan kakaknya lalu menggigit jempolnya. Seperti dugaan akhirnya Mas Deka membuka matanya lalu berteriak dengan suara 3 oktafnya. Meskipun objek yang digigit sudah bangun tapi Firana masih belum melepaskan gigitannya sampai Mas Deka gantian menjewernya.
"aawwww sakittt ampun ampunnn Mas " sang punya telinga mengaduh ketika telinganya masih saja belum dilepaskan oleh Masnya.
"ya sama jempol Mas juga sakit, liat nih mau putus" adunya mendekatkan jempolnya tepat didepan mata Firana.
Mas Deka memang lebay permirsa.
"Mas Deka dibangunin dari tadi tapi ga bangun-bangun capek tau ga. pokoknya ga mau tau Rafina selesai masak Mas harus udah mandi" Firana berlalu meninggalkan kamar sang kakak.
"sampek tidur lagi Fira bawain pisaunya Rafi ya Mas!" teriaknya dari dapur yang langsung membuat kakaknya itu berlalu mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.
Firana dan Rafina adalah saudara kembar anak bungsu dari Ibu Rani dan Ayah Radit. Mereka bukanlah kembar identik yang sampai orang sulit untuk membedakan keduanya. Meskipun dari segi wajah terlihat mirip namun penampilan mereka berbeda. Rafina berpenampilan sangat feminim sedangkan Firana biasa-biasa saja. Dari tinggi pun Rafina sedikit lebih tinggi.
"semalem Mas Deka pulang jam 2, capek pasti abis manggung"
Masih dengan pisau di tangannya Rafina berlari menghampiri Firana yang sibuk mengelap meja makan.
"Fir lo jangan ngadu ya kalo gue pulang malem"
"Ra bisa ga ngomongnya ga pake nodong gue, gue masih sayang nyawa lo taro dulu deh itu pisaunya ngeri gue kalo tiba-tiba malaikat Izrail lewat" Orang mana yang tidak ngeri jika ditodong pisau seperti ini, dengan perlahan tangannya mengambil pisau lalu meletakkannya di atas meja.
"traktir gue seblak Bu Ginah sama beliin gue 5 ice jagung janji gue ga akan ngadu" Fira menaik-turunkan alisnya sebagai tanda persetujuan.
"gimana? kalau ga mau juga ga papa. Massss Rafpftt" segera dibungkamnya mulut kembarannya itu supaya tidak bersuara lagi.
"hwekkkk gila lo mau ngeracunin gue? tangan lo bau bawang anjirr"
Serius Firana tidak bohong saat ia bilang ingin muntah, tangan Rafina itu habis menjamah seluruh bumbu di dapur dan belum cuci tangan. Setelah ini Firana berjanji tidak akan macam-macam lagi dengan Rafina jika ia belum cuci tangan setelah memasak.
Setelah sarapan keempatnya sibuk dengan urursan masing-masing. Mas Wonu sibuk bongkar si Murni mobil Ayah yang kini sudah diambil alih olehnya. Mas Deka setelah selesai sarapan langsung bergegas ke kapus untuk menyiapkan ospek maba seminggu lagi, lebih tepatnya ospek si kembar. Mas Deka bohong jika ada kuis.
Dari 15 cucu Eyang hanya Mas Wonu saja yang berbeda Almamater karna setelah lulus SMA ia mendapat beasiswa pertukaran pelajar selama 1 tahun ke Jepang lalu setelahnya melajutkan kuliah di Jogja sampai selesai. Setelah Mas Wonu kembali kerumah baru Ayah dan Bunda tinggal di rumah Eyang.
Sementara si kembar yang mengerjakan pekerjaan rumahnya sudah selesai berniat pergi ke rumah Tante Rahma karna dimintai tolong untuk membantunya memasak. Meninggalkan anak-anaknya tinggal sendiri tanpa ada orang tua membuat Ayah Radit menitipkan anak-anaknya kepada Tante Rahma yang memang rumahnya bersebelahan dengan rumah mereka. Meskipun anak-anaknya sudah besar namun yang namanya juga orang tua pasti tetap saja khawatir.
Seminggu sekali Tante Rahma akan masak besar untuk keluarganya dan 4 ponakannya itu. Si kembar akan membantu jika memang keduanya tidak ada kegiatan, maklum anak Tante Rahma bujang semua. Meskipun begitu anak bungsunya Miko justru sangat pandai memasak tapi karna memang sedang sibuk kuliah jadi tidak ada yang membantunya lagi.
"Dek mau kemana?" tanya Mas Wonu yang masih bergelud dengan Murni.
"ke rumah Miko Mas, mau bantuin Tante Rahma masak" Jawab Fira sedangkan Rafina sudah berlari kegirangan ke rumah Tante Rahma. Bagi Rafina rumah Miko sudah ia anggap sebagai rumah keduanya, hampir setiap hari pasti ia bisa ditemukan disana. Bahkan tamu Om Rahman saja sering mengira jika Rafina itu anak gadisnya.
"nanti jam 11 Mas mau ke bengkelnya Mas Shaka si Murni minta jajan, kalian mau ikut atau tinggal dirumah?"
"ikuttt Fira mau ikut tapi ga tau Rafi ikut apa engga coba nanti aku tanyain".
Setelah 2 jam akhirnya selesai juga si kembar membantu Tante Rahma masak dan bersih-bersih rumah. Setelahnya mereka pulang untuk manaruh sayur dan lauk yang tadi mereka masak. Belum juga sempat istirahat keduanya sudah di giring Mas Wonu masuk kedalam mobil. Firana pikir Rafina tidak akan mau ikut karna biasanya ada saja jadwalnya di hari minggu.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Citrapata
General FictionLembaran hidup dua saudara kembar yang hidup di kelilingi oleh sepupu-sepupunya yang memiliki berbagai kisah.