N.O

7 0 0
                                    

Chapter I

"Jangan terjebak dalam mimpi oranglain, dirimu adalah dirimu. Dirimu bukan milik orangtuamu, dirimu bukan milik gurumu. Dirimu adalah milik dirimu"

Seorang gadis memakai seragam putih abu-abu, membawa ransel berwara pink terlihat kebingungan sambil mengencangkan kuncir kudanya.

"Apa ini benar tempatnya?"

Gadis dengan name tag Luna berdiri didepan gerbang sebuah kedai bernuansa putih dan hijau terdapat beberapa bunga lavender yang bermekaran, dan papan nama Magic Shop disamping pintu utama kedai tersebut, luna mengintip dibalik celah gerbang, tiba-tiba pintu gerbang terbuka dan mendapati seorang Pria tampan memakai tuxedo putih tersenyum hangat kearahnya.

"Selamat datang di Magic Shop, silahkan masuk"

Bagai terhipnotis, Luna mengikuti langkah Pria tersebut sambil berdecak kagum melihat sekeliling kedai yang bernama Magic Shop, Luna semakin berdecak kagum melihat interior kedainya. Matanya tertuju kepada piano kristal, Heintzman. Mulutnya ternganga dan tubuhnya bagaikan magnet mendekati piano tersebut.

"Apa aku boleh menyentuhnya?"

"Silahkan... mainkanlah"

Tanpa babibu tangan luna membelai beberapa tuts piano, perasaannya seperti bertemu sahabat lamanya. Tubuhnya bergetar dan dia tersenyum sumringah dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Maaf aku mengotori pianomu" Ucap luna sambil beranjak menjauhi piano

"Permainanmu bagus sekali, kamu sangat berbakat. Apa kamu ingin strawberry milkshake? Duduklah di tempat yang membuatmu nyaman"

Luna heran kepada pria tersebut, dia tidak bertanya kenapa dia menangis dan lebih mengherankan lagi, kedai ini sangat eye catching tetapi pelanggannya hanya dia seorang. Luna tidak ingin mengubris pikirannya, dia langsung memilih tempat duduk yg berdekatan dengan piano dan jendela, jendela yang mengarah keluar memperlihatkan kebun lavender.

"Pesananmu nona" Pria itu sibuk meletakkan beberapa kue kering dan strawberry milkshake

"Kau bahkan tidak menanyakan pesananku, darimana kau tau kalau aku suka strawberry?"

"Instingku. Apa aku boleh duduk di depanmu?"

"Silahkan... errr mr?"

"Whalien... panggil aku whalien"

"Baiklah Whalien, aku mengetahui kedaimu dari situs internet.. kedaimu bisa menukarkan barang yang dibenci"

Luna mengeluarkan sebuah pulpen antik dari tas nya. Pulpen berwarna silver yang terukir namanya.

"ini... pemberian dari mama, apa bisa ditukar?"

"tentu"

Luna melirik whalien seketika luna mendengar suara piano dan hanyut kedalam suara piano tersebut..

"Luna... luna"

"Luna jangan melamun didepan makananmu nanti terlambat kesekolah" suara mama menyadarkan dirinya

"Mulai sekarang kamu harus fokus, sudah kelas tiga SMA, UAS sudah beberapa hari lagi, kalau kebanyakan melamun. Kamu akan selalu jadi nomor dua"

"aku berangkat dulu" luna menaruh kembali sendoknya

"Jangan lupa kamu ada les SBM setelah pulang sekolah"

"Baik"

Setelah sampai di sekolah, luna menuju perpustakaan untuk mengembalikan beberapa buku SIMAK UI yang ia pinjam.

"Wooyy ketua kelas, pulang sekolah nanti ayoo kita main game. Refreshing diri sebelum UAS" ucap doni sambil mengangkat tas luna

"Doni apaansih jangan ganggui luna terus deh" ujar putri sambil menjitak doni

"Kalian berdua jangan lupa ada pr fisika dan kimia"

"ahh ya allah males banget. Karena luna sudah meningatkan, boleh pinjem pr lu?"

"Jelas gaboleh... ayoo usaha sendiri, gua bantuin kalau ada bagian yang tidak bisa"

Luna menggandeng tangan doni dan putri menuju kelas

Sekelompok anak kelas tiga berlari menuju mading

"Nilai tryout sudah keluar" pekik beberapa siswa lain

Luna berbalik arah berjalan menuju mading, putri menahannya dan menggeleng

"kita lihatnya setelah pulang sekolah aja"

"Kita lihat sekarang aja yah, gua gapapa kok"

Luna mematung melihat nilai fisikanya, dirinya berada di peringkat tiga untuk nilai fisika. Padahal dia sudah berusaha keras, dia hanya tidur empat jam dan sisanya untuk belajar... Luna berjalan mundur kebelakang.

"Aku harus belajar lebih keras lagi, gaada waktu untuk main-main"

"Luna itu hanya nilai tryout fisika doang. Hanya satu mata pelajaran doang luna"

Doni menepuk pundak luna dan dibales oleh tepisan tangan

"UDAH GILA KALI LO YAH, GUA ITU....."

Luna melihat sekeliling sekitarnya memandangnya dengan tatapan aneh,

"Maaf teman-teman" ucap luna sambil tersenyum dan meninggalkan kedua temannya.

Langkah nya terhenti menyadari bahwa kejadian ini adalah dejavu, seketika luna berbalik kebelakang dan betapa kagetnya dia bahwa waktu telah berhenti, bahkan daun yang hendak jatuh seketika berhenti.

terlihat seorang pria dengan tuxedo putih datang menghampirinya.

"Ini"

"Whalien?"

luna menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bukankah dia tadi ada di sebuah kafe yang aneh lalu sekarang dia telah berada di sekolah??? seingatnya, dia baru saja lulus atau jangan-jangan dia sedang time traveler

Whalien menyodorkan sebuah pensil

"Ini adalah hasil penukaran kita"

"Sebuah pensil? tunggu whalien, apa kita sekarang sedang kembali ke masa lalu?"

Whalien tersenyum lembut kearah luna "Jelas tidak, ini bukanlah masalalu atau masa depan tetapi sumber rasa penyesalanmu. Aku menggunakan mimpimu ini"

"Jadi ini adalah mimpi? Menakjubkan. lalu pensil ini, apakah pensil ini adalah pensil ajaib?"

"Jelas bukan... Lakukan sesukamu didalam mimpimu ini, jangan khawatir. jalani mimpimu ini seolah-olah kamu akan terbangun besok"

Luna memandang pensil yang ada di tangannya. jelas, dia tidak mengerti ucapan whalien. Lakukan sesuka dia? Sumber penyesalan? hmm jika ini adalah mimpinya, dia tidak ingin terjebak lagi....

magic shopWhere stories live. Discover now