Nyatanya hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun. Sampai dimana umur gue bertambah, pemahaman gue soal kehidupan yang gak ada apa2nya ini, melihat kebelakang, menarik garis lurus dan sampai pada salah satu kesimpulan, bahwa gue berada didalam situasi keluarga yang tidak suportif.
Permasalahan anak dengan keluarganya bukan perkara mudah yups. Bagaimana Lo memahami bahwa spirit kehidupan, nilai2 kehidupan hadir dan tumbuh dalam diri Lo asalnya ya dari keluarga.
Yayaya, emosi muda, watak diri yang tempramen dan meledak2 lekat rasanya orang sematkan di diri gue. Maybe mereka memang melihat secara langsung, tapi ya oranglain gak pernah mikir nih, yg melatar belakangi nih orang begini apa ya. Keponya orang2 disekitar gue adalah perkara kasusnya, tapi bukan hal yg melatarbelakangi, mereka gak ngajuin hipotesis terus diteliti dulu, langsung aja narik kesimpulan bro.
Sad, karena gue dikelilingi orang2 macam itu dikeluarga.
Jujurly emang gue merasa punya pemikiran yg lebih rasional dan logis dibanding mereka, when gue melihat suatu persoalan dan menjawab pertanyaan mereka, yg mana jawaban gue bersebrangan. Mereka gak terima, kalaupun menerima mereka bakalan ngomongin gue dibelakang dan someday ketika emosi mereka meledak ledak, terutama emosi sama gue, perkara gue yang bersebrangan pemikiran bakalan jadi sasaran empuk untuk luapan emosi mereka.Kata orang Mereka dalam tulisan ini, sebagian besar adalah para orang-orang berumur diatas gue (Sabi nyokap, Mbah, om, bulek, Tante, tetangga, kakak gue sendiri bahkan).
Sikap dan perilaku mereka gak semuanya salah, mereka juga mengajarkan banyak hal baik dan kebaikan ke gue. Tapi sikap dan perilaku mereka kebanyakan salah dalam proses menuju hal baik dan kebaikan.
Proses ini yang gue rasa, gue belajar secara mandiri bagaimana nilai dan point yg baik yg bisa gue ambil.
Sad
Karena rasanya saat ini juga, gue actually not really have the truly meaning of home. Home? Home? Abstract. Gue gak tau