2 : good boy x bad boy

344 43 3
                                    

Hari ke-3 Bima masih setia telat masuk kelas. Untuk kali ini keberuntungan lagi ngikut dia. Belum ada guru di kelas.

Masuk kelas bercucuran keringat sekarang anak sekelas sudah biasa liat kelakuan si bad boy no 1 di sekolah. Yoga juga keliatan gak minat meladeni Bima lagipula dia sudah pensiun dari jabatannya jadi gak ada alasan buat nanganin begundal sekolah macam Bima.

Bima sendiri kelihatan tertarik dengan Yoga. Dia selalu memperhatikan Yoga yang berlagak layaknya siswa teladan selalu sibuk sana sini padahal baru dua hari masuk sekolah. Bima gerah liatnya. Dia duduk di kursinya dengan tatapan yang gak lepas dari Yoga.

Satya teman sebangku Yoga yang sadar temenya itu di perhatiin sama bad boy sekolah merasa risih dan bilang ke Yoga.

"Uy! Ga"

Sengolan bahu berhasil buat Yoga ngalihin perhatian dari buku tebal di depanya.

"Kenapa?"

"Bima kayaknya demen sama lo deh, liatin lo mulu"

"Ya biarin gak penting"

What? Harusnya Satya tau dari awal Yoga gak akan perduli mau di perhatiin sama seorang bad boy sekalipun.

"Sialan lo! Gue doain jadian lo ama Bima"

Satya kepalang kesal dengan tingkah Yoga yang gak perduli sama lingkungan sekitar. Kalo Bima ada maksud jahat kan ngeri juga. 

####

Bel istirahat sudah bunyi lima menit lalu Bima aja udah tenteng kopi kaleng di tangannya. Berjalan di koridor kepalanya di angkat tinggi tinggi.

Ekor matanya melihat hal yang menarik. Yoga tengah jalan menuju kantin bersama Satya. Ide jahil terbesit di otak Bima. Dirinya penasaran reaksi si siswa teladan kalau bajunya di tumpahi kopi dengan sengaja.

Byur

"Eh sorry gue gak sengaja"

Bima memasang wajah angkuhnya Yoga mengangkat kepala sambil tersenyum tipis. Mata keduanya sama sama bertemu dalam beberapa detik karena Bima yang mulai melangkah kaki menuju kelas namun tanganya di tahan Yoga.

"Lo tau maaf itu gak cukup untuk apa yang lo perbuat"

Bima melirik sinis kembali berhadapan dengan Yoga. Tangan Yoga mulai melepas satu persatu kancing seragamnya. Koridor yang ramai penuh dengan jeritan siswa sisiwi yang tadinya sibuk bergosip.

Bima menyunggingkan senyum sinis menatap rendah Yoga. Bisa bisanya si siswa teladan ini tebar pesona di saat kayak gini.

"Cuci! Cowok kan lo?"

Bima pasti marah tapi gak mungkin dia marah sekarang. Dia memilih terima kemeja kotor di tangan Yoga dengan kasar. Yoga nerusin jalan sambil sengol bahu Bima sambil berbisik di telingan Bima.

"Gak bisa marah ya? Ups"

Bima total kesal sama siswa teladan sekolah yang tengah berjalan sambil tertawa bersama temannya itu. Ini baru permulaan dia masih punya banyak cara buat balas dendam.

###

"Kenapa sih bim muka di tekuk?"

Salah satu anak tongkrongan Bima buka suara miris liat muka temenya cemberut begitu.

"Lo gak tau? Rame padahal"

Satu temanya lagi menyaut.

"Apa?"

"Dia kalah sama Yoga"

"Pantes, yaelah bos qu lagian Ngapain sih lo berurusan sama dia gak penting"

Temenya yang tadi merangkul pundak Bima.

"Bacot, nih cuciin besok harus udh bersih. Gua cabut!"

Warung lusuh di pinggir jalan itu di tinggal yakali mau di bawa berat. Emang tempat itu udah jadi tempat tongkrongannya sejak awal masuk SMA. Dengan moge andalanya Bima menuju salah satu caffe langanan saudara kembarnya.

Iya Bima punya saudara kembar tapi perempuan. Namanya Abiya sering di panggil Biya. Cantik tapi Biya bukan kayak cewek kebanyakan. Dia itu hobi ikut balap motor tengah malem kadang dia ketemu sama Bima. Dia juga beda sekolah sama Bima. Dia bukan jajaran murid nakal namanya bersih tapi dia berperilaku layaknya laki laki itu yang buat Biya sebagai perempuan mencolok.

Walaupun dia gak pernah akur sama saudara perempuannya itu tapi Bima pasti pulang ke Biya. Kalo ada masalah pasti dibantu Biya padahal yang kaka Bima.

Sampai di depan caffe yang emang tersembunyi namanya aja xx caffe dan jarang orang tau caffe ini private memang cuman sedikit orang tau. Dia kesini karena mau ketemu Biya. Cewek satu ini kalo pulang sekolah pasti kerja paruh waktu disini soalnya dia emg dia tertarik buat jadi coffe maker dan pemilik caffe ini adalah coffe maker terbaik di negaranya.

Kaki jenjang Bima berjalan angkuh kedalam caffe. Bisa diliat dari sepinya suasana belum ada pengunjung yang datang. Gak lama ada sosok yang dia cari dia duduk di depan meja pantry.

"Latte satu"

"Cih! Beraninya latte doang"

Biya berdecih meremehkan selera Bima. Hal kayak begini memang sering terjadi antara mereka.

"Mana cepet! Gak sopan lo ama pelangan"

Gak butuh waktu lama coffe latte tersuguh apik di depan Bima.

"Itu pake luak, aromanya lebih kerasa"

Bima mencium pinggiran cangkir kopi. Apa yang dikatakan Biya benar aromanya lebih enak dan ciri khas sekali.

"Ngapain kesini?"

"Mo nemenin lo kerja"

"Balik sana gak penting!"

"Ada orang yang cari masalah sama gue, menurut lo gue apain?"

"Lo laki kan? Pake cara laki kalo nyelesain masalah"

Biya berlalu menghilang masuk ke dalam ruangan yang gak pernah bima tau di dalamnya ada apa. Gak lama biya keluar dari pintu yang biasa di pakai kariyawan kalau kelar kerja. Pakainya sudah ganti jadi sweeter crop top berwarna ungu dan bawahan celana denim panjang.

"Ayok"

"Kemana?"

"Sentul, gue mau balap temenin"

















Biya- Ryujin itzy

Satya- choi soobin txt






Next-

Boleh?[book1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang