Bab 2

445 64 10
                                    

HAPPY READING

"Gimana Nin ? Betah nggak kerja dengan Pak Bram ?" tanya Naya.

Saat ini Nina tengah menyusun keranjang-keranjang berisi bunga mawar yang akan dirangkai oleh Naya dan tim. Hari ini ada yang memesan bunga mawar sangat banyak.

"Sejauh ini nyaman banget aku kerja di rumah Pak Bram, Mbak." jawab Nina.

"Awas nanti nyaman sama yang punya rumah." Naya mengerlingkan matanya menggoda Nina.

"Mbak Nay ada-ada aja deh." Nina meringis mendengar godaan Naya.

"Siapa tahu dia jodoh kamu, Nin." celetuk Tita tiba-tiba yang sedari tadi sibuk berkirim pesan whatsapp dengan sang suami.

"Aamiin..." sahut Naya.

"Loh kok jadi ngegodain aku sih." protes Nina lalu pura-pura ngambek. Semua orang yang ada di sana tertawa seketika.

Sudah sebulan Nina bekerja di rumah milik Bram. Selama sebulan itu, kalau di pagi hari mereka bertemu saat Bram akan berangkat kerja. Sedangkan di malam hari, Nina hanya satu kali bertemu dengan Bram dan itu saat Nina selesai masak dan akan pulang. Biasanya Bram tiba di rumahnya setelah Nina pulang.

Bram pun mengajak Nina untuk makan bersama yang langsung ditolak oleh Nina. Nina merasa sungkan bila makan satu meja dengan Bram.

Bram akhirnya meminta Nina membawa sebagian masakannya untuk dibawa pulang.

Mau tidak mau Nina pun setuju. Lalu pulang dengan dada yang berdebar. Nina tidak mengerti kenapa bisa begitu hanya karena diperlakukan dengan baik oleh Bram belum lagi Bram memanggilnya dengan panggilan yang berbeda dari semua orang yang mengenalnya.

Baru kali ini ada seseorang yang memanggilnya dengan panggilan 'Na' bukan 'Nin'. Dan Nina suka saat Bram memanggilnya seperti itu.

***

"Mas, maaf ya aku telat." ucap seorang wanita yang berpakaian casual tapi amat sangat modis.

Bram yang mengenakan polo shirt navy dan celana kargo hitam hanya mengangguk lagi pula Bram juga baru tiba.

Bram yang membuat janji temu dengan wanita itu untuk bertemu di rooftop Apollo, cafe yang letaknya tak jauh dari kantor Bram.

Bram menyambut pelukan singkat dan cipika cipiki dari wanita yang mengenakan kacamata hitam dengan merk ternama.

"Duduk." pinta Bram sambil menunjuk kursi kosong yang ada di hadapannya dengan dagunya.

Wanita itu pun duduk di depan Bram dengan anggun. Lalu meletakkan iced americano yang telah dipesannya tadi dan melepas kacamata hitamnya.

Bram melirik minuman yang dipesan wanita itu. Lalu menaikkan sebelah alisnya.

"Sejak kapan kamu suka americano ?" tanya Bram penasaran.

"Seriously ? Kita baru ketemu setelah setahun masa Mas nggak tanya kabar aku." gerutu wanita itu.

"Apa kabar ?" tanya Bram datar.

Wanita itu mendengkus.

"Ternyata americano nggak seburuk yang aku kira." jawab wanita itu tanpa menjawab pertanyaan terakhir yang Bram ajukan.

"Mas kok nggak bilang kalo pulang ? Mas ada kerjaan di sini ? Nginep di hotel atau di rumah Bapak dan Ibu ?" tanya wanita itu beruntun.

"Aku pindah, Ra." jawab Bram lalu meminum hot americano-nya yang mulai dingin.

Love is StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang