1 - Saat Ibu Bertemu Ayahmu

1.8K 122 23
                                    

Hujan punya banyak arti bagiku, terutama sejak kamu singgah malam itu, di ranjangku yang dingin.

Kamu tidak tahu, bahwa bukan hanya ranjangku yang menjadi hangat karena kehadiranmu, tapi juga hatiku.

Luka-luka yang mengendap dan mengasingkan dirinya di ceruk paling kelam dari bilik jiwaku, seolah kamu basuh dengan aroma tubuhmu.

Kelak, saat anak kita tumbuh dewasa dan ingin mengenal ibu bapaknya. Aku ingin ia tahu bahwa kita bukan pecinta yang jatuh dalam peraduan raga.

Aku ingin ia tahu bahwa aku mencintaimu dan kamu juga mencintaiku.

Kamu masih ingatkan saat hujan turun malam itu?

Tanganmu yang kokoh memayungiku, memberikan satu-satunya payung yang kamu punya dan aku yang memang tercipta tak tahu diri ini, menerimanya tanpa sedikit pun perasaan bersalah.

Aku menjeratmu detik itu juga dan melemparkanmu dalam manteraku.

Jenis mantera yang semua orang di dunia ini suka. Kamu tahu pasti aku telah lama mengintaimu dan menanti saat kamu lengah.

Aku... wanita kesepian yang bersikeras untuk tak jatuh cinta.

Dan kamu... pria baik yang melarungku ke duniamu, menawarkan kisah tentang kita.

Tentang kamu, aku dan bayi di perutku – anak kita.

Malam itu, kamu masuk ke sarangku dengan dua kakimu sendiri.

Aku tak memaksamukan?

Aku memang angkuh dan penuh ambisi tapi kamu jelas mengenaliku sebagai seseorang yang tak suka memaksa.

Seperti ingatanmu yang terpencar ke seluruh penjuru arah – tak beraturan.

Ingatan tentang kita juga menghilang, entah kamu sengaja menggerusnya atau tak ada tempat untukku di sana.

Segebok uang, sebuah perjanjian dan sepercik kesenangan mengalun bagai dongeng tentang peniup seruling dan sihirnya.

Kita jatuh berdua, bukan dalam cinta tapi karena kamu membutuhkan uangku dan aku membutuhkan tubuhmu.

Sekali lagi, aku sama sekali tidak memaksamukan, Soo Hyun?

Aku tak akan pernah lupa akan caramu mendendangkan namaku dalam sepetak kamar bercahaya redup kala itu.

Kita saling tikam di bawah kusut selimut, di bising napas masing-masing.

Aku membeli sebagian dari dirimu tapi tanpa sadar, kamu memberikan seluruhnya utuh.

Kamu adalah perantau dari sebuah desa yang terlalu malas untuk kutelusuri melalui peta, meski kita berasal dari semenanjung yang sama.

Bedanya adalah, kamu gagal dalam perantauanmu, terlilit hutang dan tak cukup makan.

Surat-suratmu tak lengkap sehingga kamu hanya bisa bekerja di malam hari, di bar milikku. Sementara aku, pewaris kaya yang jengah pada romansa cinta.

Aku mati rasa. Tak tertarik pada sumpah serapah di atas altar yang orang-orang bilang adalah awal hidup bahagia.

Jadi, aku berterima kasih pada Tuhan karena membuatmu membawakanku payung malam itu, serta membuat para penguntitmu datang ke barku dan menghajarmu karena tak lekas melunasi uang mereka.

Apa aku jahat?

Biarlah kamu berpikir demikian, toh aku tetap calon ibu dari anakmu.

Soo Hyun... kamu yang pertama, kamu percaya itu?

ALOGARITMA BERCINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang