Unforgettable Memories

28.2K 316 25
                                    

Terkadang cinta juga bisa salah,
Salah memilih jalan yang ingin dilewatinya,
Salah memilih tempat untuk menyimpan hatinya,
Salah memilih orang untuk dicintai olehnya,
Salah memilih pilihan hidupnya,
Dan terkadang cinta juga salah memilih hati,
Tanpa cinta tahu bahwa ada hati lain yang tersakiti karenanya....

(Sembilan belas tahun yang lalu)

"Kim tunggu aku! Jangan cepat-cepat larinya!!" Teriak anak laki-laki itu pada Kim.

            Tapi gadis kecil yang lincah itu tetap saja berlari kencang ditengah derasnya hujan sambil merentangkan tangannya seolah ingin terbang. Keringat mengucur di wajahnya yang kini merah merona, tapi tertutupi oleh derasnya hujan sore itu.kim tertawa. Rambut panjangnya yang bewarna coklat itu kini basah dan berantakan. Tapi gadis kecil itu tetap tertawa. Sementara anak laki-laki yang berlari di belakangnya terus meneriaki namanya untuk segera berhenti. Tapi Kim tidak mau berhenti berlari. Ia menengadahkan kepalanya ke atas langit. Langit mendung dan berawan. Tetesan air hujan masuk ke mulutnya yang kecil. Dan lagi-lagi Kim tertawa.

"Asin" Ucapnya. Sedetik kemudian, Kim tertawa semakin keras. Ia merasa telah tahu salah satu rahasia hujan yang begitu disukainya. Kim berhenti sesaat, dan berbalik kearah laki-laki yang dari tadi terus mengejarnya itu.

"Air hujan ternyata rasanya asin, J!"

Anak laki-laki itu menyibir ke arah Kim. "Tentu saja air hujan itu asin, kau pikir rasanya apa hah? Manis? Dasar bodoh!"

Kim memiringkan kepalanya ke arah laki-laki itu.ia memanyunkan bibirnya.

"Aku tidak bodoh, J. Kaulah yang bodoh. Ayahmu saja bilang aku lebih pintar darimu." Kimm mencibir ke arah anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu kemudian menghela napas berat, dan menatap Kim dengan tatapan tak suka saat mendengar nama ayahnya disebut oleh gadis kecil itu.

Kim kemudian berlari lagi, tapi kali ini jalanan yang mereka lalui sedikit menurun dan licin. Tapi Kim tak peduli. Ia malah berlari semakin kencang dan menembus derasnya hujan yang semakin mengaburkan pandangannya. Hingga tak sadar kakinya telah melangkah ke arah yang salah. Tapi kim tidak tahu dan tidak mau tahu. Ia tetap tertawa seraya merentangkan tangannya lebih lebar. Hujan kini telah menuntun arah Kim berlari. Kim menutup kedua matanya dan merasakan terpaan angin berhembus pelan membelai wajah kecil yang cantik itu. Anak laki-laki itu kini mengejar Kim lebih cepat. Ia memanggil-manggil nama Kim hingga tak lama kemudian ia mendadak berhenti. Tatkala ia melihat sebuah tebing terbentang di depan mereka, dan langkah Kim yang semakin mendekat kesana. Anak laki-laki itu kemudian menuruni jalanan licin itu dan memanggil nama Kim lebih keras. Anak laki-laki itu berlari secepat yang ia mampu untuk mengejar Kim yang sudah semakin dekat dengan tebing itu. Tapi, Kim malah berlari semakin kencang. Kim berlari sambil tertawa semakin keras. Anak laki-laki itu sudah hampir meraih tangan Kim, tapi ia mendadak berhenti saat ia melihat Kim berbalik kearahnya, dan tersenyum. Di bawah derasnya hujan yang mengguyur tubuh-tubuh mungil itu, anak-laki-laki itu seolah melihat sayap di tubuh Kim. Ia melihat gadis kecil itu melambaikan tangan dan ia melihat Kim seakan ingin terbang menjauh darinya. Anak laki-laki itu tersadar dan langsung berusaha menangkap tangan Kim, tapi ia terlambat. Tangannya tak mampu menarik Kim sebelum Kim jatuh ke bawah tebing.nafasnya tercekat.matanya menatap tajam ke bawah tebing.matanya terbelalak lebar berusaha mencari-cari kim,tapi derasnya hujan dan kabut tebal yang menutupi tebing membuatnya tak mampu melihat apa-apa.hanya terlambat beberapa detik saja,ia tidak bisa memegang tangan  gadis itu,hanya karna kebodohannya,ia kini telah kehilangan bagian terpenting dari hidupnya.
Kim telah pergi...

                  Anak laki-laki itu menatap nanar ke bawah tebing,dan kini ia  hanya bisa terdiam. Ia menunduk. Hatinya sakit dan ia bahkan tidak tahu saat ini harus berbuat apa. Gadis kecil itu adalah temannya. Satu-satunya orang yang masih peduli dan mau dekat dengannya. Hanya gadis itu yang ia punya, selepas kepergian ibunya yang telah meninggal saat umurnya bahkan belum genap empat tahun. Dan kini gadis kecilnyapun harus pergi meninggalkannya. Gadis yang sejak pertama kali bertemu telah mampu membuat dirinya memberikan apapun yang ia punya, hanya untuk meminta gadis itu selalu bersamanya. Dan kini ia pergi. Sakitkah kini hatinya? Sedihkah ia? Namun disudut matanya kini ada butiran-butiran bening yang menggumpal dan siap menetes di pipinya. Tubuhnya yang dingin karena sejak tadi terguyur hujan sama sekali tidak ia pedulikan. Yang kini ia rasakan hanyalah tangannya yang terasa kaku dan bahkan tubuhnya sudah terduduk di tepi tebing sejak tadi. Bahkan untuk berdiripun kakinya tak bisa diajak kompromi.

My Damn is Mr.J!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang