Maaf ya kalo ada banyak salah :")
Happy reading <3
***
"Saya pamit pulang, terima kasih atas kerjasamanya."
Renjun berjalan keluar dari kafe yang mulai meredup. Pekerjaannya telah selesai dan ia segera berjalan pulang ke asrama.
"Huh... Ini tak semudah yang aku pikirkan" dia bergumam kecil sambil menghembuskan nafas berat. Akhir akhir ini ia sedang mencari kerja paruh waktu untuk membantu orang tuanya membayar biaya kuliah. Meskipun hasilnya tak terlalu besar, setidaknya ia bisa menghidupi kebutuhan sehari harinya tanpa menghabiskan uang pemberian orang tuanya. Dia menemukan pekerjaan yang cocok setelah mendengarkan saran dari beberapa temannya. Sudah hampir sebulan ia bekerja di kafe kecil di tengah kota, cukup melelahkan mengingat kafe itu memiliki jumlah peminat yang cukup banyak.
"Mungkin pergi jalan-jalan sebentar tak masalah, masih ada waktu 1 jam sebelum pukul 10", Renjun memutuskan untuk pergi ke minimarket membeli beberapa camilan, mencari tempat duduk yang tepat berada di depan minimarket tersebut dan menikmati camilannya dengan tenang.
"Permisi, bolehkah aku duduk disini?" seorang wanita tiba-tiba muncul yang membuat Renjun tersedak karena terkejut.
"Ah, tentu saja" ia menggeser sedikit badannya agar wanita tersebut bisa duduk dengan nyaman. Wanita itu tersenyum sebagai tanda terimakasih.
Sebenarnya Renjun sedikit bingung, untuk apa seorang perempuan pergi sendiri di malam hari? Tidak kah itu berbahaya.
"Ehm... bolehkah aku meminta tolong padamu?" kata nya tiba-tiba.
Renjun mengalihkan perhatiannya dari makanan ke wanita itu sambil menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan.
"Mau kah kau mendengarkanku. Ehm... maksutku maukah kau mendengarkan ceritaku? Aku sedang menghadapi sedikit masalah dan tak ada tempat yang baik untukku membicarakannya. Bolehkah aku menceritakannya padamu?"
"Apakah tak apa?" Tanya Renjun balik.
"Sepertinya aku yang harusnya bertanya seperti itu. Apakah kau tak masalah jika aku mengganggu harimu kali ini?"
"Iya, tentu saja tak apa. Keluarkan semua sampai kau merasa lebih tenang. Ah.. iya. Kau bisa panggil aku Renjun."
Wanita itu tersenyum kecil, " terimakasih. Namaku Nara."
"Jadi, apa yang terjadi padamu?" Renjun menatap Nara yang terdiam sambil menatap ke depan. Seperti sedang menerawang jauh ke momen beberapa waktu yang lalu.
"Aku baru saja keluar dari pekerjaanku" Nara terdiam sejenak.
"Itu bukan kemauanku. Keluargaku yang memaksa. Kata mereka aku hanya mempermalukan mereka dengan pekerjaanku saat ini. Awalnya aku berusaha untuk memperjuangkannya, kebahagiaanku direnggut satu persatu."
"Mereka membuat semua orang yang dekat denganku menjauh, satu persatu dari mereka pergi. Bahkan kekasihku pun ikut tak memperdulikanku yang membuat kita harus berpisah beberapa bulan yang lalu." Nara terdiam lagi, mencoba untuk menahan semua rasa yang meluap. Renjun dengan ragu-ragu mengusap bahu Nara pelan, mencoba untuk membuatnya merasa lebih tenang.
"Keluargaku memaksaku untuk menuruti apa yang mereka mau sedari kecil dan aku menurutinya. Tapi mereka tak pernah menuruti apa yang kumau barang satupun. Aku memutuskan untuk membangkang saat masuk universitas. Mencoba untuk berbuat buruk di universitas agar dapat dikeluarkan. Aku tidak malu, aku puas karena merasa masalahku telah hilang."