My sweet, CEO | Airport

7K 733 64
                                    

"Shit." Spontan, umpatan dengan nada kecil terlontarkan dari mulutku.

Aku mengalihkan pandangan kearah lain asalkan tidak menatap manik onyx dengan sorot tajam Sasuke seolah-olah menusuk-ku.

"Ma, apa mama mendengar salad?"

Suara putri kecilku, yang memanggil namaku dan bertanya untuk memastikan karena tidak kunjung menjawab. Sedikit membuatku merasa tidak bersalah padanya.

Pikiranku sekarang mirip benang kusut. Tapi, entah keberanian darimana. Aku secara berani serta tiba tiba langsung melangkah maju, dan merebut kembali ponsel yang memang menjadi hak-ku.

Masa bodoh jika aku dipecat, karena ketahuan mempunyai seorang putri. Suara imut Sarada yang membuatku bersikap demikian, tanpa basa basi aku langsung mematikan sistem speaker diponsel dan mendekatkan benda komunikasi ini pada telinga kananku.

"Salad, mama akan menjemputmu dibandara. Kau tunggu disana ya my dear."

Sarada menyahut ucapanku dengan patuh, disituasi seperti ini. Aku merasa senang akan sikapnya yang sungguh, dapat dibanggakan.

"Good job, see you later honey."

Sambungan telepon terputus, setelah pembicaraan berakhir. Helaan nafas pelan tanpa sadarku lakukan, dan dalam sekejap aku tersadar kembali akan situasi sekitar yang sulit dijelaskan.

Semuanya menatapku dengan sorot mata berbeda beda dan pendapat mereka masing-masing, oh God. Aku benar benar jadi terkenal di lingkungan kerja dalam kurung waktu kurang dari dua belas jam, sungguh prestasi yang memalukan.

Baiklah karena sudah begini, aku tidak punya jalan lain. Untuk saat ini anggap saja. Aku sedang memasang tampang muka tebal, dan tidak tau diri. Karena dengan seenak jidat, aku melangkah hendak pergi dari kantin atau lebih tepatnya kantor raksasa ini.

Tatapan Sasuke, terasa menembus diriku. Ini gila, dan aku tidak bisa disini lebih lama lagi.

Grep!

Aku membatu diam, saat sebuah tangan mencengkram pergelangan tanganku walau tidak terlalu kuat.

"Kau berhutang penjelasan padaku."

Lidahku terasa keluh, saat Sasuke membisikkan hal itu dengan nada dingin sarat akan intimidasi.

Refleks, bibirku menipis. Sialan aku merasa sangat gugup, bagaimana pun aura dari seorang Uchiha sungguh tidak main main.

Setelah berucap demikian, Sasuke melepaskan cengkraman tangannya. Pria yang menjabat sebagai CEO itu, kini memandang pada para karyawan yang masih asik menjadi penonton dan bergosip ria.

"Apa sedang ada tontonan menarik bagi kalian sekarang?!" tanyanya sekaligus membentak yang sarat akan sindiran.

Menunduk, aku berdiri diam. Suasana kantin mendadak sepi, tidak ada lagi suara apapun. Setelah Sasuke berucap seperti tadi dengan begitu tegas, aura boss sungguh cocok untuknya.

Sasuke melangkah pergi, bersama dengan para jajaran tinggi perusahaan yang masih setia mengikuti langkahnya.

Mencoba menenangkan diri, aku menghela nafas panjang. Dan menekankan didalam hati, bahwa kejadian ini tidak akan berdampak besar apalagi negatif.

Jelas aku sedang membohongi diriku sendiri, tapi itu membuatku lebih baik. Sikap percaya diriku sebagai mantan model nyatanya kembali runtuh jika berhadapan dengan dia, entah itu dulu mau pun sekarang.

__________________

Diruangan dengan nuansa maskulin itu, onyx tajam pemilik ruangan ini membaca setiap rentetan kata diatas kertas putih penuh dengan seksama.

Raut wajahnya terlihat amat datar, Sasuke lalu menutup dokumen tentang data seseorang secara detail yang ia pinta beberapa saat lalu.

Hembusan nafas kasar terdengar, Sasuke kemudian beralih menatap kearah tangan kanan kepercayaannya dengan sorot mata serius.

"Tutup bandaranya sekarang."

_________________

Aku duduk dengan gelisah dikursi penumpang taxi, karena kejadian tadi sedikit membuatku merasa takut.

Hal tadi tidak seharusnya terjadi, aku beranggapan demikian bukan karena egois. Karena, dari awal aku tidak pernah berniat untuk menyembunyikan fakta tentang keberadaan Sarada dari Sasuke. Tapi, ini terlalu cepat.

Setidaknya, aku butuh waktu beberapa saat untuk menyiapkan diri dan mempersiapkan segalanya.

Aku mencoba untuk tetap tenang, manik emerald ku kini beralih menatap keluar jendela taxi.

Mungkin butuh sekitar setengah jam untuk tiba dibandara dan bertemu permata hidupku, sedikit sulit untukku tadi menemukan taxi.

Berharap saja jalan tidak begitu ramai, apalagi sampai tercipta kemacetan. Membayangkannya jika benar terjadi, sungguh terasa mengesalkan.

___________________

"Ada apa ini?"

Aku menatap dengan penuh keheranan, saat mobil taxi yang ku tumpangi dipaksa berhenti saat sampai diportal depan bandara oleh sekelompok orang dengan tubuh tegap dan menggunakan jas seragam.

"Saya tidak tau nona."

Supir taxi menjawab pertanyaanku dengan nada suaranya yang amat kentara, sudah jelas dia juga sama denganku yang tidak tau situasi apa yang sedang terjadi saat ini.

Salah seorang pria, mengetuk kaca jendela dibagian belakang alias penumpang tempatku duduk saat ini.

"Nona Sakura, kami ada perlu dengan anda. Mohon keluar, dan bekerja samalah."

Gelisah, aku merasa bingung harus berbuat apa. Bahkan supir yang tampak tidak muda lagi itu menggelengkan kepalanya, seolah memberi kode bahwa jika aku membuka pintu mobil bisa saja berbahaya.

Pemikiranmu bergemelut, namun aku memilih untuk membuka pintu mobil dan menapakkan kaki-ku yang dibalut high heels keluar dari dalam taxi.

Pria tadi menyebut namaku, itu berarti ada seseorang yang memerintahkannya. Ditambah, akses masuk kedalam bandara ternyata telah diblokir, oleh orang yang berkuasa tentunya.

"Mohon ikut dengan kami nona Sakura, karena kami akan mengantar anda, untuk menemui putri anda didalam bandara," jelasnya, dengan nada serius.

Diam, aku memperhatikan sekitar. Ada beberapa mobil dibelakang, yang ternyata disuruh putar balik karena akses ke bandara telah ditutup.

Meski kini, ada satu orang didalam kepalaku yang mungkin saja menjadi pelaku. Tapi, aku mencoba menepis pemikiran itu jauh-jauh.

Pria didepanku berkata hal yang jujur, bahwa Sarada berada didalam bandara. Karena aku memasang GPS diponselnya, untuk jaga jaga disaat seperti ini.

Aku mengangguk kepala, tanda mengiyakan. "Baiklah, aku ikut kalian kalau begitu."

_________________

Aku berlari, masuk kedalam gedung bandara. Dengan cukup cepat meski menggunakan high heels, itu bukan sebuah halangan.

Beberapa pria yang mengawali tadi, hanya mengantarkan ku hingga bagian parkir bandara.

Bandara ini sangat luas, dan tidak ada seorangpun didalamnya sejauh aku masuk dan menjejakkan kaki.

Kakiku berhenti berlari, nafasku memburu. Karena kecepatan kakiku melangkah tidaklah main main, sedikit rasa sakit ku rasakan akibat berlari dengan sepatu hak tinggi.

"Mama!"

Suara akan kecil, yang sangat akrab dipendengaranku membuat manik emerald ku berbinar.

Aku menoleh kearah kiri dengan tersenyum, namun kemudian aku terpaku diam mendapati bahwa putriku. Sarada, yang beberapa bulan lalu berulang tahun. kini, tengah berada dalam gendongan Uchiha Sasuke.

























TBC!

See you again.

Stay healthy!

Lovyou all ❤️✨

My sweet, CEO [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang