Sore ini adalah sore yang indah. Seorang laki laki bernama Perseus Reiri tengah berjalan santai sambil mengendong tas dipundaknya, pandanganya terfokus pada smartphone yang ia mainkan, saat ini dia dalam perjalanan pulang dari kampusnya.
"Malam ini enaknya nonton apa ya?" gumamnya.
Tok tok tok.
Setelah sampai dirumah dan mengetuk pintu, ia langsung menaruh sepatu miliknya di atas rak. Tak lama setelah itu, seorang wanitapun keluar dari balik ruangan.
"Ah, Rei. Udah pulang rupanya."
"Iya, aku pulang. Ibu."
Wanita tersebut adalah ibunya Reiri, saat ini ia sedang memasak menyiapkan makan malam di dapur.
"Malam ini kan malem minggu , jadi ibu udah menyiapkan makanan enak nih." Ibunya Reiri mengayunkan tongkat panci yang masih berada ditanganya.
"Iya iya, aku mandi dulu ya. Nanti kalo dah kelar kita langsung makan aja." Reiri berjalan menuju lantai dua tempat kamarnya berada.
Ibunya terseyum tipis, lalu kembali kedapur.
"Kalo gitu cepetan mandinya, nanti keburu dingin."
"Iya iya."
Setelah masuk kedalam kamar dan menaruh tas milikya di sebelah kasur, ia langsung merebahkan badanya di kasur.
"Aaah, capeknya. Pengen mati ajalah daripada kuliah."gumamnya, ia mulai mengeluh." Dah tau akhir pekan, tugas masih aja numpuk. Pokoknya malam ini pengen puas puasin nonton film."
Setelah rebahan beberapa saat sambil mengumpulkan energy untuk mandi, Reiri akhirnya mengambil baju ganti dan haduk, ia memasuki pintu kamar mandi yang berada di pojok kamar dan suara air keranpun terdengar.
Perseus Reiri adalah mahasiswa semester dua, ia berumur 20 tahun. Jika kita bayangkan, Reiri adalah pemuda pada umumnya, ia memiliki rambut hitam yang lumayan panjang, warna kulitnya tergolong putih untuk seorang pria, dengan tinggi badan 166cm dan berat 55kg, ia mungkin masuk kedalam kategori kurus, tidak ada hal unik apapun, ia adalah pemuda yang bisa ditemukan dimana saja. Namun, ia memiliki satu kelainan, kelainan itulah yang mungkin membedakan ia dan pemuda lainya. Kelainan itu bernama Heterocromia, kelainan dimana seseorang terlahir dengan kedua bola mata dengan warna yang berbeda. Dan kelainan inilah yang menimpa Reiri, Namun Reiri juga tidak peduli sama sekali, malah ia menganggap itu keren.
Beberapa menitpun berlalu. Reiri keluar dari kamar mandi.
"Aaah, seger."sambil menggosok gosok rambutnya yang basah dengan handuk, ia berjalan kearah cermin. Sebelah kanan coklat dan sebelah kiri merah. Itulah warna dari kedua bola matanya
"Huuuh dinginya."
Selain itu di dapur, ibunya Reiri telah selesai menyiapkan makan malam di atas meja.
"Fuuh, selesai juga."ia mengusap keningnya."Si Rei udah selesai belum?"
Tak lama setelah itu Reiripun turun dari lantai dua dan langsung menuju dapur, ia mengenakan kaos oblong hitam dan celana pendek putih. Di dapur, ibunya tengah menonton televisi, membuatnya tidak sadar akan kehadiran anaknya.
"Bu, nonton apa? Makan yuk." Kata Reiri
"Ah, Rei." Ibunya menoleh." Ayuk makan dulu, dari tadi ditungguin. Ibu lagi nonton berita nih."
"Tadi aku rebahan dulu hehe." Reiri menyeringai sembari mengambil piring dan mulai menaruh makanan di atas piringnya."Berita apa emangnya?"
"Ini, tentang pembunuhan. Akhir akhir ini banyak banget kasus pembunuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality
FantasyPerseus menatap kosong ke kegelapan. Tubuhnya terasa ringan, nyaris mati rasa. Hari ini, semua berjalan seperti biasa. Dia bangun pagi seperti biasa, pergi ke kampus seperti biasa, dan menjalani rutinitas seperti biasa. Hal yang tidak biasa adalah s...