1

802 89 2
                                    







Gelap berubah jadi terang. Malam berubah jadi pagi. Netra yang menutup indah itu perlahan terbuka saat merasakan sinar matahari semakin menyorot padanya. Pandangan yang masih kabur itu berusaha menyesuaikan keadaan. Indera penciumannya bekerja sangat keras saat harum ruangan terasa berbeda dengan kamar miliknya.

Halie melihat ke arah bawah saat menyadari ada sebuah lengan yang melingkar di pinggangnya. Kepalanya menoleh ke samping dan mendapati Taeyong yang bertelanjang dada.

"Bapak!"

"Diam. Ini masih pagi" saut Taeyong dengan suara seraknya dan semakin mengeratkan pelukannya. Entah pria itu sadar atau tidak dengan tindakannya sekarang. Yang jelas hal tersebut membuat Halie mati kutu dibuatnya.

"Kenapa saya bisa tidur di kamar bapak? Guna-guna ya?"

"Berisik sekali seperti burung beo di luar sana" gerutu Taeyong dan mau tidak mau membuka matanya. "Salah siapa mengunci pintu kamar? Lagi pula saya juga tidak akan mencuri barang-barang milikmu"

Halie menatap punggung lebar suaminya yang berjalan menuju kamar mandi. Setelahnya ia keluar dari kamar Taeyong dan beralih menuju kamarnya sendiri. Mau ditaruh dimana wajahnya sekarang? Kenapa mereka bisa tidur dalam satu ranjang? Memalukan.

Berbeda dengan pasangan lainnya yang tidur dalam satu ranjang setelah terikat dalam suatu pernikahan. Hal itu tidak berlaku bagi Taeyong dan Halie yang memiliki kamar mereka masing-masing. Sekali lagi, Halie tidak begitu terlalu berharap dengan pernikahannya sekarang.

Selesai gadis itu membersihkan diri dan berganti pakaian, ia langsung beralih menuju dapur untuk membuat sarapan untuknya dan Taeyong. Tiga bulan menyandang status sebagai nyonya Lee, tidak pernah sekalipun suaminya protes soal apa yang ia masak, semua dilahap dengan nikmat oleh Taeyong. Setidaknya Halie tidak perlu susah payah berpikir untuk memasak apa kesukaan Taeyong, pria itu tidak terlalu merepotkannya soal makanan.

"Berangkat dengan saya"

"Tidak perlu" jawab Halie langsung.

Kini keduanya telah duduk bersama di meja makan, menyantap makanan yang telah dimasak Halie baru saja. Taeyong meletakkan alat makannya, beralih menatap sang istri yang duduk di hadapannya.

"Hari ini kita akan menjemput orang tuamu"

"Saya bisa sendiri. Tidak akan mengganggu pekerjaan bapak"

Agaknya Taeyong harus menyiapkan banyak kesabaran jika ingin rumah tangganya berjalan lama dengan Halie yang mempunyai sifat kaku dan keras kepala.

"Saya tidak suka ditolak Lee Halie. Menurut pada suamimu"

"Ya terserah" setelahnya ia meninggalkan meja makan dan meraih tasnya yang ia letakkan di sofa. "Cepatlah, sebelum anak-anak berdatangan"

.

Pelukan hangat menjadi awal sambutan atas kembali bertemunya antara orang tua dan anak. Sebuah kehangatan yang tak terjamah selama tiga bulan lamanya bagi seorang gadis yang kini berada dalam pelukan hangat ibu dan ayahnya. Taeyong hanya memandang bagaimana kegembiraan istrinya bertemu kembali dengan orang tuanya.

Satu yang dapat Taeyong tangkap dari kejadian yang berada di depannya, Halie adalah seorang anak yang benar-benar kesepian dan membutuhkan pelukan keluarga sebagai penyemangatnya. Halie bahkan tidak pernah menampilkan raut bahagianya saat bersamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pemimpin | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang