Hening dan canggung bercampur menjadi satu dalam meja makan berisikan dua insan yang tengah menyantap sarapan mereka dalam diam. Hanya dentingan antara sendok dan garpu yang terdengar dalam ruang makan rumah mewah di pagi hari yang terlihat amat cerah. Salah satu dari dua orang berbeda jenis kelamin menyelesaikan makanannya terlebih dahulu lalu mengusap sudut bibirnya dengan tisu. Satu lagi segera menenggak habis minumannya lalu membereskan piring kotor bekas keduanya dan mencucinya.
"Berangkat bersama?"
"Tidak perlu. Saya bisa sendiri" tolaknya lansung kala mendengar tawaran dari seorang pria yang duduk dalam satu meja makan bersamanya tadi.
"Bagus" saut Taeyong. "Kau sudah harus berada di rumah sebelum saya pulang"
"Saya tidak suka diatur"
"Dan saya tidak suka ditolak"
Tidak ada lagi percakapan setelahnya karena Taeyong yang meninggalkan meja makan, yang ada hanya suara knalpot mobil yang perlahan menjauh dari rumah yang mereka huni. Gadis yang baru menyelesaikan acara mencuci piringnya itu menghembuskan nafas beratnya. Sepi dan jengkel kembali menemaninya di dalam rumah besar yang baru ia huni selama tiga bulan terakhir.
Kim Halie, gadis berusia dua puluh satu tahun itu terjebak dalam ikatan pernikahan dengan seorang pria yang tidak ia kenal sebelumnya selama tiga bulan terakhir. Perjodohan konyol dengan alasan klasik menjadi dasar keduanya terikat dalam pernikahan yang dinilai terlalu cepat.
Apa yang dikhawatirkan dari dirinya? Ia bahkan sudah menduduki bangku kuliah semester lima. Cukup bagi seorang gadis mampu menjaga dirinya sendiri tanpa pengawasan orang tua. Lagi pun ia sudah terbiasa dengan kesendirian dan tanpa pengawasan.
Kini apa yang dapat Halie harapkan dari pernikahan tidak diharapkan itu? Status mereka memang sudah berganti dalam ikatan janji suci pernikahan. Namun Halie bisa menjamin jika raga dan hati mereka tidak terikat sama sekali. Gadis itu hanya merasa berpindah rumah dan ada seseorang lagi yang turut ikut tinggal di dalamnya.
Halie melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, masih tersisa waktu setengah jam untuk kelasnya dimulai dan dirinya juga masih mempunyai waktu perjalanan menuju kampus. Seperti hari-hari sebelumnya, gadis berambut pendek sebahu itu akan menggunakan mobil pribadinya untuk sampai di kampus tempatnya mengemban ilmu. Ia hanya membutuhkan waktu dua puluh menit dari rumah, sedikit cepat karena rumahnya sekarang lebih dekat dengan kampusnya.
Saat sampai di area parkir kampus, ia melirik sekilas pada tempat dimana mobil-mobil para petinggi kampus berada. Terdapat satu mobil yang tidak asing dalam pandangannya, jelas saja, pemiliknya sudah berangkat terlebih dahulu dari pada dirinya.
Tanpa memperdulikan lebih lama, Halie melangkahkan kaki memasuki gedung fakultasnya dan langsung menuju dimana lantai kelasnya berada. Hari ini adalah hari terakhir ia melakukan kelas dengan normal, karena esok sudah memasuki masa dimana ia menjalani ujian.
Halie termasuk gadis yang pintar di kelasnya. Selalu memperhatikan dan mencatat materi yang disampaikan oleh dosennya. Kelasnya berjalan begitu lancar di hari terakhir dan teman-temannya membubarkan diri saat pelajaran telah selesai dan tinggalah dirinya di dalam sana sendirian hingga ada seseorang yang menduduki kursi di sebelahnya.
"Sudah selesai kan? Ayo ke cafe" ajaknya antusias dan meraih tangan mungil Halie untuk segera berdiri meninggalkan bangkunya.
"Sebentar Jaehyun" halie belum mengemasi semua bukunya dalam tas. Setelah selesai, keduanya pergi meninggalkan kelas dan menuju cafe yang dimaksudkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemimpin | Lee Taeyong
Fiksi PenggemarUrusanku menjadi urusanku dan urusanmu menjadi urusanku 🎖1 #fftaeyong 140821 🎖2 #ffnct 071021 🎖1 #127 101121 🎖2 #lee 191221