"BRAAKK" suara meja yang terbelah menjadi dua, sehingga terdengar sampai ke ruang guru.
Salah satu siswa terhempas membuat beberapa meja dan kursi berantakan. Terlihat beberapa goresan dilengan, lebam biru di mukanya membuat ia meringkih beberapa kali.
Ia tidak berusaha melawan, karena percuma akan membuat keributan yang berlebih. Siswa dan siswi di sekeliling hanya berani melihat dan tanpa berani meleraikan satu sama lain.
"Ayo lawan gue!!!" Teriak Tian kepada Dave. Tian pun berjalan menuju kearah Dave lalu mencengkram kerah baju tanpa aba-aba.
"Gue ga akan ngelawan lo, puasin aja mukulin gue" tukas Dave sambil menyodorkan pipinya.
"BUGH" satu tinju dari kepalan tangan Tian yang bisa di bilang kekar itu melayang di batang hidung Dave.
Lalu darah pun mulai terlihat, "Heeh" Dave menghela nafas kasar sambil tersenyum. "Udah puas lo?" Tanya Dave anteng.
Setelah melihat kejadian itu, salah satu siswi pergi menemui ketua osis, dan melaporkan kejadian tersebut.
"Sam, Dave dan Tian berantem lagi, temenin gue jumpain kepala sekolah atau guru BK, ini nggak bisa dibiarin terus Sam" ucap Tisya panik dengan nafas yang terengah-engah.
"Lagi ? Mereka ? Nggak bosen apa di hukum hampir tiap hari?" Pertanyaan beruntun keluar dari mulut Sam, membuat semakin Tisya jadi khawatir dengan keadaan dikelasnya.
"Ayo cepetan"
Mereka pun bergegas menuju ke ruang majelis guru. Setengah di perjalanan menuju tempat tujuan Tisya dan Sam berhenti melihat sosok tinggi semampai menggunakan kemeja coklat menuju kearah mereka.
Sam dan Tisya saling melempar pandang "sepertinya kepala sekolah sudah...." kalimat Tisya pun terpotong karena sosok tersebut sudah melewati mereka.
Mereka berdua pun bergegas mengikuti langkah pak Aryo.
Melihat keadaan sekitar, beberapa kursi dan meja yang berserakan bahkan ada meja yang terbelah dua, serta melihat muka Dave yang babak belur dan tangan Tian yang kembali memegang kerah seragam Dave dengan tangan yang mengepal dan siap untuk dilayangkan lagi. Tiba tiba terdengar teriakan "BERHENTI" yang sangat keras, membuat suasanya disekitar menjadi kicep dan memcekam. Mereka berdua pun menoleh kearah suara tersebut.
"You lose" ujar Dave yang masih anteng, padahal sebenarnya bisa aja Dave melawan Tian, tapi percuma. Dave sangat mengetahui emosi sahabat lamanya itu seperti apa.
"Urusan kita belom kelar" sahut Tian dengan nada yang masih penuh amarah, terlihat dari sorot matanya yang tajam ketika menatap Dave.
Dan Dave tetap masih anteng.
"Ikut saya ke kantor" ujar pak Aryo singkat namun sangat akrab di telinga siswa siswi yang berada di sekolah SMA Guna Dharma ini.
Seisi sekolah mungkin hampir semuanya kenal Tian dan Dave. Mereka bersahabat sejak kelas X, selang berjalannya waktu entah apa yang membuat kedua manusia ini menjadi musuh hingga sekarang. Padahal sudah kelas XII dan sebentar lagi akan tamat dari sekolah ini. Seharusnya mereka bisa memberikan contoh yang baik untuk adik-adik kelas yang lain. Namun sayangnya, bukan Dave dan Tian kalau tidak ada yang di ributkan dalam sehari. Entah itu masalah sepele, serius, dalam sekolah maupun luar sekolah. Huffftt pusing author.
Setibanya diruang kepala sekolah, yang sedari perjalanan tadi semua mata memandang mereka dan berbisik seolah bertanya dan berspekulasi sendiri. Kenapa mereka ? Ada apa lagi ini ? Pasti di keluarkan ! . Suara-suara itu sudah bosan mereka dengar.
"Tian, apa masalah kamu sama Dave?, tidak bisa diselesaikan secara baik-baik?, mau jadi apa kamu?, petinju? Mau jadi petinju di ring, bukan disekolah. Ujar pak Aryo yang sudah tidak tau lagi harus memberi hukuman apa untuk mereka, yang harus memberi arahan apalagi kepada mereka.
Dan Dave menjawab "Biasa pak masalah laki-laki". Tian menoleh kearah Dave sinis. Dan ia hanya diam tanpa menjawab 1 pertanyaan pun dari pak Aryo.
"Sekarang kalian maunya bagaimana?" Tanya pak Aryo lagi.
"Saya mau pindah sekolah pak" jawab Tian singkat namun terdengar jelas ditelinga keduanya.
"Kamu yakin dengan kamu pindah, kamu akan bisa memperbaiki prilaku kamu?".
Tian tersenyum, "bisa pak tanpa ada dia".
Pak Aryo pun menghela nafas, memikirkan jalan keluar apa yang harus ia berikan.
"Ya sudah untuk sementara kalian berdua saya skors". Tanpa basa-basi pak Aryo pun mengambil keputusan tanpa di duga oleh keduanya.
"Skors pak?" Tanya Dave.
"Ya skors, 1 minggu" - pak Aryo.
"Saya masih bisa terima jika di hukum, membersihkan toilet, dijemur, hormat bendera, apapun itu pak, asal jangan di skors" ujar Dave protes karena ia merasa tidak bersalah dalam hal ini. Ya memang Dave tidak terlihat memukul balik Tian, tapi ini sudah keputusan kepala sekolah.
Tian terlihat hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menghela nafas panjang seolah menerima semua keputusan yang pak Aryo berikan.
"Selama seminggu, kalian tetap dikasi tugas dari
masing-masing guru bidang studi, silakan keluar dan jumpai guru untuk tugas 1 minggu kedepan" - lanjut pak Aryo.Dan merekapun berdua keluar dari ruangan, mencari guru bidang studi yang akan memberikan mereka tugas selama masa skors. Dengan berjalan beriring-iringan, mereka terlihat saling menyenggol bahu dan membuat Dave berhenti seketika membiarkan Tian berjalan lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMEANOR
RandomSeisi sekolah mungkin hampir semuanya kenal Tian dan Dave. Mereka bersahabat sejak kelas X, selang berjalannya waktu entah apa yang membuat kedua manusia ini menjadi musuh hingga sekarang. Padahal sudah kelas XII dan sebentar lagi akan tamat dari se...