Tugas

140 11 0
                                    

Saburo masih bergelung selimut saat bibir tebal menyapa dahi, kelopak matanya yang masih tertutup, lalu turun ke ujung hidung dan yang terakhir mendarat pada bibirnya yang sedikit terbuka.

"Morning, prince." Bisik suara berat itu

Gumaman tak berarti dari Saburo lah yang menjadi balasan. Pemuda itu semakin menggulung dirinya dengan selimut, mencari kehangatan yang tidak dia dapat dari Riou karena pria itu sudah bangun lebih dulu.

"Hari ini ada tes, inget gak?"

Hijau-Birunya seketika terbuka lebar, tubuhnya dia paksa untuk segera bangun. Kepalanya menoleh kearah jam diatas meja kecil disamping ranjang.

Pukul 06:07

Masih terlalu pagi untuk pergi ke kampus.

Erangan kesal keluar dari bibir tipis Saburo, sedangkan Riou malah tertawa pelan karena berhasil mengerjai kekasih kecilnya.

"I hate you!" Gumam pemuda yang kembali menyembunyikan dirinya kedalam selimut

"I love you too."

Riou masih tetap berada diposisinya meski setelah tiga menit berlalu yang hanya dilewati dengan keheningan, manik sewarna lautnya menatap penuh kasih pada wajah manis kekasihnya, tidak lupa senyuman lembut terukir di wajah tampan itu.

"Mau mandi bareng?"

Satu kelopak mata itu terbuka setelah mendengar tawaran si pria tampan.

"Gendong?"

"As you wish, my prince."

Detik selanjutnya, Saburo merasa melayang. Tubuhnya diangkat oleh Riou dengan begitu mudah seolah berat badannya bukan apa-apa. Kalau tidak salah, Riou juga bisa mengangkat Ichiro, Jiro dan Saburo secara bersamaan. Pria itu bilang mengangkat mereka bertiga bukanlah masalah karena sudah terbiasa dengan latihan fisik saat bertugas.

"Bagaimana airnya? Apa kurang panas?" Riou kembali bertanya setelah mereka masuk kedalam bathtub, tangannya sibuk memilah beberapa botol, mencari sampo untuk Saburo.

"Nah, it's good."

Keduanya diam menikmati hangatnya air dalam bathtub dengan Riou yang membantu Saburo membersihkan rambutnya dengan lembut. Sedangkan Saburo sendiri yang mendapat special treatment itu hanya mampu menutup mata, menikmati bagaimana tangan besar itu memijit kepalanya seperti seorang profesional.

Hampir lima menit saling diam, akhirnya Riou membuka suara.

"Setelah hari ini, aku ada tugas di luar kota."

"Mmm... Aku tau." Balas Saburo pelan masih dengan mata yang tertutup.

"Mungkin sekitar tiga mingguan baru pulang lagi."

"Aku tau."

"Kamu ajak Dwi buat nemenin kamu, ya?"

Mendengar hal itu, Saburo membuka mata dan mendongakkan kepala, meletakkan kepalanya pada bahu lebar dan keras milik Riou.

"Nanti dia bawa pacarnya kesini."

"Ya gak apa-apa kan? Bagus malah kalo lebih rame."

Saburo cemberut menanggapi jawaban itu. Matanya melirik tajam pada mata biru milik kekasihnya.

"Gak mau ah, mending di rumah sendirian daripada jadi obat nyamuk." Gerutunya kesal.

Sepertinya saburo masih mengingat kejadian saat dirinya masih menjadi mahasiswa baru empat tahun yang lalu, dimana dia harus menginap di apartemen Jiro yang dihuni dengan kekasihnya ─karena tempat Jiro yang lebih dekat dengan kampus.

Hampir setiap malam Saburo berteriak menyuruh si pemilik rumah untuk tidak bermesraan di depannya. Bagaimana dua orang itu saling bercanda satu sama lain benar-benar mengganggu Saburo yang sedang belajar saat itu.

Bahkan sampai sekarang Saburo masih dendam dengan Jiro karena kalimatnya waktu itu.

"Bilang aja sih kalo iri. Kasian pacarnya toyib."

Lengkap dengan tawa menyebalkannya.

Dan saat itu Saburo sadar kalau Jiro sengaja melakukan itu hanya karena ingin membuatnya kesal dan uring-uringan.

"Masih pagi gak boleh cemberut." Dan suara Riou mampu membawanya kembali dari ingatan masa lalu yang masih bisa membuat moodnya rusak hingga sekarang.

"Kesel sama Dwi." Jawabnya jutek.

Riou terkekeh, merasa lucu dengan tingkah Saburo.

"Kamu sama Dwi kenapa jadi musuhan sih? Perasaan dulu kalian deket loh, sayang banget malah."

"Ih, mana ada yang begitu, gak usah ngarang!"

Melihat mood Saburo yang belum membaik, Riou tidak lagi membahas masalah Jiro.

"Mau balik ke rumah bunda?" Tawarnya.

"Enggak, jauh dari kampus."

"Mau dipanggilin Putra buat nginep?"

"Males sama pacarnya kak Putra. Nyebelin, mukanya minta ditonjok." Ujarnya bertambah kesal.

Meskipun Ichiro akan lebih memperhatikan Saburo daripada kekasihnya nanti, namun tetap saja, Saburo enggan melihat wajah orang itu. Mengingatnya saja, Saburo ingin sekali menendangnya.

"Trus gimana? Aku gak tega kalo ninggalin kamu sendirian."

"Gak usah lebay deh, kan aku udah gede."

"Ya tetep aja gak tega."

"Ya udah gak usah berangkat."

"Gak bisa gitu dong, dek. Tugas negara itu nomer satu."

"Ribet banget sih, orang tua! Udah kamu mandi sendiri aja!"

Saburo berdiri dan keluar dari bathtub, tangannya terulur untuk menggapai handuk namun berhenti saat netranya menangkap sesuatu yang aneh dari pantulan cermin.

Detik selanjutnya, pemuda itu kembali mengambil posisinya di depan Riou, telinga dan pipinya berubah warna menjadi kemerahan.

"Bilasin rambutku." Bisiknya yang mampu membuat Riou terkekeh geli namun tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh Saburo.

Karena terlalu kesal membuat Saburo lupa kalau rambutnya masih penuh dengan busa.

Membuat Riou merasa gemas dengan tingkah kekasih kecilnya yang benar-benar manis.

TamaT


Yuhuuu aku datang lagi dan book ini akan diubah jadi kumpulan drabble BurungTiga, gemes akutuh sama mereka 🥺

OM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang